(11)
* * *
Waktu pun berlalu dan kandungan Alysha kini sudah memasuki bulan ke 5.
Rencana awal setelah pernikahan, Rivaldi berjanji akan membawa istrinya tinggal di apartemen miliknya. Namun semua buyar karena mami mertua melarang, dengan alasan mereka hanya tinggal berdua saja tak ada yang mengawasi Alysha dan tentunya Aldi menuruti keinginan sang ibu. Meski itu membuat Alysha jengkel.
Pertengkaran-pertengkaran kecil pun kerap terjadi.
Dari mulai Alysha ingin melanjutkan kuliah namun di larang sang suami yang memikirkan keadaan istrinya yang tengah berbadan dua hingga keinginan Alysha untuk mengajar private anak tetangga mereka yang masih SMP.Larangan demi larangan juga datang dari mami mertua yang mengatakan bila dirinya tak akan terlantar apalagi kekurangan.
Hal ini tentu saja memicu kekesalan calon ibu muda itu.
Bukan masalah keuangan yang membuat dirinya ingin bekerja, tetapi lebih karena ia merasa bosan dirumah dan butuh penyegaran.Dan kekesalan itu pun berlanjut di keesokan harinya.
* * *
Alysha POV
Besok jadwalnya aku harus memeriksakan kandungan dan sudah dari dua hari yang lalu aku mengatakannya pada Pak Rivaldi. Bahkan sudah ku lingkari tanggal tersebut supaya dia tak lupa.
Pintu kamar terbuka dan Pak Aldi masuk sepulangnya ia dari mengajar dengan membawa tas dan juga jaketnya.
Entah harus berapa kali ku katakan pada pria itu, kalau pulang kerja jangan bawa jaket masuk ke dalam kamar tapi gantung di tempat gantungan jaket yang sudah ku beli.
Dan dia masih saja membawanya!!
Bukan apa-apa, tapi sejak hamil hidung ku mulai sensitif akan bau-bauan. Aku tak suka ini tapi mau bagaimana lagi!
Mama bilang inilah yang namanya perubahan hormon."Pak! Kan Saya udah bilang gantung jaketnya di luar jangan di bawa masuk ke dalam kamar!" Tegur ku padanya, dan dia hanya bilang LUPA.
"Maaf Al, Mas lupa. Sebentar ya, Mas mandi dulu." Jawabnya enteng dan berlalu ke dalam kamar mandi.
Ku hela napas ku. Kesal.
"Jangan sampai besar nanti kamu nyebelin kayak Papa kamu!" Ucapku menunduk sambil mengusap perutku yang mulai membesar.
* * *
Hari ini tiba waktunya untuk periksa kandungan, sudah dari pagi aku bersiap diri. Dan hari ini juga jadwalnya USG untuk melihat posisi bayi, plasenta, air ketuban dan sebagainya, juga bonus bisa melihat jenis kelaminnya.
Aku sih gak terlalu ingin tau jenis kelamin bayi dalam kandunganku, laki-laki atau perempuan sama saja yang penting nanti lahir dengan sehat dan juga normal.
Tapi lagi-lagi mami mertua berkeras agar aku juga menanyakan jenis kelaminnya supaya bisa mempersiapkan barang-barang sesuai jenis kelaminnya. Yaitu mulai dari warna, pakaian, juga mainan.
Tolong dong!!
Bayi ku aja belum lahir tapi kok mami malah heboh mau beli ini itunya.
"Bapak mau kemana?" Tanyaku saat melihat suami tuaku itu sudah rapi dan membawa ranselnya.
Oh iya, terkadang aku masih memanggilnya dengan sebutan Bapak bila kami hanya berdua saja, itupun karena aku sudah terbiasa dengan panggilan itu.
Memanggilnya 'mas' hanya di depan keluarga terutama di depan nyonya besar di rumah ini. Siapa lagi kalo bukan...
Kanjeng Mami Fitriana Anugrah.
"Ya ngajar dong Sayang. Emang kenapa?" Jawabnya dan malah balik nanya kenapa.
"Lupa sekarang hari apa??" Tanyaku yang gemas sekali dengan jawabannya.
"Rabu kan? Ini kamu mau kemana kok dandan rapi?" Dia mulai menyadari penampilanku dan berharap dia juga menyadari kalau hari ini jadwalnya aku periksa.
"Gak bisa ijin dulu? Ijin sehari bisa kan, atau di mundurin jam olahraganya?" Aku mencoba bernegosiasi dengannya yang sudah ku tahu pasti jawabannya.
"Gak bisa Sayang, hari ini anak-anak ambil nilai olahraga untuk raport. Kamu mau kemana sih?" Tanyanya lagi dan aku malas berdebat.
"Gak kemana-mana. Pengen dandan aja. Nanti aku mau kerumah Mama sebentar." Jawabku tenang.
Akhirnya aku mengalah.
Bukan mengalah tapi lebih tepatnya malas berdebat pagi-pagi.
Mood-ku sedang baik karena sejak bangun tadi tak merasakan mual dan nyeri pada pinggang. Jadi aku gak mau mengawali hari dengan pertengkaran yang selalu terjadi akhir-akhir ini. Karena itu akan membuatku sakit kepala seharian.
Dia diam sejenak sambil memandangku lekat.
Jujur saja, meski sudah 5 bulan kami menikah tapi aku masih risih bila dia mulai melakukan pendekatan seperti memeluk atau merangkul. Bahkan hanya sekedar memegang tanganku saja aku sudah gemetar.
Apalagi melakukan tugas utamaku sebagai istri saja tak ku lakukan.
Karena setiap kali dia mulai menyentuhku, aku selalu terbayang rasa takut juga sakit yang pernah ku rasakan dulu.
"Kenapa sih liatnya begitu amat!" Tegur ku ketus padanya, sejenak aku merasakan wajahku memanas. Salah tingkah.
"Tumben kamu dandan mau kerumah Mama. Biasanya gak pernah dandan. Mau ketemu siapa kamu disana??"
Here we go again!!
Dia malah curiga. Ampun deh aku!!
Secuek-cueknya aku dengan pernikahan ini, gak mungkin juga aku punya pikiran aneh-aneh.
"Apaan sih!? Jangan mulai deh!" Sanggahan ku berikan dengan sedikit nge-gas.
"Mas tanya kamu mau ketemu siapa? Kalo kamu cuma ketemu sama Mama dan Papa masa sampai dandan segala?! Hapus make-up kamu!"
"Make-up apa sih!! Aku gak pake ya, cuma pake lipbalm aja. Ya udah sana, katanya mau ngajar. Ngapain masih disini!?." Seruku padanya dengan nada agak sedikit tinggi.
Dia mengeraskan rahangnya dan maju mendekatiku, perlahan aku mundur hingga terduduk di tempat tidur.
Tangannya meraih pipiku dan tanpa terduga dia menciumku!
Bayangan itu kembali datang. Aku berusaha melepaskan diri dengan mendorong tubuhnya namun bukannya terlepas malah semakin dalam ia menciumku.
Napasku mulai sesak, bayangan kejadian malam itu seolah terulang dan dengan sekuat tenaga aku mendorong dan refleks menampar wajahnya.
Plak!!
Dia terdiam sementara aku sudah meringkuk ketakutan di kasur dengan tubuh gemetar.
Seolah tersadar atas apa yang terjadi dia mendekat lagi dan aku menjerit histeris.
"JANGAN! TOLONG BERHENTI!! JANGAN!!" Jeritan histeris ku terdengar dari luar hingga Mami dan Papi mertua datang menghampiri kami.
"Ada apa!? Kenapa Mas?" Tanya Papi berseru panik melihat ku menjerit.
"Al sadar Al! Ini Mami, lihat Mami!" Mami memanggilku dan memeluk tubuhku yang gemetar.
Aku kembali meronta dan menjerit saat merasakan seseorang memelukku. Hingga kegelapan menyapaku dan hal terakhir yang ku dengar adalah..
"Alyshaaa...!!"
* * *
Tbc.
Triple apdet pagi ini...
Seneng gaaa???
Hehehehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alysha (Revisi-End)
Ficción GeneralWarning!!! Cerita mengandung unsur 21+ atau dewasa, penuh dengan adegan mature di dalamnya. Seluruh hak cipta di lindungi oleh Undang-Undang. Create by : ziga1810