50. MALAM BERSAMA MEREKA (2)

14 2 0
                                    

Keenam remaja itu kini sedang memakan hidangan yang sudah disiapkan sedari tadi. Taman belakang yang luas, dan biasanya sangat sepi. Kini terasa begitu ramai, karena suara tawa dari sahabat-sahabat Daniel. Ya, walau mereka hanya berenam, tapi suara candaan mereka juga tidak kalah dari suara ibu-ibu komplek ngerumpi.

Sang penghibur di antara mereka, yaitu Alran, ia kini sedang memakan makanan yang cukup terkenal, yaitu rendang. Tapi, siapa sangka, Alran malah memakan sebuah jahe yang membuatnya harus memuntahkan jahe tersebut. "Huekk." Alran mengeluarkan jahe tersebut, dan membuangnya ke rumput.

"Iih, apaan sih lo!" protes Rafa yang berada tepat di sebelah Alran. Rafa menjauhkan tubuhnya dari Alran, karena ia takut terkena muntahan dari Alran.

"Gue kemakan jahe, anjing!!" gerutu Alran sembari mengibaskan lidahnya yang terasa pedas.

Nesie yang mendengar itu, langsung tertawa terbahak-bahak, ketika melihat musuh bebuyutannya itu tersiksa. "HAHA."

"Makanya, jangan rakus!!"

"Kemakan jahe kan lo!!" ucap Nesie seolah-olah memiliki dendam yang tak tersirat kan pada Alran.

Alran pun hanya bisa memasang wajah melasnya itu. "Asem, asem. Gue kira daging, eh ternyata jahe." keluh Alran.

"Sumpah yah, gue ngakak banget sama lo Al." sambung Daniel yang ikut tertawa juga, karena tingkah Alran.

"Muka lo merah banget, udah kayak babi kebakar." celetuk Daniel yang melihat wajah Alran sudah sangat merah, seperti warna tomat yang masih fresh.

"Bukan babi kebakar, Niel. Tikus kejepit yang udah mau sekarat." celetuk Nesie yang kini ikut memojokkan Alran yang sedang tersiksa karena sebuah jahe.

Suara tawa diantara mereka langsung terdengar begitu keras. Mereka puas melihat Alran yang selalu meledek kawannya, dan saat ini lah momen tepat untuk membalas semua ledekan dari Alran.

"Ah elah, sialan lo semua." kesal Alran, yang tidak terlalu serius. Alran pun beranjak dari duduknya, lalu berjalan untuk mengambil minum lagi. Bagi Alran, rasa jahe itu sangat lah pedas dibandingkan cabai.

Beberapa menit kemudian....

Saat ini, mereka semua sudah usai memakan hidangan yang sangat lezat, dan tentunya sangat mewah dan berkualitas. Daniel berjalan menuju tempat minuman untuk mengambil sebuah sirup anggur. Di pesat ini, sengaja Daniel tidak menyediakan sebuah bir. Karena, Daniel tidak mau teman-temannya ini mabuk, apa lagi Nara, dimalam yang akan menjadi sebuah kenangan.

Saat Daniel ingin berbalik badan, tiba-tiba datang Zaki yang menghampiri Daniel dengan tatapan penuh tanya. "Niel." panggil Zaki.

"Oh lo, Zak." balas Daniel.

Zaki menatap Daniel dengan lekat. "Lo kemana aja?" tanya Zaki.

"Gue gak kemana-mana, Zak. Gue lagi butuh waktu buat sendiri aja, biar gue lebih tenang." jawab Daniel dengan santainya, dan sangat ceria.

"Chkk." decak Zaki.

"Bohong terus hidup lo. Mulut lo bisa bohong, Niel. Tapi, pasti hati lo itu sakit banget kan? Dan, dari sudut pandang mata lo, mata lo itu gak bisa bohong. Selalu terlihat sendu, padahal wajah lo lagi kelihatan ceria." Zaki sepertinya kurang percaya dengan semua penjelasan yang Nara tadi siang katakan pada dirinya, dan juga yang lainnya.

Perkataan Zaki sukses membuat Daniel mematung seketika. Daniel tidak tau ia harus menjawab apa. Dan seolah-olah ada hal yang ia sembunyikan selain penyakitnya itu.

"Gimana penyakit lo itu. Udah ada perubahan?" tanya Zaki.

"Kalau lo gak mau jawab tentang hal tadi. Gue mohon jawab pertanyaan gue yang ini." tegas Zaki. Karena sejujurnya ia sangat khawatir pada sahabat nya ini.

KISAH USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang