24. RUMAH SAKIT

18 2 0
                                    

Nara sedari tadi hanya tertidur di sebelah Daniel, dengan posisi duduk. Sampai Nara tak sadar jika kini Daniel sudah siuman. Daniel yang melihat itu sangat lah senang, ia terus menerus mengembangkan senyum manis nya. Padahal kondisi nya itu masih belum terlalu pulih. Dan bahkan masih banyak selang-selang medis yang melekat pada tubuh nya.

Saat beberapa menit kemudian. Akhirnya Nara bangun juga dari tidurnya, karena merasa tangan yang sedari tadi ia genggam, terus menerus bergerak. Ia mulai menenggak kan badannya, sambil melihat ke arah Daniel yang sudah siuman. "Pantes, dari tadi tangan lo gerak-gerak mulu. Ternyata udah siuman." ucap Nara yang masih mengumpulkan nyawa.

"Kok biasa aja si respon lo. Gak seneng ya kalo gue siuman?" tanya Daniel yang tak suka dengan respon dari Nara.

"Udah deh, gue baru bangun Niel." ucap Nara sambil meregangkan otot-otot tangannya. Lalu, ia beranjak dari duduknya. "Gue mau ke kamar mandi dulu. Mau cuci muka." dan setelah mengatakan hal itu. Nara pergi meninggalkan Daniel untuk ke kamar mandi.

5 menit kemudian......

Dan Nara pun keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Walau Nara tak menggunakan make-up sama sekali, saati ini ia tetap sangat cantik dengan wajah natural nya. Nara berjalan menuju ranjang Daniel, dan langsung duduk di kursi yang sedari tadi ia duduki.

"Makan ya, Niel?" tawar Nara

Daniel yang mendengar itu langsung menggeleng kan kepalanya cepat. "Enggak ah. Males makan."

Setelah itu, Nara mulai menampilkan tatapan tajam nya, yang ia arah kan pada Daniel. "Ngeyel banget si. Lo tuh drop gini juga gara-gara gak makan, kan?"

"Karena penyakit gue." timbal Daniel.

"Ya tapi, dokter bilang lo belum makan  dari kemarin pagi." ucap Nara yang tak mau kalah.

"Bukan—" ucapan Daniel pun terpotong, karena ucapan Nara yang sudah menimpali nya terlebih dahulu.

"Stop! Dokter gak akan salah, Niel. Jadi gak usah ngeles mulu." bantah Nara setelah melihat sifat Daniel yang sangat ngeyel.

Pada akhirnya, Daniel pun pasrah dan menurut saja pada Nara. Daniel menghela nafasnya seperti orang yang tak rela. "Iya, seterah lo aja."

Nara pun lega juga, karena Daniel mau menuruti perkataan nya. Walau ia tahu, pasti ada rasa terpaksa. "Yaudah, gue beli bubur dulu di kantin." izin Nara yang sudah beranjak dari duduknya.

Tapi, lengan Nara malah di genggam oleh Daniel. Untuk mencegah Nara agar tak melanjutkan langkahnya. "Tunggu. Pesen lewat telfon aja, Na."

Nara menoleh kan kepalanya lagi. "Kenapa?" sambil menaikan alisnya sebelah.

"Gue gak mau lo kemana-mana." jawab Daniel yang masih menggenggam pergelangan tangan Nara, dan menatap matanya. "Pesan lewat telfon aja, ya?" bujuk Daniel. Yang sepertinya lagi manja-manja nya dengan Nara.

Akhirnya Nara memutuskan untuk duduk lagi di kursi yang berada tepat di sebelah ranjang Daniel. "Dasar, manja." ucap Daniel dengan senyum tipisnya.

"Biarin, kan sama pacar sendiri."

"Dari pada gue manjanya sama Jesica. Emangnya lo rela?"

Nara yang mendengar itu langsung melotot kaget ke Daniel. "Enggak lah. Enggak boleh. Mending sama gue aja." ucap Nara dengan cepat, karena ia tak mau perkataan Daniel itu menjadi sungguhan.

"Tapi, awas aja. Kalo lo manja ke Jesica. Gue gak bakal maafin lo lagi!" tegas Nara.

"Iya sayang ku." balas Daniel dengan suara yang sangat manja.

KISAH USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang