Hi semuanya, selamat pagi.Bukankah hari ini hari yang indah?.
Hari ini adalah sekitar 4 tahun setelah kejadian yang mengerikan terjadi pada can.
Setelah kejadian mengerikan dan traumatis itu kehidupan can tidak sepenuhnya sempurna, namun setidaknya jauh lebih baik karena dia melewatinya bersama tin.
Tapi bukankah hidup memang begitu?.
Kadang kita merasa sangat bahagia, namun keesokannya kita menangis.
Kadang kita merasa begitu lelah bahkan pada tahap ingin lari selamanya.
Suka tidak suka, semua harus dilalui dengan berani dan yakin.
Yaps, itulah kehidupan.
********
Pagi itu cuaca nampak begitu cerah, dan tin tidak siap untuk pergi ke kantornya.
Tidak siap?. Mungkin lebih tepatnya tidak cukup kuat.
Dia lelah, dan kurang tidur.
*klik!*
Pintu kamarnya dibuka.
"Ayah... ayah...". Suara balita yang menggemaskan mencoba mencari perhatiannya.
"Hmn....". Jawab sang kepala keluarga tanpa membuka matanya.
Yah lagi lagi!
Dia tidak sanggup.
Ini entah sudah keberapa kalinya dia terbangun untuk memenuhi panggilan putri kecilnya.
"Ayah....". Panggilnya lagi tak puas.
"Ya?". Akhirnya tin menyerah dan membuka matanya mendapati balita menggemaskan dengan potongan rambut bagai mangkuk menatapnya serius hanya dengan balutan popoknya.
Tin yang memotong rambut bayi menggemaskan itu dengan menggunakan salah satu mangkuk di dapurnya sebagai cetakan rambutnya.
"Ayah.... lihat. Kenapa winter dan stormy tidak ada?". Balita itu membawa pajangan foto kecil dari ruang keluarga.
**(Ini lho alasan kemarin aku nanya dan suruh milih 🤣 . Dan akhirnya aku memilih omy dan win biar rusuh sekalian 😎👍).
Di dalam foto itu ada Tin, can, dan momo ketika dia berusia 2 tahun.
"Oh.......". Tin menatap lelah foto itu dan melirik ke momo.
"Iya. Karena mereka belum lahir".
"Oh?. Kenapa belum lahir?. Dimana memangnya mereka?".
"Itu.....". Tin memikirkan sebuah alasan.
"Apa sedang dibuat?". Ucap momo membuat tin terdiam canggung dan tersenyum setelahnya.
"Iya". Jawab tin.
"Bagaimana cara membuat omy dan win?. Apa sama seperti saat membuat momo?". Tanyanya lagi tak memberi tin kesempatan menjawan.
"Well...., momo dibuat dengan cara yang normal. Mereka dibuat dengan bantuan teknologi. Jadi......".
"Normal?. Bagaimana momo dibuat?. Apa papa dan ayah membuat momo dari bahan tepung?. Seperti bibi rin membuat cake?".
"Itu......".
"Pft.........". Can masuk ke dalam kamar dan tertawa kecil melihat wajah lelah dan bingung tin yang bingung cara menjawab pertanyaan momo.
Tin yang menatap wajah can yang nampak senang melihatnya kebingungan segera mendapat ide.
"Jadi, ketika malam, ayah dan papa akan saling berpelukan. Nah ketika papa sudah siap, maka ayah akan....".