Bilal melajukan motornya meninggalkan rumah Kayra. Ia mencoba fokus mengendarai motornya, namun gagal.
Hampir saja ia menambrak seekor kucing yang hendak menyebrang jalan. Otaknya masih terus memikirkan perkataan Yuda tadi.
Entah mengapa kalimat Yuda tadi bisa membuatnya begitu terganggu, padahal biasanya ia bisa cuek.
Karena merasa ada yang tidak beres dengan pikirannya, ia menepikan motornya ke pinggir.
Beratapkan langit malam, Bilal duduk di trotoar jalanan. Memikirkan kembali perkataan Yuda.
Ia sendiri sebenarnya bingung tentang perasaannya, karena yang ia rasa hanya nyaman ketika bersama Kayra.
Tidak lebih, ataupun kurang.
Ia melajukan motornya lagi, bukan menuju rumah. Tetapi, menuju rumah sakit.
Memutuskan untuk bersama Bundanya malam ini, mungkin saja pikirannya bisa jauh lebih tenang.
Namun saat ia sampai ternyata sang Bunda sudah tertidur. Ia mendekati perempuan yang telah melahirkan dan membesarkannya itu.
Digenggamnya tangan sang Bunda, ia kini duduk disamping Bundanya dan menelengkupkan wajahnya diatas tempat tidur pasien.
Menyadari adanya kehadiran seseorang Bunda pun terbangun.
"Sayang," Kata Bunda.
Bilal mengubah posisinya dan menatap sang Bunda, "Maaf ya, Bunda jadi kebangun gara-gara Bilal,"
"Kamu dari kapan ada disini?"
"Ngga lama kok, mungkin sekitar 10 menit lalu,"
"Malam ini Bilal disini ya nemenin Bunda," lanjut Bilal.
Seakan paham dengan raut wajah sang anak, Sinta pun langsung bisa menebak bahwa Bilal sedang memikirkan sesuatu.
"Lagi ada yang kamu pikirin ya?" Tanya Sinta.
Bilal sangat sekali ingin menjawab "iya", namun karena tak mau membuat Bundanya khawatir jadi ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Nggak kok, Bilal cuma lagi kangen aja sama Bunda." Bilal tersenyum.
"Bunda yang lahirin kamu lho, Bunda juga yang besarin kamu. Jadi Bunda tau kalo kamu sekarang lagi bohong," ujar Bunda seraya mengusap kepala sang anak.
Bilal menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya pelan, "Bilal nggak ngerti sama perasaan Bilal sendiri Bund,"
"Apapun yang kamu rasain coba buat lebih jujur sama perasaan kamu sendiri, jangan pernah bohongin perasaan kamu sendiri." Sinta menatap mata Bilal.
***
Kayra baru saja selesai mengganti pakaiannya. Ia merebahkan badannya diatas kasur, tak lama suara ketukan dipintu kamarnya pun terderngar."Kay, gue masuk ya." Kata Yuda, ia pun langsung masuk tanpa menunggu jawaban dari Kayra.
Laki-laki itu langsung merebahkan tubuhnya disamping Kayra. Tenang, mereka nggak ngapa-ngapain kok. Mereka cuma ngobrol biasa kaya saudara.
"Gue kira lo balik." ucap Kayra.
"Nggak, gue mau nginep." Jawab Yuda.
Masing-masing sibuk dengan benda pipih dilengannya. Kayra yang terlihat asik scroll twitter, sedangkan Yuda asik dengan game onlinenya.
Yuda mendengus kesal, karena kalah bermain game. Ia merubah posisinya menjadi duduk, dan matanya menatap Kayra.
"Kay,"
"Hmm." Sahut Kayra yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Lo kok bisa seharian sama Bilal?" Tanya Yuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilal Aileen | Beomgyu
Teen FictionIni kisah tentang laki-laki bernama Bilal Aileen. -- "Jangan kemana-mana ya gue mau tidur, lo disini aja temenin gue." Pinta Bilal. Kayra menatap kedepan, lebih tepatnya kearah lapangan basket didepannya, "lo kenapa sih aneh banget dari semalem, m...