15

1 1 0
                                    

Flashback on

"Menyingkirlah Dama, atau kau mau mati juga. " Teriak Luna dari dalam mobil. Sedangkan nama yang diteriakkan hanya diam saja. Mau tidak mau Luna turun lalu menghampirinya.

" Apa telingamu sudah tuli, haa? "

"Cukup Luna, jangan berbuat nekat. Apa lo mau nanti masuk penjara? Lo mau membuat bokap lo malu? Lo mau menghancurkan masa depan lo sendiri? "

"Ngak usah banyak bacot Dama, mending lo minggir dari sini, atau lo mau mati sekalian sama si jalang Moca. " Ucap Luna dengan senyum mengejek dan tangan dilipat didepan dada.

"Gue sebagai temen lo cuma ngasih tau sama lo, kalau sampai terjadi sesuatu sama Moca, gue pastiin Cino bakal benci banget sama lo. "

"Ngak usah bawa-bawa Cino disini. "

"Bukan gitu maksud gue, tapi memang seperti itu kenyataannya. Dan asal lo tau  Cino itu, cinta mati sama Moca, bahkan ia rela melakukan hal yang tidak ia sukai demi bisa bertemu dengan Moca. "

Ya Cino rela masuk perpustakaan demi bisa bertemu dengan Moca. Dimana tempat itu adalah tempat paling mustahil yang ia kunjungi, sebab ia sangat tidak suka dengan buku-buku.

"Gue peringatin lagi, kalau lo berbuat macam-macam sama Moca, gue pastiin lo bakal dapat masalah dari Cino. " sekali lagi Dama berbicara dengan nada tegas pada Luna.

"Lo kenapa sih Dam? Lama-lama kek mamah Dedeh tau ngak, banyak ceramah. Atau lo juga suka sama Moca? "

"Bukan urusan lo Luna, gue cuma ngasih tau. " Dama melangkah kan kakinya pergi.

" Dama.. Dam... Sialan, Dama gila. " Luna sedikit kesal dengan kelakuan Dama. Tapi ia berfikir lagi, jika yang dikatakan Dama ada benarnya, sehingga ia mengurungkan niatnya itu.

flashback off
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

24 November 2021

Mocacino||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang