Chapter 36

2.3K 164 7
                                    

Happy Reading!!!


Saat ini Tata sedang sibuk bermain dengan Bulbul. Ia menduselkan kepalanya ke perut kucing putih itu yang terlihat hanya pasrah tanpa melawan. Bagaimana mau melawan kalau dirinya saja sudah kekenyangan. Mata kucing itu membuka-menutup menahan kantuk, namun Tata masih terus mengajaknya bermain, lebih tepatnya memainkannya.

"Iiiiii.... Tata gemesh banget sama Bulbul. Tambah gembul tau nggak? Tata kan suka yang gemoy-gemoy kek Tata, hihi" Suara cekikikannya memenuhi kamar itu. Pintu kamarnya sedari tadi terbuka. Ia sengaja membukanya karena di rumah sedang tidak ada orang. Entah kemana keluarganya, ia tidak tahu.

"Grrrhh.." Kucing berbulu putih lembut itu menggeram karena Tata tak juga melepaskannya. Hidupnya tidak akan tentram jika sudah bersama Tata. Lihat saja, sekarang gadis mungil itu melemparnya ke atas lalu ditangkap lagi. Nggak sadar apa kalau badannya itu kecil? Nanti kalau Bulbul tidak tertangkap dan jatuh ke bawah gimana? Pasti badannya yang semok ini akan sakit-sakit. Sepertinya kucing itu terkena mental jika sudah bersama Tata.

"Bulbul nggak usah takut. Tata pasti tangkap kok." Ujarnya seolah mengetahui pikiran kucing putih itu yang kini memberinya tatapan permusuhan.

"Duaaaa... Tiii-ga!" Hitung Tata sembari melempar Bulbul ke atas, kemudian menangkapnya kembali. Namun, tangannya sedikit terpeleset. Hampir saja kucing gembul itu terlepas dari genggamannya, membuat jantungnya berdetak cepat.

"Huh.. hampir aja." Gumamnya. Ia menaruh kucing itu di atas kasur lalu beranjak keluar kamar.

"Tata cari Abang dulu ya, Bul. Bulbul tidur aja." Teriaknya yang sudah berada di luar. Tanpa disuruh si kucing manis itu sudah lelap dalam tidurnya.

Sesampainya di bawah, ia tidak menemukan seorang pun. Gadis itu mencari ke sekeliling ruangan, mulai dari kamar Vando, kamar orangtuanya, ruang keluarga, dapur, bahkan sampai ke taman belakang, namun tidak ada orang sama sekali.

"Ishh, ini pada kemana sih? Kok Tata ditinggal sendiri?" Gumamnya kesal. Kaki mungilnya dihentak-hentakkan sepanjang jalan.

"Di telfon juga nggak diangkat."

"HUAAAA.... Tata keselll!" Teriakannya memenuhi penjuru rumah. Matanya sudah berkaca-kaca, siap mengeluarkan kristal bening nan berharga.

Ting tong

Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Gadis berpipi gembul kemerahan itu mengeernyitkan keningnya heran. Siapa yang datang? Kalau orangtua atau abangnya pasti langsung masuk, pikirnya.

"Siapa tuh? Tata nggak ada nyuruh Nada sama Grace kesini. Apa itu temen abang, ya?" Daripada semakin bingung lebih baik ia mengeceknya. Bisa jadi itu abang-abang yang ngantar paket.

Tata membuka pintu rumah dengan hati-hati. Berjaga-jaga karena ia sedang sendirian di rumah. Takutnya itu orang jahat yang mau merampok rumahnya. Ehh, tapi kan ini masih siang. Ah, kepalanya sudah penuh dengan segala tebakan random-nya sedari tadi. Jika tidak segera dihentikan, takutnya pikirannya semakin melantur nanti.

"Ehh, kok nggak ada orangnya? Apa jangan-jangan itu hantu?" Nah, kan... Imajinasinya semakin liar. Bagaimana jika hantu itu muncul di depannya, kalau nanti ia dimakan bagaimana? Ayah-bunda dan abangnya sedang tidak ada. Nanti kalau ia hilang, kemana mereka akan mencarinya?

"Hiks, mbak kunti, om pocong, dek tuyul, jangan ganggu Tata yaa.. Tata lagi sendirian, emang kalian nggak kasian liat Tata yang imut lucu ini?" Tangannya yang memegang knop pintu sudah bergetar, namun mulutnya tidak bisa berhenti bicara.

"Nanti ganggu Abang aja kalo Abang udah pulang. Jangan ganggu Tata yang sholehah, imut dan rajin menabung ini." Matanya berkaca-kaca. Ingin lari, namun kakinya berasa ditahan yang membuatnya tidak bisa bergerak.

"Huaaa, BULBUL!" Jeritnya.

"Meow" Seakan mengetahui majikannya tengah ketakutan, Bulbul datang bak pangeran menyelamatkan sang putri.

"Bul.." Panggil Tata lirih. Kucing putih itu menghampirinya, kemudian menduselkan kepalanya di kaki Tata. Segera Tata mengangkat kucing itu ke pelukannya.

"Bul, jangan jauh-jauh dari Tata." Tata ingin menutup pintu, namun pandangannya tertuju ke sebuah kotak yang berada di pintu. Kenapa daritadi ia tidak melihatnya?

"Ish, ternyata paket, Bul. Abang-abangnya kenapa langsung pergi sih? Kan Tata jadi takut." Kesalnya dengan wajah cemberut. Dengan hidung dan mata memerah, ia membawa paket itu masuk, tak lupa menutup pintu.

Tanpa disadarinya, di balik pohon, ada sosok yang tengah menyeringai menatap ke arah rumah Tata. Sosok itu menggunakan pakaian serba hitam, dengan masker serta topi yang menutupi kepalanya.

***

Banyakin komen biar cepet up wkwk

25-10-22

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang