9. Galize

618 181 156
                                    


Cerita ini akan kembali dilanjut jika kolom komentar mencapai 100

Cerita ini akan kembali dilanjut jika kolom komentar mencapai 100

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Sejak kehadiran Gevindra kemarin, pemuda itu seakan meledek Emma secara tak langsung dan menjelaskan bahwa dirinya sudah memiliki orang lain. Sebenarnya sih, peduli setan. Tapi setiap kali Gevindra dan Lyanna melewati kelasnya sambil rangkul-merangkul membuatnya muak semual-mualnya.

"HAHAHAHA! JIGONG MONYET!" Emma reflek mengumpat ketika Gevindra dan Lyanna kembali melewati kelasnya lagi. Ia memutar balik dan kembali masuk ke dalam kelas, hingga tak sengaja menabrak Leo yang hendak keluar pintu.

"Leo! Mata lo kemana ha?!" Gadis itu tiba-tiba emosi begitu saja, membuat Sevira yang mengekor di belakang Leo menatapnya tak terima suaminya---oke calon pacarnya di bentak begitu saja.

"Apa sih Ma! Ngomel mulu lu kayak Nenek! Kan elo yang nabrak Leo!"

Emma melotot, merasa terkhianati begini Sevira lebih membela Leo ketimbang dirinya. "Lo tuh ya Sev! Sudah dibutakan sama cinta, nih gue kasih tau aja ya si papan jalan ini lebih dingin dari kutub utara, udah lo sama Devan aja sono!"

Leo memutar bola matanya malas, berjalan keluar pintu sambil menyenggol bahu Emma dengan sengaja. Membuat gadis itu tersulut dan mengejar Leo keluar kelas meninggalkan Sevira yang syok perasaannya diumbar di depan kelas oleh si mulut mercon.

"He Zachery Galileo!" Emma merentangkan tangannya, berdiri di depan Leo.

"Apa? Lo mau lampiasin kekesalan lo sama mantan lo ke gue?"

Terus terang sekali mulutnya. Gadis itu melotot, menaruh jari telunjuknya di depan mulut. "Nggak usah sebut-sebut dia, nanti gue dikira belum move on lagi idih."

"Emang kenyataan." Leo melengos hendak kembali berjalan, namun Emma lebih dulu menariknya hingga langkahnya mau tak mau mengikuti gadis di depannya.

Ia membawa pemuda itu ke tempat sepi, tepatnya di depan pintu gudang tempat penyimpanan kursi dan meja yang tidak terpakai, juga barang-barang rusak lainnya. Setelah memastikan sekitar tak ada orang, Emma beralih menatap Leo dengan serius.

"Gini ya, gue tuh dari kemaren takut sama lo, tapi berhubung rasa penasaran gue lebih besar kalau lagi marah jadi gue rasa sekarang adalah waktu yang tepat."

Kernyitan dahi terbentuk sempurna di dahi milik pemuda itu.

Emma mendekatkan dirinya membuat Leo mundur perlahan. "Ih jangan mundur! Gue kan mau bisikan sama lo."

"Apaan sih?" Leo mendesah kesal mendorong pelan agar Emma menjauh.

Gadis itu menarik nafasnya pelan, lantas mulai membuka suara.

"Lo tuh apa sih? Bisa tumbangin komplotan Aldi hanya dengan beberapa menit?"

Pemuda itu memilih diam dengan tenang. Mengetuk-ngetukkan sepatunya di atas lantai. Sedangkan gadis di depannya kembali menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, persis seperti orang yang ingin melahirkan.

ALATURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang