32. TERBONGKAR SUDAH

12 2 0
                                    

Di hari Minggu yang cerah, Daniel sudah terbangun dari tidurnya dan mulai beranjak dari ranjang tidur. Daniel mulai melangkah kan kakinya untuk turun kelantai bawah untuk meminum segelas susu putih. Ia melihat papa dan mamanya sedang sarapan di meja makan dengan diiringi obrolan-obrolan hangat.

Ditariknya satu buah kursi untuk ia duduki, Daniel langsung mengambil satu gelas susu tanpa kata-kata sedikit pun.

Sedangkan sang mama yang berada di sebelah nya, ia menoleh pada Daniel yang sedang menegak segelas susu. "Daniel, nanti sore kamu dan Jesica cari baju untuk tunangan, ya." pinta sang mama sembari memotong roti strawberry menggunakan pisau.

"Enggak, Daniel gak bisa." jawab Daniel setelah selesai menegak habis susu tersebut.

Yang tadinya sedang memotong roti, tiba-tiba saja gerakan tangan mama Daniel berhenti seketika dan menghela nafas berat. Lalu, ia meletakkan garpu dan pisau tersebut di atas piring. "Mama gak mau tau dan gak mau ada bantahan!" seru sang mama dengan tatapan yang dingin.

"Ya kan Daniel gak mau mah. Daniel juga punya keperluan sendiri."
jawab Daniel sembari menolehkan kepalanya pada sang mama yang menatap lurus kedepan, dengan tatapan dingin.

Sang papa pun ikut menyambar obrolan antara keduanya. "Nurut Daniel, dengan mama kamu." ucap papanya dengan penuh penekanan. Seolah-olah juga perkataan itu tidak boleh di bantah.

"Seterah, Daniel males berantem." Daniel yang tadinya ingin sarapan. Sudah tidak mood sama sekali, nafsu makan nya juga sudah hilang. Ia pun beranjak dari duduknya dan meninggalkan keduanya tanpa jawaban yang pasti.

Setelah Daniel menaiki anak tangga. Mamanya pun menoleh sejenak dan kembali menatap papa Daniel. "Pah, gimana kalau anak itu nekat. Bisnis kita bisa hancur." ucap mama Daniel yang nampak panik.

"Tenang mah, kalau dia memang tidak mau menerima pertunangan ini. Saya akan beri pelajaran agar ia tidak membantah kita lagi." balas papa Daniel dengan tatapan liciknya.

Dan keduanya hanya bisa lirik-lirikan dengan melanjutkan sarapan pagi.

Sedangkan Daniel yang berada di kamar, ia segera mengambil obat-obatan yang sudah hampir habis. Karena rasa pusing itu kerap muncul akhir-akhir ini. Setelah meminum obat tersebut, Daniel merebahkan tubuhnya dan mengambil ponsel yang berada tak jauh darinya.

Dengan cepat ia menelfon seseorang. Yaitu dokter Alex.

ALEX

DANIEL: Woi Lex, k-kepala g-gue sakit lagi

ALEX: Tuh kan, gue udah bilang Niel. Kenapa gak kasih tau bokap nyokap aja sih. Kalo lo yang pendem sendiri kan gak enak.

DANIEL: Gak usah ceramah dulu bisa gak si? Gue lagi kesakitan. Lo mending kesini aja, sekalian ajak Nara.

ALEX: Kalau nyokap bokap lo tau gak papa?

DANIEL: Gak perduli. Gue cuma mau lo kesini l-lex.

ALEX: Y-yaudah, lo bertahan Niel gue jemput Nara dulu.

DANIEL: Jangan macem-macem l-lo sama dia.

ALEX: Ah lo, lagi kayak gitu juga masih aja suudzon.

ALEX: Gue matiin telfonnya terus gue kesana.

Dan setelah itu, Alex memutuskan telfonnya sepihak. Daniel pun menaruh ponselnya di sebelah tubuhnya. Dengan kondisi tubuh yang sudah sangat lemas. Entah, ia juga bingung, kenapa rasa itu menyerang dengan tiba-tiba dan juga begitu cepat reaksinya. Padahal rasa itu biasanya kambuh jika ia berfikir terlalu keras saja. Tapi berbeda dengan kali ini.

KISAH USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang