Part 27

45 23 39
                                    

Meski sedang tertidur, Kayra bisa merasakan ada seseorang yang mengelus puncak kepalanya dengan lembut. Gadis itu tertidur dimeja belajar saat sedang mengerjakan tugas matematikanya.

Perlahan ia membuka matanya, pandangannya bertemu dengan iris mata berwarna cokelat.

"Mama." Kata Kayra yang masih setengah sadar.

Matanya masih terus menatap sang ibu yang kini masih berada dihadapannya sambil tersenyum.

"Duh ini pasti gue lagi kangen banget sama mama sampe halu begini." Kayra mengalihkan pandangannya ke buku paket matematika dihadapannya.

"Kamu nggak halu kok, ini beneran mama." Ucap Kayla.

Sontak Kayra langsung berdiri dan menatap lekat Kayla, matanya berbinar. Tubuhnya membeku, tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.

Kayla meraih Kayra kedalam pelukannya, sejujurnya ia juga sangat rindu dengan anak semata wayangnya ini.

"Maafin mama, ya." Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Kayla, lalu setelahnya ia menangis sambil memeluk anak gadisnya.

"Maafin mama karena selama ini udah egois."

Kayra tak tahu harus menjawab apa, ia ikut larut dengan suasana dan menangis dipelukan sang mama.

Pertemuan Kayla dengan Bilal dicafe tadi membuat ibu satu anak itu sadar bahwa ia sudah sangat egois selama ini. Ia sama sekali tak pernah memikirkan perasaan Kayra selama ini.

Flashback on.

Matanya terus menatap keluar jendela cafe, kepalanya sibuk menyusun kalimat yang akan diucapkan nanti. Gelas didepannya yang berisikan ice americano itu hanya tersisa setengah.

Malam ini Bilal bertemu Kayla atau Mama Kayra. Ia memutuskan untuk datang lebih awal dari jam yang ditentukan Kayla.

Sejujurnya Bilal sangat grogi, ia tak yakin keputusannya kali ini benar. Ada rasa takut dikepalanya, tapi dalam hatinya juga ada rasa peduli.

Bilal sendiri bingung mengapa ia jadi sangat peduli dengan Kayra, bahkan sampai urusan keluarga Kayra sekalipun.

Tujuan Bilal bertemu Kayla sebenarnya untuk membujuk agar Kayla bisa melupakan insiden kematian Papa Kayra, lalu memaafkan dan kembali tinggal dengan Kayra.

Setelah kejadian Malvin yang tiba-tiba mendatangi rumah Kayra, Bilal menjadi lebih khawatir saat Kayra berada dirumah sendiri. Ia khawatir jika Malvin akan kembali datang. Bilal sangat hafal dengan kelakuan Malvin. Malvin tidak akan menyerah sebelum ia mendapatkan yang ia inginkan, sekalipun ia harus mendapatkan sesuatu itu dengan cara kotor dan gila sekalipun.

Pandangannya teralih saat melihat pintu cafe terbuka. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan bugar datang menghampiri meja Bilal.

Bilal yang tadinya duduk kini merubah posisinya jadi berdiri, ia tersenyum dan menyapa Kayla terlebih dahulu.

"Silahkan duduk, tante." Ucap Bilal sambil tersenyum.

"Saya tidak suka basa basi, Kayra kenapa?"

Jantung Bilal berdegub lebih kencang, tak menyangka bila Kayla akan setegas ini.

"Oke sebelumnya nama saya Bilal, saya teman sekolah anak tante." Bilal mencoba terlihat tenang.

Semua kata yang telah ia rangkai diotak mendadak hilang begitu saja. Bilal sedikit terbata-bata saat bicara.

"Maaf sebelumnya saya tidak bermaksud ikut campur dalam urusan keluarga tante, tapi selaku teman Kayra saya rasa perlu menyampaikan ini."

"Kayra sempat bercerita tentang tragedi kematian papanya, setiap hujan turun raut wajahnya selalu berubah menjadi ketakutan. Sorot matanya perlahan mulai sendu, seakan ia menyimpan kesedihan mendalam."

Bilal Aileen | BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang