36. Fear

306 85 44
                                    

Kedatangan Abel ke Ariana tentu bukan sesuatu yang mengejutkan untuk Livander

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kedatangan Abel ke Ariana tentu bukan sesuatu yang mengejutkan untuk Livander. Sudah cukup lama dirinya dan Abel berkomunikasi menggunakan pikiran yang diciptakan oleh Abel khusus untuknya semenjak Nicander wafat. Hal ini semata-mata untuk membantu Livander dalam memerintah. Penasihat kiri bangsa Dentra yang diisi oleh Darwine Arkawiseta kosong begitu lama, hingga Abel mengajukan diri untuk itu.

Abel melepas tudung jubahnya kemudian memberi salam hormat pada Raja muda di depannya, di sampingnya Leviora mengikuti walau sedari tadi pandangannya terus mengedar mencari keberadaan Keanu di Ariana.

"Sudah 870 tahun lamanya sejak terakhir kali kamu ke sini kan?" Ujar Livander di atas singgasananya. Abel tersenyum. "Dan aku tidak melihat adanya perubahan di Ariana."

"Memang, lagian apa yang bisa gue ubah? Gue hanya sementara." Ada tawa kecil yang terdengar pahit setelahnya.

"Kamu mulai mengikuti budaya Manusia."

"Belakangan ini gue selalu berandai jika saja gue adalah manusia biasa. Tanpa tahta, tanpa umur yang panjang dan tanpa sihir yang spesial." Livander tersenyum kecil, mengingat Julian kawan manusianya yang pernah berteman dengannya selama seminggu. "Memiliki pilihan, dan mati di usia 50 tahun. Sepertinya itu akan menjadi cita-cita hidupku."

"Kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai apa dan dalam keadaan apa. Kamu jelas tau itu." Abel berujar, nampak tak senang dengan apa yang Livander bicarakan. "Seorang Raja tak seharusnya berkata demikian."

"Seorang Raja pun nggak boleh berandai-andai?" Livander menaikkan sebelah alisnya.

"Seorang Raja tak seharusnya terbuai oleh sesuatu yang bersifat fana." Abel segera mengganti topik, kembali ke tujuan awal ia datang kemari. "Aku dengar Nicander kembali bersama manusia itu."

"Manusia itu punya nama. Namanya Emma." Livander segera meralat.

"Dimana mereka sekarang?"

Livander menaikkan kedua bahunya. "Somewhere?"

Helaan nafas Abel membuat Leviora menatapnya dan Liv bergantian. "Aku serius Liv."

"Gue juga serius, mereka di suatu tempat di Alaturi kerena Logan dan Keanu nggak menemukannya di dunia manusia. Dan kita nggak bisa melacaknya di Alaturi, lo tau itu."

Ada jeda cukup panjang setelah ucapan Livander yang terakhir. kaki Leviora nampak gatal karena enggan terjebak berlama-lama di dua orang yang membicarakan pemerintahan. Dan jujur, ia sudah pegal.

"Apa gue harus menyerahkan tahta ini pada Nicander?" Ucapan Livander sontak membuat kedua wanita di depannya langsung menatap. "Apakah harus?" Livander kembali bertanya.

"Serahkan padanya jika ia sudah siap."

Livander mengangguk pelan, memaksakan senyum yang terpatri. "Jadi harus ya." Gumamnya terdengar jelas. "Jadi, siap seperti apa yang lo maksud?"

ALATURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang