Chapter 1

35.5K 1.4K 13
                                    

Seorang gadis mungil tengah asik dengan beberapa permen lolipop di depannya. Ia menghitungnya satu per satu.

"Tiga belas.. empat belas.. lima belas,"

"Yeayy.. lolinya banyak-banyak. Tata sukaa!" Senyumnya mengembang memperlihatkan lesung pipi yang membuatnya semakin manis.

Gadis itu tengah duduk di gazebo rumahnya. Ia menghitung pendapatan permennya setelah tadi memalak abangnya. Angin sepoi-sepoi yang sejuk itu membuat rambut halusnya beterbangan.

Satu jam yang lalu ia mengganggu abangnya yang sedang asik bermain PS bersama teman-temannya. Ia sengaja merecoki abangnya supaya mau memberinya uang. Stok lolinya sudah habis, padahal mulutnya sudah gatal pengen makan loli.

Gadis mungil berusia 14 tahun itu memasukkan salah satu lolipop ke mulutnya, lalu menyimpan permen lainnya ke dalam sebuah kantong dan beranjak dari sana menuju kamarnya. Lebih baik loli ini diamankan dulu, mana tau nanti dicuri abangnya lagi.

"Loli Tata banyak, yeayy! Sayang abang deh hihi" Ia melompati satu per satu ubin yang ada di rumahnya. Sesekali berteriak senang karena hatinya yang dipenuhi kegembiraan yang tak terhingga.

Sesampainya di kamar, gadis itu segera menyembunyikan lolipopnya, ia menaruhnya di balik bingkai foto yang terpajang di dinding kamarnya. Sudah berbagai tempat yang ia gunakan untuk menyembunyikan permen, tetapi selalu saja ditemukan oleh abang dan orangtuanya.

"Padahal loli kan enak, kenapa abang sama Ayah Bunda malah larang-larang sihh. Gak asik, huh" Bibir mungilnya menggerutu kesal mengingat misinya yang selalu gagal gara-gara abangnya.

"Abang itu ganteng kalo lagi baik, tapi juga jelek kalo jahat. Terus terus kalo udah marah serem, hih." Bahunya bergidik membayangkan raut wajah abangnya yang sedang marah.

"Loli baik-baik yaa, jangan keluar-keluar nanti diambil abang lohh, terus nanti gak jadi deh masuk ke mulut Tata." Ocehnya yang semakin menjadi. Tanpa disadarinya sedari tadi kegiatannya itu sudah diamati oleh seseorang yang tengah menyender di pintu kamarnya.

"Dasar gadis kecil nakal!" Gumam orang itu sembari mengangkat sudut bibirnya ke atas, kepalanya menggeleng pelan tidak habis pikir dengan tingkah gadis mungil itu.

Tak lama ia berbalik pergi, meninggalkan sang gadis yang masih belum menyadari kedatangannya. Ia akan membiarkan gadis itu berbahagia untuk saat ini. Melihat senyum itu saja sudah ikut membuat perutnya serasa tergelitik.

***

Sebelum terlalu jauh kita akan berkenalan terlebih dahulu dengan gadis mungil penyuka lolipop itu. Gadis manis itu bernama Auristela Aretha atau biasa dipanggil Tata oleh orang-orang di sekitarnya. Gadis mungil yang saat ini sudah duduk di kelas X SMA.

Badannya memang mungil, namun tidak dengan pipinya. Pipinya chubby ditambah dengan lesung pipi yang menunjang penampilannya. Banyak orang yang terpukau saat melihatnya tersenyum bahkan tertawa, karena meskipun pipi itu berisi namun lesung pipinya masih terlihat jelas.

Ia mempunyai seorang kakak laki-laki yang berbeda dua tahun dengannya. Namun di sekolah mereka hanya berbeda satu tingkat, karena dulu saat kecil Tata selalu merengek untuk ikut sekolah bersama abangnya, jadilah ia cepat masuk sekolah. Sekolah TK dan SD-nya dulu memang hanya bersebelahan saja, karena memang masih di bawah naungan yayasan yang sama.

Pagi ini rumah minimalis bertingkat dua itu tengah dihebohkan dengan teriakan seorang gadis mungil, siapa lagi jika bukan Aretha. Gadis itu sedang kesal dengan abangnya yang sudah mengganggu mimpi indahnya.

Ketika asik dengan mimpinya yang dipenuhi dengan hujan lolipop, tiba-tiba saja ada yang menepuk bahunya dari belakang hingga ia kaget dan langsung terbangun. Yang lebih menyedihkannya lagi, ia hampir saja terjatuh dari tempat tidurnya jika sang abang tidak segera menahan tubuhnya.

"Huwaaa, Abang‼!" Matanya sudah berkaca-kaca disertai jantungnya yang berdetak tak karuan.

"Cup cup cup.. Mana yang sakit?" Abangnya bertanya dengan lembut melihat adik kesayangannya hampir menangis.

"Tata kaget, hiks, jantungnya jedag-jedug cepet" Ujarnya tak beraturan disertai isak tangis dan hidung yang sudah memerah.

"Udah yaa, jantung jangan nakal-nakal oke?!" sang abang berusaha menenangkan Tata dengan memberikan pelukan hangatnya. Dielusnya punggung mungil itu perlahan.

Setelah dirasa gadis mungil itu mulai tenang, dilepaskannya pelukan itu perlahan. Namun, yang dilihatnya malah hela napas teratur dan mata sembab itu yang terpejam. Lelaki itu terkekeh pelan melihatnya.

***

08-11-21

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang