Chapter 17

5.3K 313 8
                                    

Happy Reading!!!


"Makanya jangan bandel-bandel lagi! Ikutin apa kata orang, jangan ngelawan mulu."

Sedari tadi Tata diceramahi oleh Om Dokternya. Ini semua karena Rafael yang bersikeras untuk memanggil omnya itu ke rumah. Sebenarnya bukan salah Rafael juga sih, tentu saja dirinya dibuat panik saat panas gadis itu malah bertambah bukannya menurun setelah minum obat. Ia yang sedang mengelus kening gadis itu yang berkeringat malah dibuat kalang kabut karena merasakan panasnya semakin naik.

"Tata nggak bandel tau. Om Dokter yang bandel, nggak pernah lagi main sama Tata padahal kan Tata mau ketemu sama Miss Nana juga." Ujarnya dengan bibir mengerucut. Saat ini keadaan Tata sudah agak mendingan, walau masih sedikit lemas.

"Kan di sekolah ketemu sama Miss Nana." Ujar dokter muda itu sembari mengelus kepala keponakan kesayangannya.

"Tapi kan Tata nggak bisa main sama Miss Nana. Soalnya Miss Nananya sibuk terus kalo di sekolah, huh." Pipinya yang masih memerah karena demam itu menggembung yang membuatnya semakin menggemaskan di mata semua orang yang berada di kamar gadis itu. Tadi seluruh orang rumah dibuat panik saat Rafael memberi tahu kondisi Tata yang sedang demam. Hanya gadis itu yang bisa membuat orang kalang kabut karenanya.

***

Matahari yang cerah menyambut penghuni bumi pagi ini. Seakan memberi semangat baru untuk para insan menjalani harinya dengan lebih baik dari hari sebelumnya. Sama halnya dengan gadis mungil yang sudah sembuh dari demamnya. Saat ini ia sudah lengkap memakai seragam sekolahnya, terlalu bersemangat setelah beberapa hari tidak diperbolehkan sekolah karena demam.

"Hello Everybody!" Sapaan ceria itu mengalihkan perahatian semua orang yang berada di meja makan. Gadis mungil dengan hoodie berwarna grey itu terlihat menggemaskan dengan lesung pipinya.

"Pagi sayang!" Balas semuanya serempak.

"Kamu yakin mau sekolah hari ini?" Tanya sang ayah saat Tata duduk di bangkunya.

"Yakin dong, kan Tata udah sembuh, nggak pusing-pusing lagi." Ujarnya, kemudian meminum susu yang sudah berada di depannya.

"Kok nasi goreng, Bunda?" Tanya Tata yang mendapati sepiring nasi goreng plus telur ceplok di depannya.

"Tata kan baru sembuh, jadi makan nasi dulu, oke?!"

"Eung, oke Bundanya Tata yang cantik." Ujarnya dengan menggemaskan.

Selanjutnya mereka meneruskan sarapan dengan beberapa kali celotehan yang keluar dari bibir gadis mungil yang menjadi cahaya di keluarga mereka itu. Vando yang sedari tadi memperhatikan juga ikut menggoda adiknya hingga kesal, yang malah membuat mereka semua tertawa.

***

"Nanti jangan ke kantin sendiri, tungguin Abang atau Edgar jemput." Vando mengelus rambut sang adik.

"Siap komandan!" Patuhnya sembari memasang posisi hormat. Vando tersenyum, kemudian mengcak rambut Tata yang membuatnya menggerutu kesal, sedang Vando sudah pergi dari kelasnya.

Beberapa menit kemudian seorang guru nampak memasuki kelas Tata. Kelas yang semula seperti pasar itu sekarang mendadak sepi seperti kuburan. Wajar saja, yang masuk adalah guru killer. Siapa yang berani mengusiknya, siap-siap saja mendapat santapan rohani dari guru berbadan tambun itu yang tentunya akan merusak gendang telinga pendengarnya. Belum lagi hukuman-hukuman yang akan diberikannya.

Setelah melewati kelas yang dipenuhi kesuraman itu, akhirnya mereka bisa menghela nafas lega saat mendengar penyelamat para siswa di sekolah, yakninya bel istirahat. Tata dan teman-temannya kini sedang menunggu Vando atau Edgar yang katanya akan menjemput Tata ke kelas. Walaupun ada teman-temannya yang akan menemaninya ke kantin, namun Tata tetap memilih mengikuti pesan abangnya tadi pagi.

Mereka asik bercerita hingga tak menyadari Edgar sudah berdiri di depan pintu kelas untuk menjemput kesayangannya itu. Pria itu berdehem pelan yang dapat mengalihkan perhatian para siswi yang sedang menggibah itu.

"Edgar udah sampai?" Pertanyaan yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban itu meluncur dari mulut gadis mungilnya.

Edgar mengangguk menghampiri mereka, menggandeng tangan mungil yang sangat pas digenggamannya itu untuk ke kantin. Sedangkan Nada dan Grace mengikuti di belakang, sudah seperti bodyguard saja.

***

23-04-22

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang