33. USAI

12 2 0
                                    

Dan syukurlah, papa Daniel belum pergi terlalu jauh. Mama Daniel menemukan suaminya itu yang baru keluar dar ruang kerjanya dengan membawa tas kerja yang ia genggam. Tak perlu ba-bi-bu lagi, mama Daniel langsung menghampiri suaminya dengan perasaan yang ingin marah.

Sesampainya di dekat papa Daniel. Mama Daniel langsung mencegah suaminya dengan menggenggam tangannya. "Mas, kamu mau kemana, mas?"

Merasa dirinya tertahan, dengan kasar papanya Daniel menepis tangan istrinya tanpa ada rasa iba sedikit pun. "AAH, KAMU NGAPAIN SI!!!" sentak papa Daniel dengan suara yang begitu menggelegar.

Merasa kecewa dengan omongan suaminya, mama Daniel mulai memajukan langkahnya, lalu mengangkat jari telunjuknya yang ia arah kan tepat di depan wajah suaminya. "Tega kamu mas. Gak punya hati."

"Barusan kita baru aja dengar, anak kita terkena penyakit yang sangat berbahaya. Dan reaksi kamu masih bisa santai?" tantangan mama Daniel, karena sudah diluar batas kesabaran nya.

"Aku bingung ya, rasa kemanusiaan kamu dimana mas. Daniel anak kita!!" sentak mama Daniel dengan suara yang lumayan keras, dan juga tatapan yang tak bisa dikondisikan lagi karena emosi.

PLAKKK!!!!

"Berani kamu bentak saya, hah!!" dan papa Daniel memang pada dasarnya tidak suka di bentak, ia pun memilih untuk menampar pipi sang istri. Yang menurutnya itu sudah keterlaluan.

Tak ada sekata patah pun keluar dari mulut mama Daniel setelah suaminya mengatakan hal tersebut. Ia menghela nafasnya dengan suara yang begitu berat, lalu ia memejamkan matanya sambil membenarkan rambutnya yang menutupi wajah. Dan ia kembali membuka matanya untuk mulai berbicara lagi. "Aku cuma mau kamu kasih reaksi lebih pada Daniel mas. Jangan acuh seperti itu." kini, mama Daniel lebih menurunkan nada bicaranya agar suaminya itu juga lebih tenang lagi.

"Reaksi lebih kamu bilang?" tapi, bukannya tambah tenang. Papa Daniel malah memajukan langkahnya dan mencengkeram erat kedua pipi istrinya, yang membuat bibir istrinya terhampit.

"Kamu kira saya selama ini gak kasih dia uang? Saya kasih, bahkan tak terhitung jumlahnya." dan papanya Daniel melanjutkan ucapannya itu dengan jarak wajah yang semakin mendekat.

"Mau menasehati saya? Hanya karena anak kurang ajar itu sakit. Kamu jadi berpihak ke dia, iya?!" sentak papa Daniel dengan akhirnya melepas cengkeraman itu dengan sangat kasar. Yang membuat pipi mamanya Daniel terlihat begitu merah.

"Aku ibu, mas. Wajar jika hati aku tergoyahkan saat melihat anak sendiri seperti itu. Walau aku selama ini sudah kasar dengannya, tapi mau bagaimana pun. Aku memiliki jiwa seorang ibu. Aku gak tega dengar itu, mas!!" jawab mama Daniel dengan panjang lebar.

"Kamu sadar gak si mas, yang Daniel butuh bukan hanya uang. Tapi juga kasih sayang dari kita." ucap mama Daniel yang masih memiliki rasa keibuan dan sadar akan hal yang dialami Daniel selama ini.

"Halah, gak usah sok puitis kamu. Kamu mau berpihak pada anak yang kurang ajar itu? Silahkan. Tapi jangan harap saya bakal bersikap seperti dulu lagi, dengan kamu." ancam papa Daniel dengan sungguh-sungguh. Dan dengan perlahan, ia mulai memundurkan langkahnya dan mengambil kembali tas kerja yang sedari tadi terjatuh dilantai.

Mama Daniel pun mengusap pipinya karena air matanya yang mulai berjatuhan dan membasahi pipinya. "Itu karena kita pah, karena kita yang terlalu sibuk bekerja." balas mama Daniel yang memiliki insting seperti itu. Dan jika ia tahu, memang itu benar adanya.

"STOP!! GAK USAH KAMU BANYAK OMONG UNTUK MENASEHATI SAYA. SAYA GAK PERLU NASEHAT SAMPAH SEPERTI ITU!!" setelah mengatakan kata-kata itu. Papa Daniel segera pergi dengan keadaan hati yang begitu panas.

Sedangkan mama Daniel semakin banyak meneteskan air mata. Dia membayangkan orang yang ia cinta selama 18 tahun pergi begitu saja meninggalkan dirinya dengan begitu acuh. Dan mamanya Daniel pun menjatuhkan diri nya karena sangat lemas, dengan diiringi isakan tangis yang lumayan kencang.

KISAH USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang