23

11K 433 4
                                    

(23)

Arthur meninggalkan rumah itu dengan amarah yang tertahan. Bertahun ia memendam rasa pada gadis yang di sukainya dan kini kenyataan yang di dapat adalah gadis itu sudah menikah bahkan telah memiliki anak.

"Kalau kamu gak bisa jadi milik kakak, maka gak ada seorangpun yang bisa memiliki kamu, Al! Kamu milik kakak!!" Ucapnya sambil memandang keluarga Syailendra dari kejauhan. Tangannya terkepal marah hingga memutih, dan memilih pergi dari rumah itu.

"Eh iya, kayaknya tadi si Arthur abang undang, udah datang belum ya?" Tanya Sandy sambil melihat ponselnya.

"Tadi udah datang tapi mungkin ada urusan dia pergi lagi. Lain kali jangan ajak oranglain di acara keluarga kita, Bang. Gak enak." Ujar Mama yang sepertinya memiliki firasat jelek tentang Arthur.

"Emang kenapa Ma? Biasanya juga gak apapa kan dia kesini?" Tanya lagi Sandy yang bingung dengan sikap sang ibu.

"Sekarang sudah ada anggota baru di keluarga kita, jangan sampai ada kesalahpahaman nantinya. Abang mengerti kan maksud Mama?" Cetus Mama lagi padanya, mengusap lembut bahu putra keduanya itu.

Meresapi ucapan sang ibu, Sandy akhirnya memahami maksudnya. Ia berjalan menghampiri dan memeluk Mama dari samping.

"Maafin Abang ya Ma, Abang gak ada maksud." Ucapnya memeluk dan mengecup pipi kanan sang ibu yang di balas dengan usapan sayang Mama pada bahu kekarnya.

"Ada apa ini peluk-peluk, bisik-bisik?" Papa yang merasa cemburu pada putranya mencoba menarik sang istri dari pelukan anaknya.

"Ampun deh si Papa, ini anakmu loh yang peluk Mama." Protes Sandy pada Papa yang di hadiahi jitakan pelan di kepalanya. Melihat itu Mama dan yang lain hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

Acara hari itu berjalan lancar, Alysha dan keluarga begitu menikmati kebersamaan mereka.

Bahkan Rivaldi dan Nino kembali akrab seperti dulu lagi. Mereka bersikap dewasa dengan saling memaafkan, apalagi kini status mereka adalah saudara ipar.

* * *

Usai sudah acara barbeque dan kini tiba waktunya mereka istirahat. Valdi bersama Nino dan Sandy membantu Papa membereskan peralatan dan kekacauan yang sempat terjadi diantara mereka. Apalagi kalau bukan saling lempar dengan beberapa keripik yang berakhir membuat Mama murka.😆

Dan kini mereka sekeluarga tengah duduk di ruang tamu bermain dengan Alfa.

"Rencana kalian setelah ini apa?" Tanya Papa membuka pembicaraan. Mama juga Alysha menatap Valdi, sementara Nino dan Sandi sedang sibuk mengajak Alfa bermain. Meski mereka juga memasang telinga mereka.

"Ehm, untuk sementara Al biar di rumah dulu mengurus Alfa, dan rencananya 3 bulan lagi mau di adakan acara resepsi pernikahan kami. Valdi juga sudah bicara dengan Papi dan Mami." Jawabnya menjelaskan rencana mereka.

"Tapi kamu gak melarang Al untuk meraih cita-citanya yang sempat tertunda kan, karena menikah dan punya anak?" Kembali Papa bertanya dengan tajam seolah menyindir menantunya itu.

"Valdi gak akan melarang kalau Al ingin melanjutkan kuliah atau kerja, asalkan Al ingat dengan status juga tugasnya sebagai istri dan juga ibu." Jawabnya kalem. Terlihat senyuman kecil di bibirnya.

"Kalau kamu gimana, Dek? Apa rencana kamu setelah ini?" Kali ini Mama bertanya pada putri bungsunya.

"Hm, saat ini Adek mau urus Alfa dulu Ma, Pa. Soal bekerja atau kuliah mungkin tunggu Alfa berusia 1-2 tahun. Biar bisa tenang juga kalau nanti Al mau tinggal kerja atau kuliah."

Semua akhirnya menyetujui ucapan Alysha yang menunda rencana masa depannya demi sang buah hati.

"Jadi nanti konsep resepsi kalian seperti apa?"

