Chapter 48

1.8K 129 3
                                    

Happy Reading


Sore ini Tata lagi asik rebahan di kamar. Tiba-tiba terdengar suara ribut di luar. Karena penasaran ia memutuskan untuk keluar melihatnya.

Sesampainya di luar ia melihat seorang cewek yang udah kek tante-tante dengan dandanan menornya bergelayut manja di tangan Vando. Tentu saja ia terkejut melihat hal itu. Apalagi baju perempuan itu yang ketat dan kekurangan bahan, belahannya nyempil dimana-mana. Tata yang perempuan saja dibuat sakit mata melihatnya.

"Abang!" Panggil Tata, Vando melihat sang adik yang sudah berdiri di depan pintu. Ia ikut terkejut dan segera melepaskan cewek itu.

"T-Tt-Tata?" Pria itu tak tahu harus berkata apa. Bingung ingin menjelaskan bagaimana supaya adiknya itu tidak salah paham.

"Dia siapa?" Tanya gadis itu tak suka.

"Halo calon adek ipar, kenalin gue pacarnya Vando."

"Heh! Jan ngadi-ngadi lo!" Sergah Vando melotot tak terima.

"Apasih yang? Kan kemaren kamu yang nembak aku." Ujar gadis itu dengan suara diimut-imutkan yang membuat Vando jijik.

"Pergi lo dari rumah gue, sialan!" Pria itu menyeret perempuan itu yang tak mau bergerak sedikitpun.

"Ayang jahat, masa aku diusir sih?" Cebiknya yang membuat Vando ingin menenggelamkan cewek itu ke rawa-rawa rasanya. Tak puas dengan itu, setelahnya akan ia dorong ke jurang yang paling dalam supaya tak lagi melihat wajah itu.

Setelah berhasil menggeret perempuan itu keluar dan mengunci gerbang, Vando menghampiri Tata yang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Jijik? Kaget? Tak suka? Entahlah, Vando dibuat pusing olehnya. Bahkan saat ia ingin menyentuh Tata dan membawanya masuk, tangannya malah ditepis dan gadis itu segera berlari ke dalam. Menghindar seolah dirinya adalah kuman mematikan yang jika tak dijauhi akan membuatnya berada dalam bahaya.

Ini semua gara-gara Vito! Harusnya ia tak usah menerima dare dari teman gilanya itu. Biar saja ia diejek dan dikatai pengecut kalau tau jadi begini akhirnya.

***

Vito dan Alden semakin terbahak mendengar cerita Tata. Begitu pun dengan Nada dan Grace, mereka tak hentinya mentertawakan nasib Vando yang dijauhi adiknya. Sedangkan ketiga manusia es lainnya hanya terkekeh pelan melihat kemalangan Vando.

"Itu semua salah Vito, Dek. Jangan gitu lah sama Abang." Melas Vando, tak tahan dicueki oleh adik kesayangannya.

"Tapi Abang mau aja digandeng sama tante-tante itu. Tata nggak like liatnya." Kesal gadis itu menggembungkan pipinya yang terlihat hampir melimpah.

"Abang kaget, Ta... Tiba-tiba dia datang trus gandeng-gandeng begitu. Abang juga nggak suka sama dia." Bantah Vando menyakinkan sang adik.

"Tata lebih kaget tau!" Ujar gadis itu cemberut.

"Lagian mau aja disuruh sama orang nggak waras." Cibir Edgar membuat Vando menjatuhkan rahangnya seketika.

Vito yang ingin menyanggah malah tak jadi karena melihat tatapan tajam dari teman es-nya itu. Pria itu hanya mendecih sebagai gantinya. Serem coy, ngeliat orang yang biasanya diam kalau udah marah. Dasar teman nggak ada akhlak.

***

Malam yang penuh bintang menghiasi langit. Angin sepoi-sepoi ditemani segelas coklat hangat membuat suasana semakin mendukung. Menilik kembali saat-saat dirinya terpuruk oleh keadaan yang memaksanya untuk merasakan sakit dan trauma yang masih membekas.

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang