Motor Bilal berhenti diparkiran rumah sakit. Seperti biasa ia memutuskan untuk menemui Bundanya saat pikirannya sedang kacau.
Bilal menemukan sebuah surat dari Pengadilan Agama dimeja samping ranjang Bunda. Kepalanya menunduk dan tersenyum miris, seakan ia sudah tau apa isi surat itu tanpa harus membacanya lebih dulu. Surat gugutan cerai orang tuanya.
Ia menggenggam lengan Bunda yang sedang memejamkan matanya, tanpa sadar air matanya jatuh begitu saja. Ini terlalu bertubi-tubi untuk Bilal. Baru saja masalah datang diantara hubungannya dan Kayra, lalu sekarang ia juga harus menghadapi kenyataan bahwa keluarganya sudah benar-benar hancur.
Bilal memang terlihat membenci Papanya, tapi jauh dilubuk hatinya masih ada rasa sayang untuk Papa. Ia masih sering berharap bahwa keluarganya akan kembali harmonis dan utuh seperti sebelumnya. Namun kini harapannya seakan dipatahkan begitu saja oleh takdir.
Bunda membuka matanya dan langsung disambut oleh keadaan Bilal yang sedang menggenggam lengannya sambil berurai air mata.
Sadar akan keadaan Bunda yang sudah bangun, Bilal menatap wajah Bunda tanpa menghapus air mata diwajahnya. Ia seperti memberitahu Bundanya bahwa hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Bunda mengusap lembut rambut Bilal, "Anak Bunda, kenapa?"
Bilal tak langsung menjawab, ia masih setia memandang wajah sang Bunda yang semakin hari makin terlihat lemah.
"Semuanya udah hancur, Bun."
"Dan itu karena Bilal." Nafas Bilal tercekat menahan isakannya.
Pelukan hangat Bunda langsung bisa dirasakan Bilal. Tangisan Bilal pecah saat itu juga. Usapan lembut pada punggung Bilal seolah perlahan menangkannya.
"Bilal udah kehilangan keluarga Bilal yang utuh."
Tak kuasa melihat air mata Bilal, Bunda pun terlihat menitihkan air mata.
"Kamu nggak kehilangan siapa pun. Ada Bunda disini, dan Bunda akan selalu ada disini bareng-bareng sama kamu."
***
Yuda masih setia menghubungi Kayra yang ponselnya tak kunjung aktif juga. Waktu sudah menunjuk 8 malam, tapi Kayra belum pulang ke rumah. Deena dan yang lainnya memberitahu Yuda jika Kayra sudah pulang lebih dulu, bahkan sebelum jam pulang sekolah. Hal itulah yang membuat Yuda semakin khawatir.Ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Kayra. Mama Kayra sedang kembali dinas keluar kota dan menitipkan Kayra pada Yuda. Yuda belum berani mengabari Mama Kayra, karena tak mau membuat tantenya itu khawatir.
Yuda sudah menghubungi semua teman Kayra, namun jawaban mereka semua sama bahwa Kayra tidak sedang bersama mereka.
"Kay, lo sebenernya kemana lagi sih."
Bahkan Yuda sudah mendatangi tempat-tempat yang mungkin saja dikunjungi oleh Kayra, namun hasilnya nihil Kayra tidak berada disana.
***
Kayra duduk disebuah bangku taman. Seharian ini ia sengaja mematikan ponselnya, karena tak ingin diganggu oleh siapapun.Seragam sekolah pun masih terbalut ditubuhnya. Mengunjungi tempat-tempat yang pernah ia kunjungi bersama Bilal, hanya agar ia bisa merasakan bahwa Bilal masih disisinya. Itulah yang Kayra lakukan seharian ini.
Dan kini ia berada ditaman yang pernah ia datangi bersama Bilal. Ditaman ini Kayra pernah bercerita tentang keluarganya, begitupun sebaliknya dengan Bilal yang mencetitakan kehidupan dan keluarganya. Ditaman ini Kayra pernah begitu bahagia melihat bulan yang bersinar terang bersama Bilal. Ditaman ini juga Kayra mulai menyadari perasaanya untuk Bilal.
Kayra melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukan jam setengah sembilan malam. Sudah waktunya gadis itu pulang. Langkahnya pun berlalu meninggalkan taman yang menyimpan banyak kenangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilal Aileen | Beomgyu
Teen FictionIni kisah tentang laki-laki bernama Bilal Aileen. -- "Jangan kemana-mana ya gue mau tidur, lo disini aja temenin gue." Pinta Bilal. Kayra menatap kedepan, lebih tepatnya kearah lapangan basket didepannya, "lo kenapa sih aneh banget dari semalem, m...