47. PERMINTAAN MAAF JESICA

6 2 0
                                    

Hujan kini sedang melanda kota Bandung beberapa hari ini. Yang membuat penghuni kota harus siap siaga membawa payung. Tapi, Nara sepertinya lupa untuk membawa payung, karena ia tadi pagi bangun kesiangan. Yang mengharuskan ia terburu-buru untuk berangkat sekolah.

Nara memilih meneduh ditepi jalan. Menunggu hujan yang tak kunjung reda. Sudah sekitar 15 menit ia berdiri di sana. Tapi, saat ia ingin menerobos hujan. Ada anak kecil yang mencolek lengannya.

Dengan kaget, Nara menolehkan kepalanya ke bawah. Melihat anak kecil laki-laki yang berumur sekitar 7 tahun. Anak kecil itu sangat tampan, ia memiliki rambut ikal, dengan warna hitam pekat. Lalu, matanya yang berwarna cokelat.

Lelaki kecil itu menyodorkan Nara sebuah payung. "Ka, ini payung buat kakak." ucap anak kecil itu dengan sangat menggemaskan.

Nara membungkukkan tubuhnya, dan kini bersejajar dengan tinggi anak itu. "Gak usah, kakak bisa pakai tas ini." dan Nara menunjukkan tas sekolah yang ia pegang untuk menutupi kepalanya.

"Itu buat kamu aja." tolak Nara.

Dan si anak kecil menggeleng kan kepalanya. "Ini buat kakak. Aku udah ada. Tante aku udah bawa payung. Jadi, ini buat kakak aja. Biar gak kehujanan." tutur anak itu yang menjelaskan ia sudah membawa payung.

Nara diam sejenak, lalu ia akhirnya mengambil payung tersebut. Nara mengelus pipi anak itu dengan lembut, sembari tersenyum tulus. "Makasih ya."

"Kamu mau kakak antar ke tante kamu?" tawar Nara sebagai tanda terima kasih.

"Gak usah, kak. Aku bisa sendiri. Aku pergi, ya. Babay kakak cantik." ucap anak kecil itu yang pergi begitu saja, masuk kedalam restoran yang tak jauh dari keberadaan Nara saat ini.

Setelah memandangi anak kecil yang sudah masuk kedalam restoran. Nara senyum sejenak. Lalu membuka payung tersebut dan segera pergi menuju halte terdekat.

Sedangkan si anak kecil. Kini ia sudah sampai di dalam restoran yang sedang ia kunjungi bersama tante dan anak dari sang tante.

Pria kecil itu langsung memeluk sang om yang sedang duduk. "Om, payungnya udah Saka kasih ke kakak cantik."

"Kenapa om gak kasih sendiri sih? Padahal kan, kakaknya cantik."

Lalu, pria yang disebut sebagai ok itu meletakkan peralatan makan yang sedang ia pegang. Dan ia mencubit gemas pipi Saka. "Udah dikasih, ya?"

"Pintar, Saka. Gitu dong berani." dan lelaki itu tidak membalas dengan perkataan yang nyambung dengan sebelumnya.

"Mending Saka sini. Duduk disebelah om. Pasti kamu lapar, kan?" dan pria itu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

Dan Saka mengangguk kan kepalanya dengan semangat. "Iya, om." Saka pun berlari untuk duduk di kursi sebelah pria tersebut.

ᕙ[~~~~~~]ᕗ

Saat kembali ke sekolah. Nara sampai dengan tepat waktu. Tak apa ia tidak menikmati waktu istirahat pertamanya. Yang penting, tugasnya itu selesai. Nara tadi pergi ke tempat foto copy untuk ngeprint beberapa lembar kertas untuk tugas. Segera Nara masuk kedalam kelasnya.

Nara langsung duduk di sebelah Nesie dengan baju yang sedikit basah.

"Nara!!" seru Nesie.

Lalu, Nesie meraba-raba baju seragam Nara yang basah. "Baju lo kok basah?!"

"Di luar hujan, Nes. Ya masa diluar hujan, baju gue kebakar. Kan gak mungkin." canda Nara sembari merapihkan rambutnya yang berantakan, dan juga lepek.

KISAH USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang