8

1 1 0
                                    

"Sialan... " Begitulah umpat Luna. Ya, Luna mengikuti Moca dan Cino sampai kerumah Moca. Setelah melihat kejadian itu ia semakin tidak suka dengan Moca.

Dirumah Cino

"Anak mama udah pulang ya. " Ucap Rina mama Cino.

"Ma... ngak usah peluk-peluk ihh. Malu tau diliatin sama bibi. " Cino sangat risih saat mamanya masih sering memeluk dirinya layaknya anak kecil.

"Astaga Cino, kamu kan anak mama. "

"Au ahh ma, Cino mau kekamar. " ia beranjak pergi melangkahkan kakinya.

"Dasar anak manja. " Gumam Rina.

"Kenapa ma? " Tiba-tiba Arga, papa Cino muncul dari belakang.

"Itu anakmu mas, ngak mau dipeluk katanya. " celoteh Rina sambil terkekeh kepada suaminya.

"Kamu kan tau kalau Cino itu udah besar, ngapain juga masih dipeluk-peluk, pastinya dia kesal. " Arga juga ikut terkekeh.

"Owh ya mas, apa kamu jadi mau menjodohkan Cino dengan anak temanmu itu? " Tiba-tiba Rina menanyakan tentang perjodohan yang pernah dibahasnya dengan sang suami.

"Tentu saja jadi, aku mau menjodohkan dia dengan anaknya Wijayanto. "

"Lalu kapan mas? "

"Nanti setelah dia lulus kuliah papa akan langsung menikahkan dia dengan anaknya Wijayanto. "

"Kenapa kamu tidak tanya dulu mas, mungkin aja Cino ngak setuju? " Rina mulai khawatir jika rencana suaminya itu akan ditolak sang putra.

"Mau ngak mau dia harus mau sayang. " Arga menuntun sang istri untuk pergi kekamar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

10 November 2021

Mocacino||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang