21

0 1 0
                                    

Ditempa lain

"Astafirullah Cara, kamu darimana saja nak, bunda khawatir. " Ucap Moca pada sang putri sambil meneteskan air mata.

"Bunda jangan menangis, tadi Cara hanya bertemu ayah,bunda. " Ucap gadis kecil bernama Caramel itu sambil mengusap air mata sang ibu.

" Ayah?? Ayah siapa Cara? " Tanya Moca sedikit bingung dengan ucapan sang putri.

" Ayah Caramel bunda. "

Deg

Jantung Moca seakan berhenti dalam hitungan detik.
"Ayah, apakah yang dimaksud Cara itu Kak Cino? ataukah kak Dama? " Gumam Moca.

"Ayah siapa Caramel? "

"Itu ayah bunda. " Gadis kecil itu menunjuk kearah seorang laki-laki yang berada agak jauh darinya.
Moca melihat kearah yang ditunjuk sang putri. Begitu melihatnya ia tak mampu bergerak sedikitpun. Tubuhnya seakan kaku. Ya sosok yang ditunjuk Caramel adalah Cino, ayah biologisnya.

"Benarkah bunda, itu ayah. Bunda, kapan kita tinggal sama ayah. Bunda, ayo kesana. Bunda.. Bunda.. Bunda. " Gadis itu menarik baju ibunya, karena tidak ada jawaban.

"Bunda tanya sama Caramel, darimana Cara tau kalau itu ayah. " Tanya Moca penasaran pada Caramel. Pasalnya ia tak pernah memperlihatkan foto Cino pada sang putri.

"Oom bunda. Oom yang memberi tahu foto ayah. Oom bilang kalau ayah kerja jauh dan ayah akan pulang sebentar lagi. Ternyata Oom benar bunda , ayah sudah pulang. "

"Ternyata kamu kak Dama. " Moca menghela nafas panjangnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

13 Desember 2021

Mocacino||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang