Chapter 56

1.2K 92 4
                                    

Happy Reading!!!


Pagi hari yang cerah menyambut Tata dari tidurnya. Gadis itu menggliat pelan sebelum membuka mata. Tangan mungilnya menggosok mata bulat yang dirasanya masih perlu beradaptasi dengan cahaya setelah semalaman tertutup.

Melihat jam yang tertera di nakas membuat gadis itu bergegas ke kamar mandi karena tak ingin telat dan berakhir di tinggal sang abang. 20 menit kemudian gadis itu keluar dengan seragam sekolahnya, dilanjutkan dengan mengeringkan rambut dan bersiap ke sekolah, setelahnya turun ke bawah untuk sarapan.

Sebelum turun gadis itu terlihat mencari sesuatu di hoodie yang kemarin dikenakannya. Seingatnya ada sesuatu disitu namun ia lupa apa itu. Baru mau membuka selembar kertas yang diambilnya, niatnya harus diurungkan karena mendengar sang ibu memanggil namanya.

"Tata, turun dulu sarapann sayang." Ujar sang ibu yang sudah berada di pintu kamarnya.

"Oke, Bunda." Jawab gadis itu dengan senyuman, menyimpan kertas tadi dalam saku seragamnya.

Di bawah semua orang sudah berkumpul, tinggal dirinya seorang. Mereka lanjut sarapan sebelum menjalani hari.

"Gimana sekolahnya?" Tanya sang ayah menatap kakak-beradik itu.

"Biasa aja, Yah." Jawab Vando setelah menelan nasi gorengnya.

"Tata gimana sayang, nggak ada yang gangguin, kan?" Tanya Bunda melihat anak gadisnya itu fokus dengan makanannya.

"Huh? Aman kok, Bun." Jawab gadis itu dengan cengirannya.

"Abang jangan bolos terus, jangan kira Bunda nggak tahu Abang sering bolos ya, awas aja kalo sampe Bunda dipanggil ke sekolah, motor Abang bakal disita." Vando yang mendengar ancaman sang bunda meringis pelan. Padahal ia sudah menutup mulut sang adik, kenapa Bunda bisa tahu?

"Bukan Tata yang bilang loh..." Ujar gadis itu merasakan tatapan tajam Vando.

"Ooh, jadi Abang ancem Adek biar nggak ngomong ke Bunda?" Wanita paruh baya itu menatap sang putra sinis.

"Ampun Bunda, Abang nggak gitu lagi kok." Pria itu memasang wajah memelasnya supaya yang bunda luluh.

"Lain kali kalo Abang bolos langsung lapor ke Ayah ya sayang, nanti Ayah kasih hadiah." Sogok pria paruh baya yang memiliki wajah rupawan itu yang dibalas Tata dengan anggukan semangat.

"Ay ay, Capt!"

***

Tata turun dari motor Vando, mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Sedari tadi gadis itu terus mengomeli Vando karena motor besarnya yang membuat gadis itu sakit pinggang tiap menaikinya, mana kakinya nggak sampai pas naik.

"Ihh, Abang. Udah dibilang pake motor yang lain aja, pinggang Tata sakit tau naik motor ini. Mana motornya tinggi banget lagi." Keluh gadis itu tak hentinya sembari menghentak-hentakkan kakinya setelah dibantu turun oleh Vando.

"Makanya tumbuh tuh ke atas bukan ke pipi." Ujar cowok itu meledek.

"Pokoknya Tata nggak mau pulang bareng Abang nanti." Kesalnya. Pipi gadis itu menggembung lucu hingga membuatnya semakin menggemaskan.

"Ya udah sih, Abang juga nggak maksa tuh." Cuek pria itu membuatnya mendapat pukulan bertubi-tubi dari tangan mungil Tata.

"Abang ngeselin, awas aja nanti kalo bolos langsung Tata aduin Ayah." Ancamnya yang mendapat cibiran dari Vando.

Masih dengan rasa kesalnya gadis itu memutuskan untuk pergi ke kelas daripada menghadapi Vando yang semakin mengejeknya.

"Kenapa sahabat imut gueh?" Tanya Nada dengan nada dilebay-lebaykan saat melihat Tata memasuki kelas dengan wajah cemberut.

"Abang ngeselin." Adunya dengan wajah menggemaskan.

"Ututututu, cini cama mommy cayang." Guraunya yang ditatap sinis oleh Grace. Merasa geli dengan cara bicara sahabat somplaknya itu.

Tata merentangkan tangannya kepada Nada yang dibalas pelukan olehnya, hingga mereka berdua berpelukan layaknya teletubies.

"Cini cerita cama mommy." Gadis yang mengenakan bando berwarna merah muda itu membawa Tata duduk di bangkunya.

"Abang ngeselin, pinggang Tata sakit kalo boncengan sama Abang, mana kaki Tata nggak nyampe." Adu gadis itu mendapat tawa kencang dari Nada.

"Hahahahah, emang ngadi-ngadi sahabat gue. Cewek lain tuh pada seneng kalo naik motor gede begitu, biar sekalian modus juga. Lagian pendek sih," tawa Nada terdengar ke seluruh penjuru kelas.

Tata yang melihat Nada meledeknya berbalik arah pada Grace, meminta pembelaannya. Bibirnya mengerucut dengan wajah memelasnya.

"Nada nyebelin, Tata nggak like." Kesal gadis itu tak lagi menatap Nada yang masih dengan tawanya yang tak kunjung berhenti.

"Diem lo beban, bikin anak orang mewek aja pagi-pagi." Grace menyumpal mulut Nada dengan sebungkus roti yang memang sedari awal ada di atas meja –sebelum ke kelas tadi mereka sempat ke kantin untuk beli sarapan.

"Anjir, untuk gue nggak keselek." Gerutu gadis dengan bandana itu menatap Grace tak terima.

Grace melihat Tata yang masih cemberut, ia mengeluarkan setangkai lolipop dari kantong bajunya lalu memberikannya kepada Tata hingga gadis itu kembali menampilkan senyum manisnya.

***

Seorang guru yang cukup tua tengah menjelaskan materi di depan. Beberapa murid yang berada di barisan depan terlihat memperhatikan dengan khidmat, sedangkan bagian belakang nampak dengan kegiatan yang berbeda-beda. Ada yang tidur, ada yang mencoret-coret asal buku tulisnya, ada juga yang pikirannya melayang entah kemana.

Tata, gadis itu awalnya memperhatikan yang dijelaskan oleh guru di depannya, namun lama-lama otaknya tak bisa diajak kompromi. Gadis itu meraba kantongnya mencari lolipop yang terselip, akan tetapi ia menemukan secarik kertas yang belum sempat dibacanya tadi pagi. Gadis itu membuka kertas itu karena penasaran dan membacanya.

'Aku menulis sebuah surat untuk mawarku tercinta...

Mawar biru dengan racikan cinta untuk dewiku Sinta...

Mawar biru dengan sejuta cinta dari Rama...

Mawar biru yang takkan pernah kau lupa'

Tangan gadis itu tampak bergetar setelah membaca isi surat yang berisikan sebait puisi romantis dari sang pujangga. Namun bukan itu fokusnya, mata gadis itu ikut bergetar setiap kali membaca tulisan 'mawar biru' seolah kata itu memiliki makna tersendiri baginya. Nafasnya mulai sesak mengingat beberapa hal yang tak sepatutnya diingat.

Grace yang berada di sebelah Tata merasa aneh dengan keterdiaman gadis di sampingnya. Sedari tadi gadis itu krasak-krusuk mencari sesuatu dan sekarang ia terdiam dengan secarik kertas di tangannya. Gadis tomboy itu melirik kertas yang masih berada di tangan Tata. Ia melihat tubuh gadis itu gemetaran dan nafasnya yang mulai tak teratur.

Grace menggoyangkan bahu Tata untuk menyadarkan gadis itu, kemudian mengambil alih surat yang berada di tangan gadis itu. Menyimpannya dan membawa gadis itu ke pelukannya untuk menenangkannya.

***

Beberapa chapter lagi Aretha bakal berakhir

Udah siap, kah?

21-05-23

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang