Chapter 65

1K 62 1
                                    

Happy Reading!!!

Tata terbangun dari tidurnya. Gadis itu menatap sekeliling ruangan yang dihiasi warna putih. Ia menatap punggung tangannya yang dihiasi infus. Jika biasanya gadis itu akan memekik melihatnya maka sekarang hanya raut datar yang terpatri di wajahnya.

Airmatanya tiba-tiba mengalir begitu saja. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang. Badannya terasa sakit semua, lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan suara. Hingga satu nama terlintas di pikirannya begitu saja.

"Aa-a-yah," lirihnya, airmata kembali jatuh di pelipisnya lantaran ia yang masih berbaring.

Ia ingat, sebelum menutup mata ia sempat melihat ayahnya yang datang menghampirinya. Kemana semua orang? Kenapa ia ditinggal sendirian. Lalu, kemana penculiknya itu pergi?

Pintu terbuka bersamaan dengan beberapa orang memasuki ruangan itu. Tata menatap Vando yang kini berjalan ke arahnya dengan terburu-buru.

"Ta? Kamu dari kapan bangun? Ada yang sakit? Sini bilang sama Abang." Vando menodongnya dengan banyak pertanyaan yang membuatnya bertambah pusing.

"Ayah?" Lirih gadis itu yang dapat ditangkap oleh Vando maksudnya.

"Ayah pulang bentar sama Bunda. Bentar lagi sampe sini kok." Vando meraih tangan Tata yang terasa dingin. Sebelah tangannya mengusap airmata Tata yang jatuh.

"Ada yang sakit, hm?" Ditanya begitu, Tata menatap Vando dengan mata berkaca-kaca. Tak lama tangisnya tumpah begitu saja.

"Ta? Hei, kenapa? Bilang sama Abang." Vando ingin memeluk Tata namun urung saat dokter datang dan menyuruh mereka keluar.

"Mohon tunggu diluar terlebih dahulu. Kami akan memeriksa pasien." Mereka keluar supaya Tata dapat diperiksa dan menunggu di luar dengan cemas.

Tak lama dokter dan suster itu keluar, mereka segera menghampirinya.

"Gimana keadaan adik saya, Dok?" Vando bertanya tak sabaran. Sungguh dirinya gusar sekarang.

"Pasien sudah lebih baik, akan tetapi jangan membuatnya tertekan. Mental pasien sedikit dikhawatirkan. Kami sudah merekomendasikan kepada orangtua kamu untuk segera membawa pasien ke pskiater setelah kondisinya membaik." Dokter itu menjelaskan dengan singkat dan pergi dari sana.

Setelah dokter itu pergi, mereka berniat masuk dan melihat kondisi Tata. Namun, panggilan dari Arga membuat mereka mengurungkan niatnya.

"Vando!" Pria itu terengah-engah bersama sang istri yang berada di sampingnya.

"Kenapa? Tata udah sadar?" Tanya Dinar yang penasaran dengan keadaan Tata.

"Tata udah sadar, Bun. Baru abis diperiksa sama dokter." Jawabnya. Setelahnya mereka masuk ke ruangan Tata.

"Ayah?" Wajah Tata terlihat lebih cerah dibanding tadi. Gadis itu menatap berbinar sang ayah yang kini menghampirinya.

"Kenapa sayang?" Tanya pria itu melihat putrinya yang sedikit antusias.

"Kangen Ayah," senyum tipis perlahan terbit di wajah yang mulai keriput itu.

"Ayah nggak kemana-mana kok."

"Mau sama Ayah," rengeknya membuat mereka terkekeh pelan. Vando memeluk Dinar yang tersenyum haru melihat tingkah putrinya.

"Ayah aja nih? Sama Bunda nggak kangen?" Tanya Dinar ikut menghampiri Tata.

"Ehh, kok ada Bunda?" Gadis itu mengerjap bingung, jelas saja sedari tadi ia tak melihat yang lain, perhatiannya hanya tertuju pada heronya itu.

"Oooh, jadi gitu. Kalo udah sama Ayah, Bunda nggak ingat lagi." Wanita paruh baya itu pura-pura marah yang membuat Tata kelabakan seketika.

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang