Chap 39. Tidak Terduga

983 56 3
                                    

"Terimakasih."

***

HAIII

WELCOME BACK

HAPPY READING ❤️❤️

___________________________________________

Mobil ambulan melaju pesat dengan di iringi sirine yang biasa membuat bulu kuduk merinding. Dari arah yang berlawanan juga ada satu mobil ambulan yang sedang mengantar pasien.

Kedua sirene mobil itu menggema di depan Rumah Sakit Pratama. Mobil itu terparkir bersebelahan.

Elvaro turun dari mobil ambulan bersama Enjel dan juga Arsa yang terbaring kaku di atas brankar dengan mata yang setengah menutup. Tangisan Enjel pecah sejak tadi di GOR Anexty, dia melihat sendiri bagaimana Arsa meneteskan setitik darah setelah terkena peluru tersebut.

Satu pasien di sebelah mobil ambulan Arsa juga keluar, menampilkan seseorang yang sangat familiar dari arah belakang. Elvaro mengernyitkan alisnya, Riri?.

Tangisan Riri pecah saat itu. Dua brankar dari dalam mobil ambulans itu membuat hati Elvaro runtuh dalam hitungan detik. Kesyi tergulai lemah di atas brankar dengan alat oksigen menempel di hidungnya.

"Bun, bunda. Kesyi kenapa?" Tanya Elvaro dengan nafas yang tidak teratur.

Tina hanya menggeleng lemah, tidak bisa menjawab pertanyaan Elvaro. Darwin pun begitu, dia masih meneteskan satu persatu air matanya dengan bahu yang sudah terjun bebas merasakan sakit putrinya.

Kedua brankar itu berdecit mengarah ke ruang operasi yang letaknya berdekatan. Elvaro bingung, di satu sisi Arsa kini masih membuka matanya dengan kuat. Namun, di sisi lain Kesyi sudah terlihat tak sadarkan diri. Begitu pula Enjel yang sudah tidak memiliki kekuatan untuk melihat keduanya.

Arsa yang masih bisa bergerak perlahan, langsung mengarahkan pandangannya ke samping, dimana terlihat Kesyi sudah menutup rapat matanya dengan kulit yang terlihat sangat pucat, ia tersenyum lemah penuh arti.

"Njel." Lirih Arsa memegang lemah tangan Enjel yang masih setia mendorong brankar ini.

"Hmm? Arsa jangan banyak gerak." Ucap Enjel dengan di temani sesenggukannya.

"Gue istirahat ya." Suaranya tak terdengar jelas.

Enjel mengangguk. "Iya sa, habis ini kita istirahat. Gue jagain." Ucapnya.

Arsa tersenyum getir dan memgang dadanya yang sudah banyak terkena darah. Sakit menyerangnya dengan begitu lama, ini puncaknya.

Kesyi dan Arsa memasuki ruangan operasi yang bersebelahan. Tangisan semua orang pecah. Riri kini berada di bekapan Panji dengan lemah, tak kuasa membendung air matanya. Enjel duduk di kursi rumah sakit dengan tatapan menerawang hatinya sangat tergores kali ini.

Elvaro? Dia tersungkur di bawah, melipat kakinya dan memeluk lututnya. Hanya doa dan air mata yang sedang berteman dengannya kali ini.

Mereka pasti selamat kan? Tuhan?.

Satu wanita paruh baya berlari terbirit-birit di lorong rumah sakit. Ya dia mama Arsa, jatungnya naik turun tidak bisa terkontrol mendengar kabar yang di kirimkan oleh Nanda.

"Arsa mana nan? Anak Tante mana!??" Teriaknya histeris ke arah Nanda.

Dengan cepat Nanda menarik tangan mama Arsa untuk duduk di kursi rumah sakit. Tangannya memijat tangan mama Arsa untuk sedikit menguatkannya.

ELVARO [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang