Chapter 70

1.3K 62 1
                                    

Happy Reading!!!


Malam datang ditemani bintang dan bulan yang nampak berdampingan menerangi bumi. Cahayanya berpendar dalam gelap yang menggulung. Di sebuah kamar nampak seorang gadis tengah lelap dalam tidurnya. Lampu kamar mati, digantikan dengan lampu tidur yang remang-remang hingga membiarkan sedikit cahaya rembulan memasuki ruangan.

Di ruangan lain, beberapa orang pria masih sibuk dengan gadget masing-masing di tangannya. Suara heboh pun tak terelakkan walau jam sudah menunjukkan waktu untuk tidur bukan lagi terbangun layaknya kelelawar yang berjaga di malam hari.

"Lo pada nggak pulang napa?" Sinis Vando yang mulai muak melihat teman-temannya sedari tadi.

"Nginep kali-kali napa sih?" Sungut Vito yang jengkel, pria itu tengah asik dengan mainnya, apalagi kalau bukan game online.

"Gue nggak nerima beban negara kek lo," sinisnya lagi.

"Rasanya tuh nyesss, menusuk ke relung hati terdalam tau nggak?" Drama pria itu dengan ekspresi menjengkelkan.

"Gue pulang duluan," ujar Edgar membuat Vito yang awalnya rebahan langsung terduduk.

"Gue juga dah, Nada sendirian di rumah." Alden ikut berdiri dari duduknya.

Vito yang melihat mereka sudah siap langsung kalang kabut sendiri. Pria itu misuh-misuh tak ingin ditinggal, lagipula tadi ia nebeng Alden datang kesini.

"Tungguin gue woy, sabar bentar napa!"

"Ck, lama gue tinggal."

Setelahnya mereka bertiga langsung pulang ke rumah masing-masing, berbeda dengan Rafael yang memang berniat untuk menginap hari ini. Bajunya pun beberapa ada disini, jadi ia tak perlu pusing memikirkan besok harus memakai apa.

"Bantuin gue beres-beres!" Vando menyenggol kaki Rafael yang baru saja memejamkan matanya.

"Ck," pria itu berdecak namun tak ayal tetap membantu Vando.

Beberapa menit mereka habiskan untuk merapikan -lebih tepatnya mengumpulkan- sampah-sampah yang berserakan di kamar Vando. Setelahnya Rafael keluar untuk menuju kamar tamu yang memang sudah menjadi kamarnya saat berada di sini.

Pria itu menyempatkan diri untuk melihat Tata di kamarnya sebelum tidur. Namun ada yang aneh, ia mendengar suara-suara dari dalam sana. Rafael segera masuk takut terjadi apa-apa dengan Tata.

"Tata!"

Rafael berlari begitu mendapati Tata tengah meringkuk di pojok kasur dengan wajah tenggelam di antara lututnya. Tubuh gadis itu bergetar serta isakan tangisnya yang terdengar.

"Jangan... jangan ganggu Tata," lirihnya yang sangat menyayat hati.

Hati Rafael kembali tercubit melihat Tata seperti ini. Tadi siang ia masih melihat gadis itu tersenyum dan tertawa, sekarang? Ia kembali melihat Tata yang rapuh dan terluka.

"Pergi... Tata mohon... PERGI!!"

"TATA! INI RAPEL!" Rafael menyadarkan Tata yang terus menyuruhnya pergi saat ia mendekat.

"Rapel? Rapel tolongin Tata, suruh mereka pergi, mereka ganggu Tata." Ujar gadis itu dengan mata sembabnya.

Rafael menenangkan Tata, pria itu membawa Tata ke pelukannya. Rafael mengusap rambut Tata pelan dan terus membisikkan kata-kata penenang hingga akhirnya gadis itu kembali terlelap. Rafael membawa Tata ke ranjang, membaringkan gadis itu di kasur tak lupa menyelimutinya hingga dada. Mata Rafael menelisik sekeliling ruangan hingga ia menemukan setangkai bunga mawar biru di atas nakas yang tadi tak terlihat olehnya saking paniknya.

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang