Chapter 47

1.7K 127 2
                                    

Happy Reading!!!

Tata bersenandung senang dengan beberapa lolipop di tangannya. Gadis itu baru kembali dari warung setelah jajan untuk membeli permen karena stoknya yang sudah menipis. Perhatian gadis itu terpaku pada seorang anak kecil yang melewatinya. Mereka sama-sama berhenti kemudian saling mendekat. Anak kecil itu menatap lolipop yang digenggamnya dengan tatapan berbinar.

"Kamu mau?" Tanyanya yang diangguki oleh anak kecil itu.

"Mau!" Jawabnya antusias.

"Ehmm, tapi ini punya Tata." Gadis itu terlihat ragu. Namun, Bundanya pernah berkata untuk tidak boleh pelit dan selalu berbagi. Nanti kalau pelit kuburannya sempit.

'Ihh, Tata nggak mau kuburannya sempit, nanti Tata sesek napas di dalam.'  Ehh, kok?

"Yahh..." Anak kecil itu nampak murung. Kemudian kembali berbinar saat setangkai lolipop berada di depan matanya.

"Wahh, makasih Kakak cantik." Anak kecil itu menerimanya dengan gembira.

"Sama-sama Adik ganteng." Balasnya dengan senyum tak kalah ceria.

Setelahnya anak kecil itu berlari ke arah teman-temannya yang sedang bermain di ujung jalan yang mereka lewati.

Tata melanjutkan jalannya menuju rumah. Sudah lumayan lama ia di luar. Takutnya nanti Bunda mencarinya. Ia juga tidak membawa handphone-nya karena tadi tidak ada baterainya.

"Helli.. guk guk guk, kemari guk guk guk.." Gadis itu menyanyikan lagu anak-anak yang langsung terngiang di otaknya saat melihat seekor anak anjing di seberang jalan. Merasa terpanggil, anak anjing itu menghampiri Tata yang malah lari karena takut dikejar.

"HUAAAA, kenapa Tata dikejar?" Gadis itu berlari tak tentu arah. Melihat ke belakang dan ternyata anak anjing itu masih mengejarnya.

"Hush hush... Sana anjing! Jangan ikutin Tata!" Gadis mungil itu sudah terengah-engah karena berlari, keringatnya juga sudah bercucuran membasahi rambut dan keningnya.

"HUAAA.. BUNDAAAA... Tolongin Tata..." Teriak gadis itu saat melihat sang bunda di halaman rumah. Ia sampai ke rumah lebih cepat karena dikejar anak anjing itu.

Sang bunda yang melihat anaknya berlari sambil berteriak memanggilnya menjadi khawatir, takut terjadi sesuatu dengan anak gadisnya itu. Wanita paruh baya itu ikut berlari menghampiri sang putri.

Tata sesekali masih melihat ke belakang, apakah anjing kecil itu masih mengejarnya atau tidak, dan ternyata masih.

"Dasarh anjingh! Kenapah huh nggak hah berentih ngejar Tatah?!" Gerutu gadis itu yang hampir kehabisan nafas karena berlari.

Mendengar itu, sang bunda menatap sesuatu di belakang Tata yang ikut berlari mengejarnya. Ternyata anak gadisnya itu tengah dikejar oleh seekor anak anjing yang lucu. Bunda sudah berada di depan Tata, bersiap menyambut sang putri yang sudah merentangkan tangannya dari jauh, kemudian berhambur ke pelukan sang ibu dengan nafas terengah-engah.

"Hah..hah..hah... Bunda... Anjingnyah hhh.. nakalh" Adunya yang mendapat sentilan di bibir mungilnya oleh sang bunda.

"Hush, ngomongnya!" Tegur Bunda.

"Ihh, tapikan bener, itu anjing." Kesalnya karena bibir seksinya di sentil. Lagian kan emang ia nggak salah, kan?

Setelah itu, mereka masuk ke dalam rumah, meninggalkan anak anjing itu yang sudah berbalik pergi. Di seberang jalan, terlihat sosok berpakaian serba hitam yang sejak awal menyaksikan itu semua. Mulai dari Tata bertemu anak kecil sampai Tata yang berlari karena dikejar anak anjing sampai ke rumah.

"Wait for me, baby girl!" Ujar sosok itu dengan seringainya kemudian ikut meninggalkan pekarangan rumah itu.

***

Tata melewati koridor sekolah yang masih sepi. Wajar, karena sekarang masih jam 06.05 WIB. Gadis itu berangkat sendiri, hanya meninggalkan memo di pintu kulkas. Sengaja menghindar dari Vando, katanya ngambek, abangnya sudah tidak sayang lagi padanya.

"Abang ngeselin, Tata nggak mau lagi deket-deket sama Abang." Gerutu gadis itu sepanjang jalan.

"Ihh, tapi kok serem, ya?" Gumam gadis itu saat tak melihat seorang pun setelah dari pos satpam tadi. Terakhir orang yang ia temui tadi cuman Pak Satpam.

Sepagi ini tentu saja belum ada orang yang datang ke sekolah. Kalau pun ada juga tidak akan terlihat saking sepinya, paling cuman 1-2 itu pun anak rajin yang entah emang rajin atau kurang kerjaan.

Gadis itu celingak-celinguk melihat sekitar, mana tau ada orang lain yang sudah datang. Akan tetapi hanya kesunyian yang terasa. Anehnya, sedari tadi gadis itu merasa diikuti oleh seseorang, makanya ia terus menengok ke belakang. Namun, tetap saja tidak ada orang. Mungkin ini hanya perasaannya saja yang tidak biasa berangkat sendiri ke sekolah, apalagi sepagi ini.

"Iiii, Tata jadi merinding." Tubuhnya bergetar karena hawa dingin yang terasa. Dengan setengah berlari gadis itu buru-buru ke kelasnya yang tidak jauh lagi.

Sesampainya di kelas, gadis itu fokus dengan handphone di tangannya. Sesekali ia mengomentari apa yang dilihatnya di benda pintar itu.

"Ini nih, apaan bajunya kek gini. Bagus nggak, bikin sakit mata yang ada."

"Ini lagi, ngapain lidahnya kek gitu. Dikira cantik apa?!" Sedari tadi gerutuan tak berhenti keluar dari bibir mungilnya. Mencibir setiap foto ataupun video yang ia lihat.

"Apa bagusnya coba cewek ini. Dari tampangnya aja udah kek tante-tante. Masih imutan Tata juga." 

"Pokoknya Abang nggak boleh sama tante ini. Tata nggak like."

"Awas aja kalo Abang beneran sama dia. Tata nggak mau lagi ngomong sama Abang!" Putusnya mantap, setelahnya merebahkan kepalanya di atas meja. Memejamkan mata sejenak untuk menenangkan hati dan pikiran.

Di balik pintu, seseorang melihat dan mendengar semua gerutuan Tata dari tadi. Ia tersenyum melihat bagaimana gadis itu mengomentari seseorang yang tak ia ketahui siapa. Namun, dapat ditebak pasti itu orang yang membuat kesayangannya itu pergi sekolah pagi-pagi begini hingga membuat mereka khawatir.

***

"Kenapa tadi pergi sekolah sendirian?" Interogasi Vando pada sang adik. Saat ini mereka tengah berada di kantin sekolah. Setelah tadi pagi dibuat  khawatir oleh adik kecilnya ini yang tiba-tiba menghilang.

Tersangka yang ditanya hanya diam. Malah tak mau melihat sang abang yang tak mengalihkan pandangannya dari atensi sang adik.

"Nada. Kalo Kak Alden pacaran sama tante-tante, Nada bolehin nggak?" Tanya gadis itu membuat Nada yang tadinya fokus dengan makanannya mengalihkan perhatiannya pada gadis di hadapannya.

"Ya enggak lah! Emang nggak ada cewek lain apa?!" Jawab gadis itu membuat Tata mengembangkan senyumnya. Vando yang diacuhkan menatap miris adiknya itu.

"Emang kenapa Tata tiba-tiba nanya itu?" Tanya Edgar yang berada di samping kanan gadis itu. Sedangkan Vito dan Alden sudah menahan tawanya sedari tadi melihat raut wajah nelangsa Vando.

"Kemaren Tata nggak sengaja lihat ada yang mesra-mesraan sama tante-tante. Mana ceweknya jelek lagi." Cibir gadis itu membuat Vito tak dapat menahan tawanya.

"Hahahahh, kocak banget njir. Bocil gue mulutnya bisa pedes juga." Ujar Vito membuatnya ditatap tajam oleh Vando.

"Bocil gue matanya udah nggak suci lagi." Tambah Alden ikut memanasi.

"Emang lo liatnya dimana?" Tanya Nada ikut penasaran.

"Di rumah." Jawabnya polos.

"Hah?" Bingung Nada dan Grace.

***

Next, gak?

08-01-23

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang