"Huah....!!!.*hiks* *hiks* Papa...! papa....!!". Suara bocah kecil menangis memenuhi kediaman tin medhtanan.
*bruk!*
"Ouch!. Ada apa sayang?".
Momo menangis menerjang can yang sedang menyiapkan makan siang.
"Hiks.... hiks... ini!". Momo memperlihatkan ice cream nya yang hanya tersisa cone nya saja".
"Ada apa dengan ice cream mu?".
"Kakek mencuri ice cream momo lagi!! Hiks... hiks....". Momo menangis semakin menjadi jadi.
"Huft....". Can menghela malas.
Can tak tau entah sudah ke berapa kali momo berkelahi dengan kakeknya hanya karena makanan.
"Papa harus memarahi kakek!. Kakek sangat nakal!!".
Momo menarik can mengikutinya ke arah dimana si sumber kekacauan sedang berada.
Tapi apa yang can saksikan malah membuat can semakin sakit kepala.
Sesuatu yang membuat can ingin menendang pantat tin karena telah memutuskan hal mengesalkan seorang diri.
"Apa kau terlalu miskin hingga masih harus bekerja?. Tak ada pria yang bersedia menghidupimu?. Ah benar juga, kau Archi yang super expensive". Sindir pria setengah baya yang parasnya masih seperti sosok 38 tahun pada wanita berumur yang juga nyaris sama awet mudanya layaknya dia.
"Apa kau tak punya cermin?. Tuan konglongmerat yang selalu mencuri ice cream dari bocah kecil!. Apa ibumu tak pernah mengijinkan mu makan ice cream semasa muda mu?. Ah benar juga, kau tuan dhanin yang setiap gerak hidupnya dikontrol ibunya. Menyedihkan!". Balas wanita itu melanjutkan memoles lipstik ke bibirnya.
Siapa mereka?.
Mereka adalah Dhanin Chearavanont dan Archita Patcharapa.
Benar, mereka adalah kedua orang tua can.
Sepasang manusia yang membuat can lahir di dunia, juga sepasang manusia yang dianggap nihil oleh can.
Eksistensi yang harusnya akan tetap kosong baginya.
Lalu mengapa mereka bisa tinggal dikediaman tin medhtanan?.
Itu karena keputusan tin.
Tin ingin memperlihatkan apa itu cinta sesungguhnya pada sepasang manusia yang tak mengenal cinta dan tak percaya adanya cinta sejati.
"Papa, momo mau ke rumah kakek medhtanan saja". Ucap momo setelah menyaksikan kedua orang yang harusnya lebih dewasa dari kedua orang tuanya malah saling menyindir layaknya anak kecil.
"Tunggu ayah pulang kerja dan momo bisa minta ijin ayah dulu".
"Huft......". Balita kecil itu menghela malas layaknya wanita dewasa. "Momo bobo siang saja kalau begitu". Ucap momo berjalan menuju kamarnya.
"Mau papa temani?". Tawar can merasa kasihan pada gadis kecilnya yang tak bisa hidup tenang semenjak ada kedua orang tua can disana.
"No papa, thank you". Jawab momo meniru gaya tin.
"Pft....". Melihat tingkah si gadis kecil, membuat can tak kuasa dan tertawa gemas.
Momo saat merajuk benar benar seperti mini me tin.
"Well....". Can kembali pada permasalahan utama dan melirik ke arah dimana dua orang yang paling tak ingin ditemuinya masih saling menghina.
"Tin, aku akan menaburi garam ke kopimu besok pagi". Ucap can masih kesal dengan keputusan tin.
![](https://img.wattpad.com/cover/197968096-288-k471335.jpg)