"Gak tau juga, Adek ikut mas Valdi aja kayak gimana. Yang penting gak ribet pake baju adat ala-ala deh. Soalnya ntar ribet kalau mau susuin Alfa."

Semua mata tertuju pada Rivaldi.

"Hm, belum tau juga kayak gimana soalnya itu Mami yang ngotot mau urusin acara resepsi. Kita terima jadi aja kata Mami begitu." Jawabnya dan ucapannya malah menjadi bahan ejekan Nino untuknya.

"Yaelah Val, masih aja Mami lo yang urusin hidup lo. Ini kan acara lo dan Alysha, harusnya elo dan Alysha donk yang urus semuanya." Ejek Nino pada sahabat yang juga adik iparnya itu.

"Maunya sih gitu Nin, tapi gimana. Kan gue masih sibuk ngajar, Alysha juga sibuk dengan Alfa. Gak mungkin juga dong gue biarin dia bolak balik urus ini-itu sambil bawa Alfa." Jawab Rivaldi mematahkan ejekan abang iparnya.

"Mama setuju dengan Mas Aldi, jangan sampai karena sibuk mengurus acara resepsi kalian, cucu Mama gak terurus. Mama gak mau ya!" Lanjut Mama tegas sambil menatap cucunya dengan sendu.

"Tenang aja Ma, Al gak akan biarin anak bayi ini kurang perhatian dari keluarganya." Ujar Alysha meraih Alfa dalam pelukannya.

Baru saja Syailendra Junior ingin protes tangan mungil itu sudah aktif menepuk-nepuk dada ibunya. Tanda ia haus dan lapar.

"Bisa banget ya ini anak bayi cari perhatiannya." Celetuk Sandy dan di sambut tawa yang lain.

"Ya udah kalo gitu, Al ke kamar dulu ya. Anak bayi mau bobo." Pamit Alysha pada keluarganya di ikutin oleh sang suami.

"Ada bucin baru di keluarga kita, Bang!" Seru Sandy pada Nino yang melihat Rivaldi berjalan sambil memeluk pinggang sang istri.

"Yo'i! Padahal dulu malu-malu gitu, San! Malu-maluin malah! Hahaha."

"Belum aja lu berdua rasain jadi bucin kayak gue. Hati-hati Nin, kelamaan di gantung, Erika ntar di samber orang nangis guling-guling lu!" Balas Valdi dan sepertinya ucapannya itu berhasil membuat Nino terusik, dengan cepat ia meraih ponselnya dan menghubungi Erika. Sahabat yang juga menjadi tambatan hatinya.

Tak lama terdengar suara Nino menyapa Erika di ponselnya.

"Hai Rik, ntar malam mau gue jemput gak?" Tanya Nino pada Erika.

"......"

"Oh gitu, ya udah kalo gitu. Hati-hati ya pulangnya. Bye!"

Sepertinya keinginan Nino pupus, terlihat dari cara ia memandang ponselnya lama.

"Kenapa lu, Bang? Erika gak mau di jemput?" Tanya Sandy dari belakangnya.

"Dia pulang bareng Erik, temennya." Jawab Nino pelan.

"Yakin tuh temen doang, apa gebetan baru? Lu gak mau gitu berjuang?" Sandy kembali mengompori abangnya.

"Kalau Erika bilang itu temennya ya berarti emang temen doang, San. Gak lebih!" Kekeuh Nino dengan pemikirannya, membuat Sandy gregetan.

"Gue kira cuma si Valdi yang bucin, ternyata ada yang lebih bucin lagi disini. Dan saking bucinnya jadi bego!" Dengus Sandi sarkas yang kesal sendiri dengan sikap Nino.

"Bang, kalo lu emang suka sama Erika ya kejar dong, nyatakan perasaan lu jangan cuma kasih perhatian semu. Kalo cuma perhatian semu gue juga bisa kasih kok. Tapi yang cewek butuh itu kepastian dan kejelasan! Ente paham??" Ucap Sandy panjang kali lebar kali luas kali tinggi, dan berlalu dari sana. Membiarkan Nino sendiri dengan pemikirannya.






* * * * *

Untuk pembaca lama maaf ya nama 'temen' dekatnya Erika ku ubah. Baru ngeh ko kayaknya aku secinta itu sama nama itu sampai di ceritaku yang baru juga nama itu ku pakai😂😂

Jadi, nama Damar ku ubah jadi Erik ya😊



Tbc.






ziga1810
















Alysha (Revisi-End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang