Kedua lengan Kayra masih setia memeluk laki-laki yang kini tengah memboncenginya. Meski lengan kirinya sudah terbalut rapih oleh kain kasa, hal tersebut tak bisa mencegahnya untuk semakin mengeratkan pelukan. Bibirnya mengukir bentuk bulan sabit, Kayra tersenyum.
Sebelum mengantar Kayra kembali ke rumah, Bilal membawa gadis itu ke rumah sakit terlebih dahulu. Ternyata lukanya cukup dalam, hingga membuat lengan gadis itu harus menerima tiga jahitan langsung.
Bulan purnama malam ini menjadi saksi bisu bahwa Bilal dan Kayra sudah bersatu. Bertekad untuk saling menyayangi. Saling melindungi. Serta saling membahagiakan.
Awal baru untuk hubungan mereka telah dimulai. Seperti banyak orang katakan, semakin jauh sebuah hubungan akan semakin banyak pula rintangan. Karena sejatinya sebuah hubungan tidak akan selalu membawa kebahagiaan, kadang sesuatu bisa terjadi diluar kendali kita. Dan itu yang membuat tak selamanya mereka akan tersenyum bahagia, mungkin sesekali mereka juga akan merasakan sakit sampai air mata itu tak dapat dibendung lagi.
Motor Bilal berhenti tepat didepan rumah Kayra. Keduanya kini berdiri berhadapan, saling memberi senyum. Kedua mata sepasang remaja itu bersinar terang dibawah sinar rembulan malam ini.
"Bilal," Panggil Kayra tiba-tiba, membuat Bilal sedikit terkejut dan langsung menautkan kedua alis tebalnya.
Kayra terlihat gugup untuk melanjutkan kalimatnya. "Hmm, ki-ta sekarang paca-ran ?"
Pertanyaan polos Kayra sukses membuat Bilal terkekeh, dan langsung menunjukkan deretan giginya yang rapih.
"Ish kok malah ketawa, gue kan serius nanya," Kayra mengerucutkan bibirnya.
Bilal menghentikan kekehannya, hanya tersisa sebuah senyuman. Tak ada jawaban dari mulut laki-laki itu. Ia malah melangkah lebih dekat kearah Kayra, mengikis jarak antar keduanya.
Jarak mereka semakin dekat, membuat jantung Kayra berdegup sangat kencang. Bahkan gadis itu sangat yakin jika Bilal bisa mendengar degup jantungnya sekarang. Bilal semakin mengikis jarak, harum nafas Kayra sudah bisa tercium jelas.
Kayra memejamkan mata saat jaraknya dan Bilal semakin hilang. Sedangkan Bilal kini tengah memiringkan kepalanya kesebelah kanan. Ia membungkukan badan, guna menyamakan tingginya dengan Kayra.
Gadis itu merasakan sebuah benda asing mendarat dibibirnya, melumat bibirnya dengan sangat lembut. Keduanya hanyut dalam aktifitas yang sama-sama pertama kali mereka lakukan. Kayra mengalungkan kedua tangannya dileher Bilal. Kedua tangan Bilal pun masih bertengger pada pinggang ramping gadis dihadapannya.
Kayra mulai kehilangan pasokan oksigen dalam tubuhnya. Gadis itu melepaskan lengannya dari leher Bilal, lalu memukul pelan dada bidang laki-laki dihadapannya. Kode jika ia sudah kehabisan nafas.
Bilal melepas pagutannya, lalu kembali tersenyum menatap gadis didepannya.
"Itu jawaban dari pertanyaan kamu, Kay."
"Kamu sekarang punya aku, dan aku punya kamu."
Kayra tak sanggup menyembunyikan senyumnya, pipinya merah merona akibat salah tingkah.
"KAYRA!"
Teriakan seseorang mengakibatkan keduanya terkejut. Mereka mengikuti arah suara teriakan itu yang berasal dari depan pintu rumah Kayra. Ternyata itu Yuda.
Bilal dan Kayra langsung saling tatap, kali ekspresi mereka tegang. Dalam batin mereka terus mengatakan, sejak kapan Yuda berada disana. Apa Yuda melihat semua kejadian tadi? Benak mereka terus saling melemparkan pertanyaan yang sama.
Yuda sudah berdiri dihadapan Bilal maupun Kayra. Kedua tangannya terlipat didepan dada. Sorot matanya menyelidik menatap Bilal dan Kayra bergantian.
"Yud, lo dari kapan disitu?" Tanya Kayra dengan ekpresi tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilal Aileen | Beomgyu
Teen FictionIni kisah tentang laki-laki bernama Bilal Aileen. -- "Jangan kemana-mana ya gue mau tidur, lo disini aja temenin gue." Pinta Bilal. Kayra menatap kedepan, lebih tepatnya kearah lapangan basket didepannya, "lo kenapa sih aneh banget dari semalem, m...