Chapter 39

2.2K 129 4
                                    

Happy Reading!!!


Saat ini kamar Vando diisi oleh keheningan. Vando, Ayah dan Bunda menatap kesayangan mereka yang masih setia memejamkan mata indahnya. Beberapa menit yang lalu, Tata sudah diperiksa oleh dokter. Sekarang mereka menunggu gadis itu sadar, dan berharap gadis itu tidak kembali seperti dulu.

"Kenapa Tata bisa dapetin teror itu?" Suara berat sang ayah membuat perhatian Vando teralih, yang awalnya menatap wajah Tata -dengan tangan yang menggenggam jari-jari mungil sang adik- menjadi menatap pria yang telah membesarkannya.

"Abang juga nggak tau. Kemungkinan Tata sendiri yang nerima paket itu, karena tadi siang nggak ada orang di rumah." Vando menjawab seadanya karena memang ia juga tidak mengetahui darimana Tata mendapatkannya.

"Kenapa nggak cek CCTV aja?" Tanya Bunda yang membuat kedua orang itu segera keluar dari kamar Vando.

Sekarang hanya tinggal Bunda yang senantiasa mengelus surai sang anak. Wajah wanita paruh baya yang masih cantik itu terlihat sedih dan penuh kekhawatiran.

"Maafin Bunda yang udah gagal jaga kamu dulu sayang." Lirihnya diikuti setitik air mata yang lolos, sedari tadi ia menahannya, namun akhirnya jatuh juga karena teringat bagaimana keadaan Tata dulu. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu.

***

Vando dan Ayah sedang berada di ruang CCTV. Mereka melihat rekaman CCTV dari tadi siang. Karena tidak mungkin Tata mendapatkan paket itu saat di sekolah, tadi pun saat pulang bersamanya tidak ada yang aneh dari Tata.

Saat sedang fokus melihat rekaman CCTV tadi sore, mereka menangkap pergerakan seseorang yang memasuki pekarangan rumah. Tidak ada yang aneh dari perawakan orang itu, terlihat seperti tukang antar paket biasa, wajahnya pun tertutup oleh masker hitam. Mereka memperhatikan lebih detail, mana tau ada hal yang terlewatkan. Mata Vando memicing saat melihat sesuatu yang tak asing di matanya.

"Ituu..." Gumam Vando pelan, yang ternyata terdengar samar oleh Ayah yang memang berada di sampingnya.

"Kenapa, Bang? Kamu liat sesuatu?" Tanya sang Ayah yang merasa Vando menemukan sesuatu.

"Haah? Ohh, nggak, Yah. Keknya Abang cuman salah liat." Ujar Vando dengan wajah sedikit bingung.

***

Beberapa jam lalu Tata sudah sadar. Saat ini kamar Vando sudah dipenuhi oleh teman-temannya serta Chandra. Mereka datang setelah mendengar kabar Tata yang entah dari siapa, karena Vando tidak memberitahu mereka satu pun. Tiba-tiba saja rumahnya sudah dipenuhi oleh para manusia kurang akhlak itu. Terlebih kelakuan Chandra yang sangat minus akhlak itu sedari tadi membuatnya jengkel. Entah siapa yang mengundang sepupu laknatnya itu kesini. Namun, dari itu semua Vando mensyukuri satu hal, yaitu dengan kehadiran mereka setidaknya Tata dapat sedikit melupakan rasa takutnya tadi.

"Bang Chan, ini mall Tata udah buka lantai dua-nya. Bang Chan sini!" Ujar gadis mungil yang tadi sempat membuat semua orang panik itu. Secercah senyum terbit di bibirnya saat memainkan permainan HappyMallStory, game yang diperkenalkan oleh Chandra dengan niat untuk menghibur sepupu imutnya itu.

"Dih, baru lantai dua. Bang Chan dong, dah lima lantai nih. Pengunjungnya juga nggak berenti-berenti." Ujar Chandra sombong yang membuat gadis mungil itu mengerucutkan bibirnya lucu.

"Ihh, Tata kan baru main. Bang Chan pasti nggak ada kerjaan kan, makanya mainin itu mulu." Cibir Tata tak suka.

"Emang dia suka gabut Ta, makanya gitu. Mana mainnya mainan cewek lagi." Cibir cowok tengil yang tengah duduk di sofa bersama yang lain. Posisinya itu, Tata yang duduk menyender di kepala ranjang, Chandra duduk di kursi samping ranjang, sedangkan yang lain ada yang duduk lesehan di karpet, ada juga yang duduk di sofa kamar Vando.

"Emang jiwanya jiwa cewek." Sambung seorang pria yang membuat seisi ruangan tertawa. Berbeda dengan Chandra yang menampilkan raut kesalnya.

"Dasar temen nggak ada akhlak. Keluar lo dari sini!" Usir Chandra pada teman-teman seperkumpulannya itu.

"Kamar-kamar gue, napa lo yang ngusir?" Pembelaan dari Vando itu membuat wajah Chandra semakin suram. Sedangkan teman-temannya terbahak keras. Tata juga ikut tertawa melihat Bang Chan-nya ternistakan.

"Bang Chan lucu, hihi." Kikik Tata yang mendapat perhatian dari semua laki-laki di ruangan itu. Chandra yang awalnya memasang wajah cemberut itu, ikut tersenyum melihat Tata bahagia walau harus dengan menistakan dirinya sendiri.

"Kenapa kalian semua kesini?" Pertanyaan yang sedari tadi Vando tahan akhirnya meluncur juga. Mulutnya sudah gatal ingin menanyakan tujuan mereka kesini, karena memang ia tidak menyuruh mereka kesini.

"Ada yang mau gue omongin." Suasana tiba-tiba berubah serius begitu Chandra mengeluarkan suaranya, yang awalnya penuh canda tawa sekarang berubah total. Mereka sontak menatap Chandra kemudian Tata secara bergantian. Gadis mungil itu masih sibuk dengan ponsel di tangannya. Sesekali berceloteh karena game yang sedang dimainkannya.

Vando mengode mereka dengan gerakan mata. Mereka yang paham segera keluar dari kamar Vando, mencari tempat untuk membahas masalah yang akan dibahas Chandra. Vando, Rafael, Edgar, dan Chandra tetap di kamar setelah yang lain keluar.

"Ta, Abang ke bawah bentar yaa." Izin Vando yang sudah berada di depan Tata.

"Loh, temen-temen Abang mana?" Tanya Tata saat mendapati kamar sang abang sudah kosong, tinggal beberapa pria yang selalu berada di sisinya.

"Mereka di luar. Abang sama yang lain ke bawah bentar yaa?" Ulang Vando yang belum mendapat jawaban. Tangan besarnya mengelus surai sang adik lembut.

"Hmm, okay!" Balas Tata sembari mengacungkan jempolnya.

"Jangan lama-lama ya, Abang." Ujarnya dengan wajah menggemaskan yang membuat keempat pria itu gemas.

"Siap, princess-nya Abang." Ujar Vando lembut.

"Egar sama Rapel juga ke bawah dulu, yaa? Nanti kita balik lagi kok." Ujar Edgar yang kini gantian mendekati Tata dengan Rafael. Kedua lelaki itu berdiri di samping kiri-kanan Tata.

"Tapi nanti kita nonton yaa? Udah lama Tata nggak nonton bareng Egar sama Rapel." Ujarnya dengan tatapan memelas, membuat mereka mencubit pipinya bersamaan.

"Oke tuan putri." Jawab mereka serempak, membuat Tata tertawa karena kekompakan keduanya.

"Egar sama Rapel lucu, jawabnya bisa samaan gitu." Kekehnya.

"Ta, " belum sempat menyelesaikan perkataannya, ucapan Chandra dipotong oleh gadis berpipi chubby itu.

"HP Bang Chan sini, Tata mau liat game yang lain." Pinta gadis mungil itu menadahkan tangannya, sudah seperti memalak orang saja.

"Kok gitu?" Reflek Chandra yang terkejut.

"Bang Chan nggak mau?" Tanya Tata dengan mata berkaca-kaca, membuat ia ditatap tajam oleh ketiga pria di dalam ruangan itu.

"E-ehh, nggak gitu. Yaudah nih, tapi nggak boleh buka WA!" Diserahkannya HP itu dengan berat hati. Berbeda dengan Tata yang menerimanya dengan senang hati.

"Yeay, yaudah, BangChan boleh ikut keluar." Girangnya seperti mendapatkan permen. Ngomong-ngomong soal permen, sepertinya stok lolinya sudah mau habis. Ah, nanti ia akan meminta kepada keempat pria itu, selagi mereka masih menuruti permintaannya saat ini. 

***

Gimana chapter ini?

Ramein buat lanjut

14-11-22

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang