38. CONFESS

15 1 0
                                    

Di hari Rabu yang sangat cerah, kini anak-anak kelas tiga usai berolahraga bersama-sama atau lebih tepatnya mereka melakukan senam kesehatan jasmani. Lagu yang dipilih untuk melakukan senam adalah lagu yang cukup terkenal, yaitu Poco-Poco. Usai melakukan senam kesehatan jasmani, para murid ada yang masuk kedalam kelasnya, dan ada yang menunggu di tepi lapangan. Contohnya Nara, Nesie, Daniel, Zaki, Alran, dan juga Rafa.

Mereka kini memilih untuk duduk di bawah pohon rindang untuk menstabilkan suhu tubuhnya masih-masing.

Alran yang berada di sebelah Rafa, ia pun merangkul Rafa dengan sangat akrab. "Eh lo semua tau gak, si Rafa kemarin kan daftar jadi ketua eskul musik. Terus di terima, keren gak tuh. Anak baru, daftar jadi ketua eskul musik langsung keterima." ucap Alran yang terkagum pada Rafa.

"Iya lah, Rafa kan ganteng. Makanya langsung keterima. Emangnya elu, kepedean daftar jadi ketos, eh gak keterima." celetuk Daniel yang duduk di sebelah Nara.

"Maksud lo gue gak di terima karena jelek gitu?" Dan Alran berbicara pada Daniel yang berada di hadapannya. "Sorry, gue kan orang terganteng sebumi." balas Alran dengan begitu percaya diri.

Lalu, Nesie pun menyambar omongan dari Alran yang tadi. "Huekk." Nesie memperagakan gerakan seperti orang yang ingin muntah.

"Najis Al, cakepan juga Cha eunwo. Ayang bebep gue." ucap Nesie yang kegelian setelah mendengar ucapan Alran yang bercakap dengan begitu bangga.

"Iya deh, ayang Nesie." ledek Alran yang tak mau urusannya panjang jika sudah berbicara dengan Nesie.

"Jaga omongan lo. Nesie punya gue." ucap seseorang yang membuat semua orang yang berada di tempat itu terdiam. Dan menengok ke arahnya.

Dan ya...... Orang tersebut adalah Zaki yang mengucapkan kata-kata itu dengan mata yang fokus, pada game yang sedang ia mainkan di ponselnya.

Semua hanya diam sembari menatap Zaki yang dengan santainya bermain game. Akhirnya, Alran yang memilih untuk mencair kan suasana tersebut. "Al lo Zak. Ngomong asal ceplos aja, kalau mau Nesie beneran mah ambil aja, tuh." ucap Alran dengan tawa di sela-sela perkataannya.

Terlihat, tiba-tiba Zaki mematikan ponselnya dan menatap Alran dengan tatapan yang dingin. "Gak percaya? Tanya aja sama Nesie."

Lagi-lagi perkataan Zaki membuat semuanya bungkam kembali. Dan Nesie yang sedari tadi namanya di sebut, ia hanya menatap ke sembarang arah. Seolah-olah, ia ingin pergi dari tempat ini sekarang juga.

Nara yang berada tak jauh dari Nesie. Ia mengarahkan pandangannya pada Nesie, yang ingin meminta penjelasan tentang ini semua. "Nes. Benar?" tanya Nara.

Nesie menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali. Ia menengok ke sana kemari seperti orang yang gelisah. "Eumm." lalu Nesie melihat ke arah Zaki yang menatap dirinya dengan sangat dingin. Tak ada pilihan lain, ia mengakui hubungannya dengan Zaki yang sudah berjalan selama 1 bulan. "I-iya, gue udah jadian sama Zaki."

"Kok lo gak bilang ke gue." sambar Nara setelah Nesie menyelesaikan perkataannya.

"M-maaf Na. Gue belum sempet bilang sama lo." cicit Nesie yang hanya menundukkan kepalanya.

Tentu saja, Nara sangat kecewa. Karena Nesie seperti tidak menganggap dirinya sebagai sahabat lagi. "Lo anggap gue apa sih Nes? Gue selalu ceritanya ke lo tentang hidup gue. Tapi, lo malah nutup-nutupin. Kita temenan udah tiga tahun, masih aja kayak anak sd yang baru temenan seminggu." dan Nara mengeluarkan unek-uneknya semua itu di hadapan Nesie dan yang lainnya juga.

"YA KARENA LO SIBUK SAMA DANIEL!!" sentak Nesie.

"Gila ya lo. Lo buta atau apa sih, Daniel itu sakit. Wajarlah kalau gue sibuk sama dia!" balas Nara dengan suara yang tak kalah kencang.

KISAH USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang