(9)

13.8K 659 10
                                    

(9)

Alysha mengerutkan bibirnya kesal. Bagaimana tidak kesal, baru saja ia ingin merebahkan dirinya di kamar suara ibu mertuanya sudah menggelegar dari luar.

"Alysha!" Panggil Fitriana sembari mengetuk pintu kamar putranya.

"Iya sebentar." Jawab Rivaldi dari dalam dan membuka pintu kamarnya.

"Kok kamu yang keluar? Istri kamu mana? Masih siang jangan tidur apalagi sedang hamil begitu!" Cerocos Fitriana pada Rivaldi.

"Biarin Alysha istirahat dulu sebentar Mi. Dari tadi pagi dia mual terus." Terang Rivaldi meminta pengertian pada ibunya.

"Halah! Dia itu cuma hamil bukan lumpuh, jangan manja!" Ketus lagi Fitriana dan tak lama kemudian Alysha keluar kamar.

"Ada apa Mami manggil Saya?" Tanya Alysha dengan bernada datar. Dirinya mengantuk dan lelah seharian ini.

Sejak semalam dia tak bisa tidur ditambah lagi mual terus sampai satu jam sebelum pernikahan dan sekarang, ingin istirahat saja susah.

"Masih siang jangan tidur. Bantu Mami di dapur, masak buat makan malam!" Titah sang mertua dan berlalu tanpa mau mendengar jawaban menantunya itu.

"Kamu istirahat aja, biar Mas yang bantu Mami." Ujar Rivaldi memintanya kembali ke kamar.

Namun belum sempat ia kembali ke kamar suara sang mertua kembali menggelegar.

"Alysha!!" Panggil lagi Fitriana dari dapur berteriak.

"Iya Mamiii...!" Setengah berteriak Alysha menjawabnya dan dengan malas berjalan menuju dapur.

"Ya Tuhan! Pengen tidur sebentar aja gak bisa!" Gerutunya pelan hampir berbisik.

"Jangan manja! Hamil bukan alasan bikin kamu jadi malas melayani suami. Mas Aldi biasanya jam segini suka minum kopi. Kamu bikinin dia kopi. Kopinya 1 sendok teh, gulanya 2 sendok teh. Sama sediakan..." Ocehan Fitriana hanya masuk kuping kiri keluar kuping kanan.

Bahkan tanpa sadar dirinya mengusap perut ratanya sambil beristighfar dalam hati. Berharap anaknya kelak tak mewarisi sifat cerewet dan nyebelin neneknya.

"Kamu dengerin gak Mami ngomong apa?" Hardik Fitriana pada menantunya saat di lihatnya sang menantu hanya berdiri diam.

"Iya. Cangkir, sendok, kopi dan gulanya dimana ya Mam?" Tanyanya, namun lagi-lagi membuat telinganya panas mendengar ocehan mertuanya.

"Ya kamu cari sendiri dong! Masa begitu aja gak bisa!" Omel Fitriana padanya.

"Maaf Mami kalau Saya lancang. Tapi ini kan bukan rumah Saya. Saya baru datang kesini, jadi gak tau dimana letak semua barang itu. Jadi wajarlah kalo Saya tanya Mami. Kan cuma Mami yang ada disini selain Saya. Salah kalau Saya tanya??" Ucap Alysha panjang lebar menjawab omelan mertuanya.

"Kamu berani bantah Saya!? Baru jadi menantu sehari kamu sudah berani bantah Saya!?"

Fitriana yang terkejut mendengar ucapan Alysha segera menegurnya, tak terima dengan semua ucapan gadis itu meski ia menyadari kebenarannya.

"Saya gak bantah Mami tapi bener kan, Saya baru tinggal disini dan Mami minta Saya melayani Pak Aldi sedangkan Saya aja gak tau dimana letaknya semua barang-barang yang Mami sebutkan." Jawabnya santai, bahkan terlalu santai.

"Ka-kamu panggil dia apa? Bapak?? Emangnya dia Bapak kamu?? Astaga anak ini!!" Fitriana terkejut mendengar panggilan menantunya untuk sang anak.

Ia memegang sebelah kepalanya yang berdenyut. Sementara Alysha, dirinya memilih mengedarkan pandangannya, mencari letak dimana saja barang-barang yang tadi di bicarakan.

"Ada apa sih ini ribut-ribut? Kedengaran loh sampai ke depan." Tanya Papi yang ke dapur bersama dengan Rivaldi.

"Ini menantu Papi!! Gak bisa apa-apa, bisanya membantah ucapan Mami aja!" Serunya pada sang suami dengan tangan memegang sebelah kepalanya dan satu tangan lagi menunjuk ke arah wanita yang sedang hamil muda itu.

"Kan Saya udah bilang, Saya baru datang disini jadi Saya gak tau dimana letak semua barang itu. Kok malah di bilang membantah sih." Ujarnya membela diri. Tak terima di salahkan.

"Emang kamu disuruh apa sama Mami, Yang?" Kali ini Rivaldi yang buka suara, menghampiri istrinya dan mengusap bahunya perlahan.

"Bikinin kopi buat Bapak. Tapi Saya gak tau dimana tempatnya jadi nanya. Mami malah marah." Jawabnya menjelaskan dengan bibir mengerucut. Membuat Rivaldi gemas dengan tingkah istrinya.

"Kamu mau bikinin kopi buat Papi?" Papi bertanya padanya, merujuk pada kata Bapak.

"Bukan Pi. Tapi buat Pak Valdi." Ucapnya yang lagi-lagi membuat Fitriana meradang.

"Tuh liat Mas! Dia masih panggil kamu Bapak, emang kamu Bapaknya?!"

Papi dan Rivaldi saling berpandangan dan sedetik kemudian mereka tertawa bersama, menyadari dimana letak permasalahan sebenarnya.

"Jadi, Mami marah karena nak Alysha tanya dimana letak cangkir dan teman-temannya, atau karena masih panggil Aldi, Bapak?" Tanya Papi menggoda istrinya.

"Dua-duanya! Lagian nih ya Pi. Emang anak kita udah tua sampai di panggil Bapak sama istrinya!?" Sembur Mami mertua.

"Bukan gitu Mi. Alysha masih terbiasa panggil Mas dengan sebutan Bapak, karena dulu kan Mas gurunya di sekolah. Jadi, ya wajar kalo masih suka panggil Bapak." Ujar Rivaldi membela istrinya.

Rasanya hati Rivaldi berdesir mendengar dirinya sendiri menyebut Alysha istri.

"Sudah-sudah. Gak akan selesai ini masalahnya. Mas, kamu bawa istri kamu ke kamar aja. Ajak dia istirahat. Mami juga biasanya jam segini masih santai nonton sinetron kok tiba-tiba mau ke dapur." Ujar Papi menghentikan perdebatan absurd antara menantu vs mertua.

Mendengar itu wajah Mami memerah dan mencebik bibirnya lalu meninggalkan mereka semua dengan kaki menghentak.

"Maafin Mami ya Nak. Sebenarnya dia baik, hanya saja tidak mampu mengungkapkan isi hatinya." Papi meminta maaf atas kelakuan istrinya pada menantunya, yang di jawab anggukkan kepala.

"Ya udah ke kamar yuk. Kita istirahat." Ajak Rivaldi menggandeng kembali tangan istrinya.

Saat mereka melewati ruang tamu terdengar soundtrack sinetron yang sedang booming akhir-akhir ini, membuat keduanya menggelengkan kepala.

"Ku menangiiiissss...!"



* * * * *

Ku menangiiiissss....
Membayangkan betapa kejamnya dirimu akan diriku...

Yang cuma baca tapi gak mau tekan vote dan komen...😢😭

Alysha (Revisi-End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang