11

1 1 0
                                    

Hari mulai gelap, dan saatnya Moca pulang. Ditengah perjalanan ia dihadang sebuah mobil mewah.

satu detik

dua detik

tiga detik

Seorang gadis keluar dari mobil itu, dengan penampilan dress selutut, dan memakai high heels, serta rambutnya terurai. Gadis itu berjalan mengajmpiri Moca.

"Kak Luna. " Gumam Moca.

Ya gadis itu adalah Luna, kakak kelas Moca. Luna menatap Moca dengan tatapan ingin menikam. Moca yang melihat itu langsung gemetar tangannya.

"Moca Monalisa. "

"A-aada apa kak? " Jawab Moca dengan suara gemetar.

"Gue peringatin sekali lagi sama lo, jangan deketin Cino, atau lo bakal tau akibatnya. " Luna seakan sudah terbakar api amarah.

"Ma-Maaf kak, tapi sebenarnya ada apa? " Entah kenapa Moca merasa penasaran.

"Apa kurang jelas perkataan gue Moca. Jangan deketin Cino. Cino itu calon tunangan gue. Kalau lo sampai deketin dia, atau sampai suka sama dia, gue pastiin lo akan hancur. " Setelah mengatakan semuanya Luna melangkahkan kakinya ke mobil, tetapi sebelumnya tangan Luna sudah beraksi dengan mendorong Moca, sehingga Moca jatuh tersungkur keaspal.

"Ya Allah masalah apa lagi ini. " Ucap Moca sangat lirih, dan tak terasa ia meneteskan air mata.

"Sudahlah  berfikir positif aja, lagian juga ngak mungkin kalau aku suka sama kak Cino terus kak Cino juga balik suka sama aku." Moca bangkit lalu melanjutkan perjalanannya untuk pulang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

17 November 2021

Mocacino||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang