Chapter 26

3.5K 225 10
                                    

Happy Reading!!!


"Wait for me, little girl." Seseorang yang tengah berada di balkon kamar itu menyeringai, ia memperhatikan sebuah foto yang berada di genggamannya.

Tangan kanannya memegang sepuntung rokok, ia menghisap benda bernikotin itu, kemudian mengecup foto yang berada di tangan kirinya, bersamaan dengan asap yang keluar dari bibir penuh itu.

***

Tata memang akan rewel jika sedang sakit. Lihat saja sekarang. Gadis mungil itu tidak mau makan sedari tadi. Sudah bermacam bujukan yang diberikan, namun ia tidak terpengaruh sedikitpun.

"Makan dulu Ta, biar cepet sembuh." Sudah kesekian kalinya ucapan itu keluar dari mulut Rafael, namun sang empu tak jua mau.

"Nggak mau Rapel, Tata pusing ih." Geregetnya kesal. Kepalanya nyut-nyutan dan pemuda itu selalu menyuruhnya makan. Tapi memang benar sih, perutnya lapar.

"Tata mau tidur, tapi kepalanya nyut-nyutan. Pas Tata pejamin mata malah Tata ngeliat banyak benda yang besar-besar." Ia mengeluarkan isi pikirannya yang menyebabkan ia tidak bisa tidur daritadi.

"Makanya minum obat dulu, abis tu tidur, biar nanti pas bangun nggak pusing lagi." Ujarnya berusaha sabar menghadapi bocah keras kepala di hadapannya ini.

"Tapi ada syaratnya." Padahal ini demi kebaikannya, namun gadis mungil itu malah memberikan syarat pula.

"Makan dulu." Rafael hanya dapat menghela nafas kasar. Berdebat tidak akan menyelesaikan masalah. Apalagi saat ini, kemauan Tata yang sedang sakit dan rewel begini akan semakin panjang jika tidak segera dituruti

"Janji duluuu..." Rengeknya. Pipinya sudah memerah karena demam, namun tetap saja ia bersikeras.

"Iyaaa, Taaa." Gemas Rafael.

***

Kamar Tata sudah penuh oleh lautan manusia. Banyak teman-temannya yang berdatangan sedari tadi. Mulai dari teman sekelasnya, teman-teman Vando serta Chandra dan teman-temannyaa. Tak lupa kedua sahabat Tata tercinta, yaitu Nada dan Grace.

Teman-teman sekelasnya sudah pulang satu jam yang lalu. Awalnya hanya Nada, Grace serta Vando dkk saja yang akan ikut. Namun, saat di parkiran teman sekelas Tata menghampiri mereka, dan mengatakan akan ikut melihat Tata yang sudah pulang pagi tadi. Mereka cukup khawatir dengan gadis mungil kesayangan mereka yang tadi pagi dikabarkan pulang karena demam.

"Ihh, Bang Chan jangan ganggu!" Tata merengut kesal saat Chandra mengganggunya yang sedang menonton mukbang. Demamnya sudah turun dan pipinya juga sudah tidak memerah lagi. Hampir saja Rafael membawanya ke rumah sakit jika ia tidak mau makan dan minum obat tadi.

"Abang kan juga mau liat, Ta." Lihatlah pemuda itu. Sangat tidak cocok memasang wajah sok menggemaskan seperti itu. Teman-temannya yang melihat saja rasanya ingin menendang pemuda itu supaya tidak bertingkah menjijikkan seperti itu.

"Komuk lo tolong dikondisikan, Ta!" Ujar Nada yang melihat Tata hampir meneteskan liurnya karena mukbang yang tertera di layar smartphone itu.

"Tata mau ihh. Keknya enak." Gadis mungil itu menelan ludahnya, tergoda melihat hidangan yang menggiurkan di matanya.

"Yang ada lo yang dimakan nanti." Ujar Nada menakut-nakuti.

"Mana ada, Nada boong." Tudingnya, namun tak ayal sedikit percaya. Lihat saja ekspresinya yang berubah, raut mukanya yang lucu membuat para manusia yang edari tadi memperhatikannya menahan gemas.

Posisinya Tata sedang duduk menyandar di kasur, ditemani oleh Nada di samping kirinya serta Grace yang duduk di depan Nada sembari mabar dengan para lelaki yang berada di kamar itu. Para lelaki ada yang rebahan di karpet bulu yang sengaja digelar, ada juga yang duduk di sofa kamar Tata.

Chandra yang tidak ikut bermain lebih memilih mengganggu Tata dengan tontonan mukbang-nya. Edgar dan Rafael yang duduk bersebelahan di sofa sedari tadi terus memantau Tata. Sesekali pandangan mereka tetap tertuju kea rah gadis mungil itu, walau di tangan mereka ada benda pipih yang sudah menjadi candu bagi penerus bangsa ini.

"Beneran kok. Lo mau gue kasih liat?" Nada semakin semangat menjahili Tata yang kini mulai goyah itu. Sangat seru mengganggu Tata yang akan selalu menampilkan berbagai ekspresi di wajah chubby-nya yang sangat menggemaskan.

"Bener Ta, Abang juga pernah liat orang dicapit itu hewan. Sakit banget keknya kalo dicapit ya nggak, Nad?" Chandra ikut memanasi, ia menemukan kesenangannya dengan mengganggu bocah kecilnya.

"Iyaa Bang, bahkan ada yang sampe berdarah-darah gue liat, padahal kepitingnya nggak sebesar yang diliat Tata tadi." Lihat saja wajah Tata yang sudah pucat. Bahkan HPnya dilempar karena membayangkan jika kepiting yang ia lihat tadi menggigitnya.

"Huueeee. ABANGG." Pecah sudah tangisan Tata karena kedua orang itu yang sangat suka mengganggunya.

"Ck. Chan, diem lo!" Vando berdecak kesal karena Chandra yang ikut-ikutan. Menegur pemuda itu namun, matanya juga menatap tajam ke arah Nada yang tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun.

***

20-07-22

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang