5

2 1 0
                                    

"Kamu kenapa Ca? "

"Kak Cino. Kakak ngapain disini, inikan toilet cewek? " Moca terkejut melihat Cino berada didalam toilet.

Bukannya menjawab Cino malah menarik tangan Moca. Ia mengajak Moca untuk keluar, tentu saja karena otaknya masih sehat. Ia tidak ingin ada tuduhan yang aneh-aneh.

"Jawab guwe Moca, kenapa lo nangis? Apa gara-gara omongan anak-anak? " Rentetan pertanyaan Cino lontarkan pada Moca. Sedangkan Moca hanya menjawab Pertanyaan Cino dengan anggukan.

"Udah lo ngak usah nangis, biar guwe yang ngadepin mereka. " Cino mengusap puncak kepala Moca. Sontak hal itu membuat Moca refleks langsr menyingkirkan tangan Cino dari kepalanya.

"Maaf, jangan seperti ini. Aku ngak mau ada pemikiran aneh-aneh lagi tentang kita. Nanti malah jadi tambah masalah kak. "

"Emangnya kenapa? Apa ada yang salah Ca. " Cino berpura-pura seakan tidak ada berita rumor diantara mereka.

"Mereka beranggapan kita berpacaran kak Cino. Tentu saja  tindakan kakak tadi bisa menimbulkan fitnah, jika ada yang melihatnya. "

"Memangnya kalau kita pacaran kenapa? ada yang salah? kita sesama manusia kan, jadi ya wajar saja kalau pacaran. " Dengan santainya Cino mengatakan hal itu.

Sontak hal itu membuat Moca terkejut sekaligus malu. Cino adalah cowok pertama yang mengatakan tentang pacaran kepadanya. Biasanya cowok hanya akan menghina  dirinya.

"Kakak ini kalau mau menghibur, cari candaan yang lain kek. Mana ada yang mau pacaran sama aku. udah penampilan culun, anak orang miskin pula." Moca mengatakan itu sambil menunduk.

"Kamu cantik dengan apa adanya Moca Mona Lisa. Mereka yang mengatakan jika kamu jelek itu, hanya orang yang hanya melihatmu dari luarnya saja. "

"Ihhh kakak ma bisa aja. "

Belum sampai selesai pembicaraan mereka bel masuk sudah berbunyi. Dan mereka pun langsung pergi masuk kekelaa masing-masing.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

07 November 2021

Mocacino||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang