Chapter 16

5.9K 357 15
                                    

Happy Reading!!!


"Bulbul, cini temenin Tata bobok." Suara gadis mungil itu terdengar sengau karena hidungnya tersumbat.

"Meow." Balas kucing itu yang berusaha melepaskan diri dari sang majikan.

"Ish, Bulbul nggak setia ke majikan, majikan lagi sakit harus dirawat dong, nah berhubung kamu nggak bisa rawat Tata jadi kamu nemenin Tata aja. Nanti Tata pecat jadi babu, mau?" Ia menggenggam kaki kucing putih itu dengan erat.

"Meow." Si putih hanya bisa pasrah mendengar ancaman majikannya yang kurang akhlak itu.

"Bulbul, Tata kesepian tau. Rapel lagi ada urusan katanya, Tata mau ikut tapi nggak dibolehin. Egar sama Abang sekolah. Hik, cedih Tata tu." Ia menduselkan kepalanya ke perut kucing gembul yang dengan terpaksa menurut saja.

"Bulbul harus hibur Tata. Ayok bikin Tata terhibur Bul, nanti Tata kasih hadiah kalo bisa bikin Tata ketawa." Ucapannya lama-lama semakin melantur.

"Hoaam. Tata jadi ngantuk Bul. Kamu diem aja sihh, kan mata Tata nggak bisa diajak kompromi jadinya." Ia merebahkan kepalanya yang terasa berat ke bantal, tak lupa memeluk kucing putih itu dengan erat. Melupakan selimutnya yang sekarang sudah berada di kaki dengan AC yang tetap dinyalakan.

***

Seseorang memasuki kamar yang terasa sepi karena pemiliknya tengah bergelut dengan selimutnya. Seluruh tubuhnya tertutup oleh selimut, membuat orang yang berjalan ke arahnya terkekeh pelan.

Rafael –orang itu- menghampiri gulungan selimut yang berada di atas kasur. Hari sudah malam, dan waktunya untuk makan malam. Ia berniat membangunkan kesayangannya yang sepertinya belum makan sedari siang tadi. Ia tahu kalau Tata merajuk karena ia tinggal, namun tidak mungkin juga ia membawa kesayangannya itu untuk menyelesaikan urusannya, yang ada kesayangannya nanti jadi takut melihatnya.

Tangannya menyibak selimut dengan pelan, ingin melihat wajah yang membuatnya candu. Didapatinya wajah Tata yang sudah memerah. Awalnya ia pikir karena Tata tidur dengan menutup seluruh tubuhnya jadi mungkin Tata kepanasan. Namun ada yang aneh, ia menyentuh kening Tata, panas. Beralih ke lehernya, dapat ia rasakan badan Tata begitu panas. Pemuda itu seketika panik, ia mencoba membangunkan Tata, gadis itu harus makan dulu kemudian minum obat.

"Ta, bangun sayang!" Rafael menggoyangkan pundak Tata pelan.

"Eungh," gadis itu melenguh pelan, suaranya terdengar serak.

"Bangun yaa? Kamu pasti belum makan, kan?"

***

"Udah. Pahit." Tata menutup mulutnya, menolak suapan Rafael.

Sedari tadi gadis itu susah dibujuk untuk makan, demamnya sudah agak menurun namun seleranya berubah pahit sehingga susah untuk makan. Untuk sekedar minum saja ia mengeluh pahit.

"Dikit lagi aja yaa? Aaaa" Rafael masih berusaha membujuk kesayangannya. Gadis mungil itu baru makan dua suap dan sekarang sudah menolak lagi.

"Nggak mau Rapel. Pahit." Ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Rafael menyerah untuk membujuk Tata, dirinya tidak tega melihat kesayangannya dengan kondisi lemah begitu.

"Yaudah, minum obat dulu yaa, abis itu Tata bisa tidur lagi." Tata sudah bersiap menolak, namun ia merasa kasihan juga melihat wajah Rafael yang dipenuhi raut khawatir, sehingga dirinya memaksakan untuk menelan obat pahit itu. Setelahnya Rafael kembali mengantar Tata ke kamar gadis itu, tentu saja dengan digendong karena gadis mungil itu mengeluh pusing.

"Rapel temenin Tata bobok. Jangan pergi-pergi!" Ujarnya manja dengan tangan yang tak terlepas memegang jari-jari besar milik Rafael.

"Iyaa, sekarang Tata bobok dulu. Rapel bakal temenin Tata disini." Gadis itu sudah berbaring di ranjangnya, tak lupa dengan selimut yang sudah membungkus tubuh mungilnya serta tangan kanan Rafael yang setia mengelus rambutnya pelan supaya gadis itu cepat tertidur.

Saat Tata hampir terlelap, datanglah seekor kucing putih gembul menaiki kasurnya kemudian menyelusup ke dalam selimut yang membungkus tubuh tuannya. Tata yang merasakan itu kembali membuka matanya, walau kepalanya terasa berat. Ia akan mengadukan kucing gembul itu kepada Rafael terlebih dahulu.

"Rapelll, liat Bulbul. Masa tadi dia nggak mau hibur Tata sihh? Padahal Tata lagi pusing trus juga kesepian karena nggak ada temen. Marahin Bulbulnya Rapell." Ujarnya dengan merengek. Walau sedang demam begini tetap saja sikap random-nya tidak berubah.

"Iyaa, nanti Rapel marahin. Sekarang Tata tidur dulu yaa?" Ujar Rafael dengan lembut, dirinya harus banyak-banyak menyimpan stok kesabaran supaya tidak lepas kendali saat bersama kesayangannya ini.

"Elusin kepala Tata Rapel, pusing.." pintanya dengan mata berkaca-kaca.

"Ini salah Bulbul! Padahal Tata tadi udah mau tidur, malah diganggu." Gerutunya yang membuat Rafael gemas, sedang Bulbul menahan kesal mendengar ocehan Tata tentangnya. Karena tak mau semakin sakit hati oleh kata-kata mutiara gadis itu, ia memutuskan untuk merebahkan diri di pojok kamar itu supaya lebih terlihat sad, jangan lupakan wajahnya yang mengiba.

***

Maaf karena lama nggak update, semoga masih ada yang nungguin cerita absurd ini yaa.

Terima kasih juga buat yang udah vote dan komen.


23-03-22


ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang