Chapter 40

2.4K 135 1
                                    

Happy Reading!!!


"Jadi apa yang mau lo omongin?" Tanya Vando membuka pembicaraan. Saat ini mereka berada di taman belakang, lengkap dengan minuman dan snack yang sudah disiapkan oleh Bunda. Teman-teman Chandra yang lain sudah pulang karena ada urusan lain di markas.

"Gue dapat informasi kalo ada yang ngikutin Tata waktu ke toilet," ujar Chandra dengan wajah seriusnya.

Chandra adalah ketua geng motor, berbeda dengan Vando dan teman-temannya yang tidak ingin terlibat dengan dunia liar itu. Namun begitu, tujuan mereka adalah sama-sama ingin menjaga kesayangan mereka, siapa lagi kalau bukan gadis imut berpipi chubby yang saat ini tengah asik dengan ponsel digenggamannya. Wajahnya terlihat mengernyit bingung saat memeriksa isi ponsel Bang Chan-nya.

"Kapan?"

"Ciri-cirinya?"

"Siapa?" Pertanyaan dari tiga pria di depannya itu membuat Chandra berdecak kesal.

"Makanya dengerin dulu orang ngomong, gue belum selesai juga." Decak pemuda itu kesal. Chandra mengambil nafas sebelum meneruskan perkataannya.

"Buruan!" Titah ketiga pria itu tak sabaran.

"Ck. Gak sabaran amat." Cibirnya pelan yang masih dapat didengar ketiga pria di depannya.

"Jadi gini, gue kan nugasin orang buat ngawasin Tata. Nah, ini tuh beberapa hari yang lalu, pas kalian pulang sekolah trus Tata pergi ke toilet." Ujar Chandra yang terjeda, ia memperhatikan mereka satu per satu melihat tanggapannya. Chandra puas setelah melihat mereka mengangguk yang berarti mereka mengingat hal itu.

Chandra memang tidak bersekolah di sekolah yang sama dengan mereka. Namun, karena anggota gengnya yang cukup banyak dan tersebar di berbagai sekolah, ia menugaskan salah satu orang kepercayaannya untuk memantau Tata di sekolah. Bukannya tidak percaya dengan ketiga pawang Tata ini, hanya saja ia melakukannya untuk berjaga-jaga. Siapa tahu ada yang terlewat oleh mereka.

"Pas Tata masuk ke toilet, dia nemuin hal yang janggal karena ada orang berpakaian serba hitam gitu kek lagi ngawasin Tata," baru saja Chandra menghela nafas untuk melanjutkan, perkataannya lagi-lagi terpotong.

"Dia dapat orangnya nggak?" Tanya Vando yang dibalas geplakan oleh Chandra dengan lapang dada.

"Dengerin dulu bangsat!" Umpatnya kesal yang dibalas cengiran tak bersalah oleh pemuda jangkung itu.

Tata berlari kencang menuju toilet karena tempat pembuangannya sudah penuh hingga membuat perutnya terasa nyeri. Di sisi lain, terlihat seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam memasuki toilet perempuan setelah Tata masuk ke dalamnya. Tak lama kemudian, sosok itu kembali keluar dan bersembunyi di salah satu pilar yang cukup besar sehingga tubuhnya tidak terlihat.

Setelah menyelesaikan hajatnya, ia segera keluar dari bilik toilet, kemudian mencuci tangannya di wastafel. Saat hendak keluar dari toilet yang nampak sepi -karena penghuni sekolah yang sudah pulang- matanya tak sengaja melirik setangkai mawar kuning di dekat pintu. Perasaanya mulai tidak enak, namun mencoba untuk baik-baik saja.

Gadis mungil itu menghela nafasnya beberapa kali untuk menenangkan diri. Setelah merasa agak baikan, ia berencana untuk melewati saja hal tidak penting itu. Namun, matanya kembali tidak sengaja melihat sesuatu yang mengintip dibalik bunga itu. Terlihat secarik kertas dengan tinta biru diatasnya. Melihat tulisan tangan tidak asing itu, Tata segera berlari keluar toilet. Tubuhnya bergetar hebat.

Saat hampir sampai di parkiran, gadis itu memilih bersembunyi terlebih dahulu untuk menenangkan dirinya. Menghapus tetesan air mata yang berhasil mengalahkan pertahannya. Berulangkali menghela nafas untuk menenangkan detak jantungnya yang terus memburu. Setelah memastikan dirinya baik-baik saja –tak lupa mengecek wajahnya di kamera ponsel-, ia melangkahkan kaki menuju para pria yang sedari tadi menunggunya.

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang