~One day~"Halo, ada apa menghubungi ku bu?. Bukannya disana sekarang sudah terlalu larut?". Tin bertanya pada ibunya yang saat ini sedang diluar negri menemani ayahnya.
"Tin apa can baik baik saja?. Ibu coba menghubungi can dari sekitar 7 jam lalu tapi tidak bisa. Apa ponselnya bermasalah?. Seingat ibu ponsel can sudah tidak diganti selama satu tahun ini, sebaiknya besok kau bawa can untuk membeli ponsel baru na, ibu tidak tenang kalau begini...bla..bla..bla". Nyonya medhtanan menghujani anak bungsunya dengan sejuta pertanyaan dan tugas.
"Hmm, ok". Tin menjawab dengan malas.
"Apanya yang ok tin?. Tsk! Anak ini benar benar ya...!. Ibu ingin bicara dengan can!. Berikan ponselnya pada can". Nonya medhtanan yang merasa gusar ingin mendengar suara can langsung.
"Bu, jangan sekarang. Can sedang istirahat, besok saja". Tin mencoba menolak perintah ibunya itu.
"SEKARANG!!!". Nyonya medhtanan berkata tegas.
"Tsk, ok ok".
Tin tersenyum licik sembari naik menuju kamar can yang bersebelahan dengan kamarnya. Tin naik dengan santai dan tenang sembari melempar tangkapkan ponsel can yang sejak tadi siang dipegang olehnya.
*KLIK*
tin membuka pintu kamar can dan mendapatinya masih menangis senggugukan dikasurnya, sesekali can menendang nendang selimut dan bantalnya.
"Can...,". Tin masuk dan duduk di kasur can tepat disebelah pria yang masih saja bertingkah seperti anak kecil padahal sekarang dia sudah mahasiswa tingkat satu.
"Pergi sana!. *sobs* Aku tidak mau bicara *sobs* dengan mu!! *sobs* *sobs*". Can mendorong pinggang tin menjauh darinya menggunakan kaki rampingnya.
"Can...., ini ibu yang mau bicara". Tin yang sejujurnya saat ini sedang berusaha menahan tawa mati matian menarik can di pergelangan kakinya agar mendekat dengannya.
"Tidak mau !! *sobs*, kau pasti bohong *sobs*". Can manarik kakinya dan kembali mendorong tin di bagian bokongnya agar tin menjauh darinya.
"Aku tidak berbohong. Ini terima saja ponselnya jika tidak percaya". Tin menyerahkan ponsel ditangannya ke arah can.
*sobs* *sobs*
Can yang saat ini masih menangis senggugukan sangat yakin saat ini tin sedang berbohong padanya, namun ketika tin menyerahkan ponselnya kepadanya dia menjadi sedikit percaya dan menoleh ke arah tin.
"Kau serius?". Can bertanya curiga sembari melirik ke arah ponsel ditangan tin.
"Tsk!". Tin menarik tangan can dengan kuat dan cepat hingga membuat tubuh can seakan melayang dan mendarat dipelukannya.
Tin tidak menyianyikan kesempatan itu dan dengan cepat memeluk can yang masih kaget dan menempelkan ponselnya ditelinga can.
"Haloo..... can?. Nak? Ada apa??" . Terdengar suara nyonya medhtanan yang khawatir.
"Bi....bibi? Ada apa?". Mendengar suara nyonya medhtanan itu can seketika diam dan pasrah dipelukkan pria yang saat ini sudah membuatnya kesal setengah mati sampai dia menangis.
"Oh can..., bibi dari 7 jam lalu mencoba menghubungi mu nak, tapi tidak tersambung terus. Ada apa nak? Apa ponsel mu ada masalah?". Nyonya mendhtanan bertanya dengan khawatir.
"Ponsel ku?". Can berfikir sejenak kemudian menoleh ke arah tin yang saat ini masih memeluknya erat sembari menciumi lehernya.
*sobs* *sobs*
"Bibi......, *sobs* *sobs* tin jahat bi..., aku membenci tin..., *sobs* *sobs*. Bibi kapan kembali?? *sobs*". Can kembali menangis karena terlalu kesal dengan tin.