42. Festival

278 81 24
                                    


karena telat, jadi sengaja gue bikin panjang 2600 words. Jangan lupa tinggalkan jejak.

__

Membereskan semua kekacauan memang Izzul dan Darwine lah ahlinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membereskan semua kekacauan memang Izzul dan Darwine lah ahlinya. Setelah membuat lupa nyaris separuh jalan para manusia yang melihat kejadian tabrakan maut yang nyaris membuat Leo menjadi manusia geprek, mereka berdua kini duduk di dalam cafe ber AC. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, lupakan soal sekolah, Devan yang sedang nyengir ini sungguh misterius.

"Gue udah curiga sama lo, pas gue ketemu kunti di kelas! Lo liat kan?" Emma langsung menuduh tanpa basa-basi.

Leo tak mampu berkata lagi. Pusing beneran asli. Dimana-mana ketemunya Dentra atau Alaturi bikin dia migrain sendiri. Siapa yang sangka kalau Devan si ketua MPK yang satu kelas dengannya, juga bukan manusia.

Terlebih kehadiran Izzul, yang cukup asing untuk Leo.

"Gue panglima perang sekaligus pengawal Raja Livander." Izzul memperkenalkan diri.

"Udah tau." Emma nyeletuk cepat.

"Bukan lo! Gue ngomong ke Nicander."

Leo berdeham. "Bisa nggak, lo panggil gue Leo aja kalau di sini?"

"Ya bisa dong Nic---Leo."

Emma berdecak, menunjuk Devan dengan curiga. "Jadi lo ini apa Devan?"

"Gue Devan." Devan menjawab tanpa beban, bikin Emma segera menangkat gelas, berancang-ancang mau menyiramnya dengan milkshake.

"Wow! Wow! Santuy dong!"

"Kita lagi nggak bercanda Devan."

"Gimana kalau kita ngomongin aja truk ghaib tadi yang hampir nabrak lo berdua? Nggak ada supirnya anjir?!" Devan memelototkan matanya berusaha membuat Emma dan Leo teralihkan.

"Kita bisa ngomongin itu abis penjelasan lo." Leo berujar, bikin Devan menghela nafas.

"Apa lo pernah mendengar nama Darwine Arkawiseta sebelumnya?" Tanya Devan dengan pelan, pemuda itu menyeruput cappucino seperti air putih, tiba-tiba saja tenggorokannya terasa kering.

"ELO SI DARWINE ITU?!" Emma berdiri dengan excited sambil menunjuk Devan dan membuat penghuni cafe menatapnya.

Tiga pemuda yang berada satu meja dengannya langsung menunjukkan reaksi yang berbeda-beda. Izzul menutup wajahnya dengan tangan, Devan bersungut-sungut. "Tuh kan ih kebiasaan mulutnya bacot!"

Leo menarik Emma duduk kembali. "Reaksi lo bisa biasa aja nggak?"

"Dia si Darwine itu Le, yang dicariin sama Livander."

"Iya gue tau. Udah diem."

"Die temen lo dulu. Sahabat, best friend forever." Jelas Izzul pada Leo, bikin pemuda itu membulatkan bola matanya.

ALATURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang