46. BENCONG PERTIGAAN

8 2 0
                                    

Tepat berjalan dua Minggu Daniel meninggalkan kehidupan nya di Bandung. Kini Nara juga tidak tau apa yang harus dilakukan, sudah berkali-kali ia kunjungi rumah Daniel. Tapi hasilnya tetap sama, Daniel tak kunjung ada. Dan sekarang, Nara hanya pasrah dengan keadaan, merasa semua baik-baik saja. Walau hatinya masih menginginkan Daniel disini.

Kini Nara sudah siap dengan seragamnya untuk berangkat ke sekolah. Kali ini Nara berangkat bersama dengan Fanya, yang ingin berangkat kerja juga.

Nara menghampiri Fanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu. "Ka, ayo." ajak Nara.

Lalu, Fanya mengarahkan pandangannya dari ponsel dan menatap Nara yang berdiri di sebelahnya. "Yaudah, ayo."

"Lo udah dapat kerjaan, ka?" tanya Nara sembari jalan menuju pintu rumah.

Ya, hari ini adalah hari pertama Fanya masuk kerja di sebuah perusahaan yang lumayan besar. Bersyukur lah Fanya mendapatkan pekerjaan itu, walau ia hanya memiliki ijazah. "Iya, sekian banyak lamaran yang gue datangi. Akhirnya yang ini keterima juga."

"Oh iya, ini uang buat lo jajan. Sorry gw cuma bisa ngasih segitu." ucap Fanya yang memberi Nara yang seratus ribu, satu lembar.

"Makasih, ka. Ini udah lebih dari cukup." dan Nara pun menerima uang tersebut.

Keduanya pun langsung berjalan menuju halte bus di depan. Ya, kini mereka belum mempunyai kendaraan, dan harus memulai semuanya dari awal lagi. saat sudah sampai di halte bus, kini Fanya menaiki bus terlebih dahulu. Karena jurusan mereka berbeda.

"Na, gue duluan. Lo hati-hati!" perintah Fanya yang hendak menaiki bus.

Nara menganggukkan kepalanya, pelan. Dan melihat sang kakak yang sudah masuk kedalam bus. Untung saja, bus menuju ke sekolah Nara datang tidak terlalu lama. Selang beberapa menit dari bus yang di naiki sang kakak. Bus tujuannya pun datang. Tak perlu menunggu lama lagi, Nara langsung masuk kedalam bus tersebut.

ᕙ[~~~~~~]ᕗ

Usai jam pelajaran ketiga selesai, yaitu kimia. Mereka dinyatakan pulang, karena sekolah mereka akan ada penilaian dari sang pemilik yayasan. Tentu saja itu menjadi hal yang sangat bahagia bagi para murid.

Sedangkan Nara,Nesie,Alran,Zaki, dan juga Rafa sedang berkumpul di bawah pohon rindang dekat parkiran sekolah. Mereka duduk di situ terlebih dahulu karena parkiran masih padat di datangi para siswa/siswi yang hendak mengambil kendaraannya masing-masing.

Alran yang duduk di sebelah Rafa. Ia merangkul bahu Rafa dengan begitu semangat. "Raf." panggil Alran.

"Apa?" tanya Rafa yang menoleh sesaat pada Alran.

"Lo mau lihat bestie kita satu lagi, gak?" tanya balik Alran dengan wajah jahilnya.

"Siapa? Emangnya ada?"

"Ada."

"Lo ikut kita aja, ke suatu tempat." lagi-lagi, Alran menunjukkan senyum jahilnya di depan wajah Rafa.

Rafa yang tak tau apa-apa. Ia akhirnya mengiyakan saja kata-kata dari Alran. "Yaudah, boleh."

"Siapa sih, Al?" tanya Nesie yang kebingungan.

"Udah, lo semua ikut aja." jawab Alran.

Alran pun beranjak dari duduknya. "Ayo, kok pada diam aja, sih." protes Alran.

KISAH USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang