46. The Return of The King

287 85 80
                                    


Karena komen kalian kemarin banyak, jadi aku up lebih cepat. Makasih yang sudah meninggalkan jejak cuz you all make me happy to write this, kalian bikin aku semangat buat ngelanjutin cerita ini. Tetap meninggalkan jejak yaaaa. 
Seperi biasanya chapter ini sampai 3000 words. So enjoy this.❤️

"My lord

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"My lord." Makhluk besar itu menundukkan kepalanya, tatapannya menatap lurus pemuda bersurai hitam. Emblem kerajaan Dentra tersemat di dahinya, terpantul oleh sinar matahari menghasilkan pantulan cahaya yang bekerlap-kerlip.

Glitch, berhasil ditemukan. Setelah seribu tahun menghilang dari eksistensi yang seharusnya, bersamaan dengan Gunung Aztea yang tak lagi aktif dan membuat semua orang mengira bahwa naga sudahlah punah. Benar ucapan Livander, Naga adalah makhluk paling setia yang pernah diciptakan Tuhan di dataran Alaturi. Tuannya hanyalah satu, jika si Tuan hilang, maka makhluk itu akan ikut menghilang. Jika si Tuan mati, maka ia akan membunuh dirinya sendiri.

Makhluk besar itu begitu menyeramkan rupanya, membuat siapapun pontang-panting akan berlari menghindarinya. Anehnya, walau secara teknis Leo baru pertama kali menemui Glitch, tak ada rasa takut yang menyelimuti hatinya. Langkah itu perlahan mendekat, hingga tepat berada di depan wajah Glitch yang bersisik. Tangannya terulur begitu pelan. Perlahan kepala Glitch mendekati, bergerak mengusapkan diri di bawah telapak tangan kecil milik Leo.

"My lord, aku sudah menunggu engkau selama satu milenium penuh." Suara itu kembali bergumam.

Angin berhembus, membiarkan surai pemuda itu bergerak di atas dahinya. Membuat cloak gelap yang dipakainya bergelombang mengikuti arah angin. Sejenak, waktu seakan berhenti membiarkan kedua sahabat lama itu kembali bertemu setelah ribuan tahun lamanya.

"Lo tahu siapa gue?" Leo bergumam pelan, membuat Glitch nampak memiringkan kepalanya.

"Cara bicara engkau aneh my lord."

Sejenak Leo tertegun. Makhluk di depannya ini sudah hidup seribu tahun yang lalu bahkan jauh sebelum masa reinassance. Sudah pasti cara bicaranya berbeda dengan Leo yang berasal dari abad ke 21.

"Gue adalah aku, lo adalah engkau. Belajar lebih modern sedikit." Ucapan itu bukan Leo yang mengatakannya, melainkan Darwine yang kini berjalan mendekat, membiarkan Emma yang masih setia ingin jauh-jauh dari makhluk besar di depannya.

"Engkau tetap menyebalkan Darwine, katakan my lord apa selama ini ia membuat engkau kesal? Izinkan aku untuk memberikannya nafas api." Glitch menggeram  menjauhkan kepalanya dari tangan Leo kemudian menatap Darwine tajam.

"Ia tetap menyebalkan, tapi Darwine lah yang mengantar gue ke sini."

"My lord, sungguh. Engkau tidak cocok dengan gaya bahasa itu." Glitch memberengut, kelihatan dari raut wajahnya yang tak senang. Leo tersenyum tipis. "Gue berasal dari abad ke 21, begini cara orang-orang berbicara di dunia manusia."

ALATURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang