Sepulang sekolah tadi. Nara memilih untuk pergi ke pantai yang ia kunjungi terakhir kali bersama Daniel. Nara sudah hampir satu jam di sana. Melamun kearah ombak yang tenang, tidak banyak orang di sana. Karena ini adalah weekday. Dan tentunya, suasana di sana menjadi lebih tenang.
Merasa sudah cukup dengan lamunannya, Nara menghela nafasnya. "Kenapa nasib gue gini, ya?" tanya Nara pada dirinya sendiri.
"Orang yang gue sayang, pergi ninggalin gue gitu aja."
"Lo bohong, Niel. Padahal lo yang bilang, kalau lo gak bakal tinggalin gue. Tapi, nyatanya lo bohong." monolog Nara yang sangat kecewa dengan keadaan saat ini, lebih tepatnya ia kecewa pada seseorang yang selalu ia dewakan, yaitu Daniel.
"Perasaan gue hancur. Di satu sisi gue harus terlihat baik-baik aja. Dan, di satu sisi lagi, gue gak bisa bohong. Gue kangen lo Daniel. Khawatir, kecewa, rindu. Semua itu tercampur aduk. Lo bikin hati gue bingung."
"G-gue....."
Nara pun tak sanggup melanjutkan perkataannya lagi. Ia tidak bisa menahan tangisnya yang sedari tadi ia tahan-tahan. Daniel membuat pikirannya menjadi sangat kacau. Ia takut, takut jika Daniel melakukan hal-hal aneh jika tidak ada dirinya. Nara juga takut, takut Daniel pergi.
"Hikss...."
"Hiks....."
"Gue mau lihat lo lagi. Lo tega, lo-"
Lagi-lagi, Nara tidak bisa menyelesaikan perkataannya lagi. Tangisannya itu tidak bisa ia sela dengan apa pun.
Dan Nara mengangkat kepalanya, melihat senja yang begitu indah. Tapi, tidak dengan kondisinya saat ini yang tidak lah indah. Wajah yang penuh dengan air mata, dan membuat make up yang ia pakai luntur. Tapi, Nara tidak memperdulikan hal itu, yang ia ingin hanyalah menangis.
"Kalau ayah masih ada....... Pasti lo udah abis Niel sama ayah." lagi-lagi Nara berbicara pada dirinya sendiri, dan masih sama. Daniel lah topiknya.
"Ternyata masalah gue belum usai. Gue belum bisa bahagia seratus persen." lanjut Nara.
"Hiks...."
"Hiks...."
Saat Nara asyik menangis. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menggunakan hoodie berwarna hitam, dan celana training berwarna abu-abu. Pria itu berjalan mendekati Nara yang terdengar isakan tangisnya.
Dan saat sudah berada pada jarak 1 meter dari Nara. Dia berhenti, dan menatap Nara yang menangis dengan kepala yang tertunduk."Gak usah nangis, cantik lo hilang."
Nara tetap tertunduk. Tapi ia menjawab kata-kata dari pria tersebut. "A-apaan sih, Raf. Hikss." dan Nara mengira itu adalah Rafa. Nara menjawabnya dengan isakan tangis yang belum kunjung reda.
"Nga-ngapain lo kesini. Kalau gue nangis, lo ganggu gue terus. Sana pergi!!"
Pria tersebut menatap senja yang indah dihadapannya. Dengan mata yang ia sipit kan, karena sinar matahari yang tepat mengenai matanya. "Syukurlah, selama gue menghilang, ada Rafa yang ada disisi lo."
"Sorry, gue bikin lo nangis terus."
DEG
Nara mematung seketika, tangisannya terhenti saat mendengar suara itu, lagi. Ia tidak memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Ia takut jika itu hanya hayalan saja. Tapi, karena ia penasaran, Nara memberanikan diri untuk menghadap ke belakang.
Dan ya......... Nara langsung membalikkan tubuhnya. Benar saja. Itu Daniel, Nara segera berdiri. Terdiam sejenak, dan mengucak-ngucak matanya. Lalu menampar pipinya. Itu terasa sangat sakit, berarti ini bukanlah sebuah mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH USAI [END]
Teen FictionPerjalanan kisah dua sejoli remaja, yang memilih untuk bersama-sama dengan latar pribadi yang sama, yaitu sama-sama terluka. -------------- By:asyhbunga