16. ANEH

16 4 0
                                    

Helaan nafas yang berat pun terdengar. "Ini gue, Nara." ucap Nara sambil menatap Daniel yang masih memejamkan matanya.

Lalu, Daniel yang ragu. Dengan perlahan ia membuka matanya sambil mengenakan tubuhnya juga. Daniel pun menoleh ke samping yang di mana ada Nar di sana. "Ini beneran?" tanya Daniel sambil mengucak matanya.

"Hmm." jawab Nara dengan deheman.

Karena matanya yang sudah bisa menyesuaikan sekitar dengan baik, ia baru percaya bahwa yang di hadapan nya ini itu benar-benar Nara. "N-na?" panggil Daniel lagi. "Lo beneran dateng." ucap Daniel dengan lirih dan juga wajah yang sudah memerah.

Tak ada angin tak ada hujan Daniel dengan sergap memeluk Nara dengan erat. "Na, gue kangen lo Na. Gue gak mau lo pergi lagi." ucap Daniel yang memeluk Nara.

"Gue hancur sekarang, orang tua gue egois Na. Biasanya kalo gue kena omel, gue ngadu sama lo. Tapi, tadi gue gak tau mau ngadu ke mana lagi." Daniel pun menjatuhkan kepalanya itu tepat di atas pundak Nara.

Lalu Daniel memajm kan matanya sambil merasakan sakit kepala yang begitu sakit. "Kepala gue sakit banget." ucap Daniel dengan pelan.

Nara yang mendengar itu, mengangkat tangannya ragu-ragu. Sampai ia pun memberanikan diri untuk mengelus kepala Daniel, yang berada di atas pundak nya. "Pulang ya makanya?" bujuk  Nara lagi.

"Kalo lo disini, gue harus apa juga bingung." lanjut Nara yang masih mengelus rambut Daniel dengan lembut.

"Iya gue mau pulang." ucap Daniel begitu luluh saat Nara yang mengajaknya pulang.

Nara pun berhenti mengelus rambut Daniel. Lalu, menegakan tubuh Daniel dengan memegang kedua pundaknya. Walau Daniel terlihat begitu lemah, dan juga mata yang terpejam. "L-lo masih bisa jalan kan?" tanya Nara untuk mematikan. "Soalnya gak mungkin kan kalo gue bopong lo sampe mobil."

"Hmm, iya bisa." jawab Daniel dengan menstabilkan tubuhnya itu untuk tetap tegak.

Segera Nara membantu Daniel untuk berdiri, dengan cara merangkul nya. Walau sedikit berat tetap Nara usahakan. Dengan agak sulit, Nara mendorong pintu dengan satu kakinya dan, akhirnya terbuka juga. Nara pun tertatih-tatih merangkul Daniel yang badannya lebih besar dari dia, untuk menuju parkiran.

Sesampainya di parkiran Nara dan Daniel langsung masuk ke dalam taxi online yang sudah Nara pesan sebelumnya. Di dalam mobil Nara memperhatikan Daniel yang sedang bersandar di bahunya.

Dengan manjanya Daniel menggeliat di bahu Nara, dan juga semakin erat memegang tangan Nara. "Gue gak mau lo pergi." ucap Daniel yang sudah mengatakan hal itu berulang kali. Misalnya tadi saat berjalan menuju parkiran Daniel juga terus berkata seperti itu, sampai-sampai Nara sendiri cukup bosan.

"Cuma lo yang bisa membuka bahu buat gue bersandar." lanjut Daniel dengan matanya yang masih terpejam. Yang membuat kan Nara bingun, Daniel sungguhan mengatakan hal itu atau hanya pengaruh alkohol saja.

"Wanita cantik gue cuma Nara." racau Daniel.

"Nara bakal jadi istri gue." racau Daniel yang semakin tak karuan.

"Gue sama Nara bakal hidup bahagia selamanya, gak boleh ada yang ganggu." racau Daniel yang kini mengangkat tubuhnya, lalu membuka matanya dengan tidak terlalu lebar untuk menatap Nara. "Cantik." ucap Daniel sambil tersenyum manis.

"Dan, gue sayang lo Nara." itu lah ucapan Daniel yang terakhir sampai ia pun terdiam. Menaruh kembali kepalanya itu di atas pundak Nara.

Nara yang sedari tadi hanya diam sambil menyimak perkataan Daniel tersebut, dengan sopan Nara berkata pada sopir taxi online. "M-maaf ya pak, dia lagi mabuk soalnya." maaf Nara karena takut mengganggu kenyamanan sopir taxi itu.

KISAH USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang