3. Perasaan yang aneh

170 153 169
                                    

Selamat malam semua nya!

Hayooo pada sambil ngapain nih?

Dah yuk, langsung ke cerita nya UwU

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya!

***

Baru kali ini gue suka sama cewek terus kepoin setengah mati

-Kalandra Endru

***

"Pagi mah, pah!" Sapa Daiva dari lantai atas.

 Terlihat dari dapur Mawar atau mamanya sedang berbicang singkat bersama Hadden atau papanya.

"Widih, anak siapa nich." goda Mawar ala-ala gaul, meski sudah menua Mawar tidak kalah gaul seperti anaknya ini.

"Apasih mah, aku kan anak mama .. apa jangan-jangan??" ujar Daiva dengan bertanya-tanya.

 Hadden hanya melihat Mawar dengan tatapan tajam, Mawar malah membuat muka cengengesan di hadapan anaknya. 

"Kamu ish, anak mama lah! Emang kamu kira anak siapa?" balas Mawar sambil mengelus anak rambut Daiva.

"Kan aku anak mama sama papa, yang unch unch." jawab Daiva dengan terlalu percaya diri. Hadden hanya menggeleng-geleng melihat tingkah laku Mawar dan Daiva yang serupa.

"Dah sono, kamu entar telat gimana?" ucap Hadden melihat sambil melihat Daiva. 

Ia malah membuat mata memelas ke Mawar, seakan-akan memberi kode sesuatu, Mawar hanya menatap anaknya dengan kebingungan, maksud anaknya ini apa?

"Ihhh mama gapeka ish!" gerutu Daiva sambil menghentakan kaki ke lantai karena kesal. Hadden hanya tersenyum miring melihat Daiva yang ngambek, Daiva mengingatkan seperti Mawar waktu masih remaja.

Mawar berpikir sejenak dan seperti ia tau maksud anaknya ini apa. "Ohhh mauu sarapan ya?". 

Daiva mengangguk cepat. "Dari tadi kek mah ish!"

Mawar terkekeh dan segera membuat roti isi daging panggang dan keju, ah, sarapan yang sungguh lezat. Ia pun selesai membuat roti isi daging panggang dan keju sekarang tinggal menaruh di piringnya.

"Nih, buruan entar telat." ujar Mawar sambil tersenyum manis kepada Daiva.

Daiva hanya mengangguk dan memakan sarapannya, ia sengaja tak ngomong sepatah kata pun, karena ia takut tidak bisa menghabiskan sarapan tersebut.

***

"Makasih pak." ucap Daiva kepada supirnya.

Supirnya hanya mengangguk dan tersenyum. Ia pun membuka pintu mobil, sesekali ia tersenyum kearah gerbang dan menatap lama gerbang sekolah ini, mungkin bagi dirinya banyak sekali kenangan yang terdapat disini.

Sesampai kelasnya ia melihat bangku Tiara masih kosong, berarti ia belum datang, alhasil karena ia merasa bosan dan memutuskan pergi ke taman untuk menemani kegabutannya dan melihat lingkungan sekolah yang masih sepi.

Murid-murid masih sedikit di sekitar sekolah, bisa dibilang belum terlalu ramai. Ya mungkin karena kemarin hampir telat, Mawar sengaja membangunkan Daiva lebih pagi tapi sesampai sekolah malah masih sepi sekali.

Ia melihat taman banyak orang yang bercengkrama dengan kekasih masing-masing, kapan ia punya kekasih seperti mereka? Pusing sekali mikirinya. Kadang ia ingin mempunyai sang kekasih tetapi janji itu selalu dipikirkan-nya, tapi bagaimana ia melupakan janji itu? Tidak mudah mungkin bagi dirinya.

Sebuah JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang