Goddess of war

2.6K 177 36
                                        

Ketika itu, siang baru saja berganti sore. Salah satu pengusaha terkaya di asia tengah mengadakan acara perayaan besar dan mengundang semua rekan kerjanya..

Namun, meskipun ajakan ini seakan hanya untuk makan bersama. Namun sejujurnya ada makna tersirat di dalamnya.

Bisa jadi untuk memperkenalkan anggota keluarga baru pada para relasi lainnya, atau bahkan memamerkan keturunan mereka secara tersirat agar para relasinya tau dan bisa menjodohkan penerus mereka.

Tidak ada yang tau alasan sebenarnya dari acara sore itu selain si pembuat acara sendiri.

Hias hiasan dan hidangan berkelas nampak disajikan untuk para tamunya.

Wajah takjub dan respect nampak tergambar jelas diwajah para tamu undangan tersebut.

Bagaimana tidak?.

Acara tersebut nampak seakan ada raja yang akan keluar menyapa mereka.

Sangat megah dan berkelas.

"Medhtanan. Aku... tidak tau kau akan mengadakan acara semegah ini. Ada apa?". Tanya pria setengah baya yang menjadi alasan utama acara tersebut dilakukan.

"Kau tiba?". Tuan medhtanan menatap wajah sepupunya yang terkenal sangat licik dan bermulut manis tersebut dengan senyuman yang tidak biasa.

"Yah nyaris saja aku tidak datang. Kau tau.... undangan kalian terlalu tiba tiba".

"Ah... maaf. Kami mengurus banyak hal".

Tuan medhtanan melirik ke arah istrinya yang berdiri jauh darinya yang menutupi wajahnya dengan kipas kayu yang terlihat sangat elegan.

"Tapi ini jauh lebih baik. Aku senang akhirnya kalian sadar bahwa anak miskin itu memang tidak selevel dengan kita. Kalian harus berterima kasih padaku".  Ucap sepupu tuan medhtanan tersebut terlalu bersemangat.

Tanpa disadarinya di sudut lain, dewi perang sedang menatapnya bagai ular black mamba yang siap menerkam tikus malang yang akan ditelannya hidup hidup.

"Kau tau apa hal paling ku sesali dalam hidupku dev?". Tanya tuan medhtanan menatap ke arah sajian kambing guling yang langsung disajikan ditengah garden party itu.

"Tentu saja. Menerima anak miskin penipu itu menjadi bagian keluarga medtanan".

"Hmph.....". Tuan medhtanan mendengus kecil menahan tawa. "Kau sungguh tidak berubah na dev?. Kau tidak pernah mau tau siapa yang kau jadikan lawan. Yang terpenting bagimu hanya menyingkirkan yang menghalangimu tanpa perduli konsekuensinya. Itulah sebabnya ayahmu mati muda dev".

"Hah?". Sepupu tuan medhtanan terdiam kaku dan perlahan menatap tuan medhtanan.

"Medhtanan sampai sebesar ini bukan hanya karena kerja keras nenek moyang kita dev. Tapi karena kerja kerasku dan karena ada dewi perang dibelakangku".

Tuan medhtanan menepuk beberapa kali bahu sepupunya sembari menatap tepat dimatanya.

"Makanlah. Semua sajian ini khusus dipesan istriku untukmu".

Tuan medhtanan segera beranjak menjauh dari sepupunya yang kini telah diam membatu diposisinya.

Ketika dia sadar, dia tidak mendapati satupun asistennya disampingnya. Mereka hilang bagai ditelan bumi.

"Silahkan nikmati sajiannya tuan".

Hunt, kepala asisten pribadi tuan medhtanan menahan sepupu tuan medhtanan ketika dia akan beranjak pergi dari posisinya.

Asisten tersebut menahan bahu kiri dev dari belakang dan dengan sekali hentakan membuatnya kembali duduk diposisinya.

Dev terpaku dengan keringat bercucuran didahinya ketika dia di dudukkan dimeja bundar beralaskan kain sutra putih paling besar yang terletak diposisi paling tengah.

My Can Medhtanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang