22. Hari Velentine

75 49 191
                                    

Widihh, apakabar semuanyaa? 😇💕

Aku mau berterimakasih sama kalian yang udah kembali meramaikan lapak ini🙆🏻‍♀️💖✨

El kayaknya bakal ganti cover deh, ganti gak yaa? 😭👍🏻

Happy reading, kiyowoo🧚🏻‍♀️✨

***

Pertandingan mendapatkan hati Daiva sudah dimulai! Siapakah yang menang?

***

Minggu pertama dibulan Februari, hari yang ditunggu-tunggu oleh hampir anak remaja di seluruh Indonesia jika mereka mempunyai pasangan itu adalah sebuah keberuntungan mereka dan jika tidak sudahlah kalian akan menyaksikan pasangan romantis di depan mata kalian.

Hari ini adalah 14 Februari dimana semua akan mendapatkan coklat ataupun bucket bunga dari sang kekasih, tapi tidak berlaku oleh dua sahabat yang bar-bar ini. Tidak hari Velentine pun mereka tetap mendapatkan coklat, darimana? Ya beli lah masa nyolong.

Daiva dan Tiara kini sedang berdiam diri depan kulkas supermarket, hal yang harus dilakukan jika sudah masuk kedalam supermarket. Mungkin dari luar panas jadinya ia memutuskan untuk mendinginkan diri di depan kulkas supermarket.

"Lo mau beli apa Va?" Tanya Tiara memegang gagang kulkas pintu tersebut.

Daiva pun menoleh sekilas. "Entahlah, gue mau hilangin panas dulu." 

Daiva dan sahabatnya sudah berada di supermarket sejak buka tadi, mungkin sekitar 15 menit yang lalu?  Awalnya mereka ingin membeli sesuatu dan lama-lama malah betah di depan kulkas pendingan supermarket tersebut.

Pukul sekarang masih menunjukan bahwa jam 6 pagi, ia sengaja berangkat pagi untuk merasakan sensasi hawa sejuk di pagi hari. Biasanya setelah merasakan hawa sejuk di pagi hari, kita yang menjalani hari bisa lebih semangat dan berenergi.

Tiara pun mencolek bagian bahu milik Daiva seketika ia melihat kearah Tiara dan mengangkat satu alisnya. "Udah?" tanya Tiara.

Daiva pun mengambil satu minuman lalu mengangguk kepada Tiara. Dua sahabat itu bergerak kearah kasir untuk membayar minuman dan makanan masing-masing yang telah diambilnya.

"Totalnya 15.000 kak, kita punya roti dan selai siap--"

"Gak usah, ini ya." Potong Daiva cepat.

Tiara yang melihat itu memalingkan wajahnya dan tertawa tanpa suara, mungkin Daiva agak malas mendengar tawaran dari kasir itu.

"Tapi kak, ini baru kita panggang. Masih fresh dan hangat." tawar kasir tersebut dengan ramah kedua kalinya.

"Ohhh, yaudah gak usah. Ini uang jajan saya masih hemat mba. Tolong jangan maksa saya." jawab Daiva sedikit terpaksa.

Tiara mengelus badan Daiva supaya ia sabar tidak terlalu risih, Daiva yang paham maksudnya apa lalu mengelus dadanya dan tersenyum hangat kepada mba kasir.

"Makasih mba." ucap Daiva tersenyum tipis.

Sekarang giliran Tiara yang membayar belanjaan ini, Daiva sebenarnya merasa bosan dan memutuskan untuk keluar dari supermarket sejenak. Tapi ia tidak meninggalkan Tiara kok, hanya ia ingin diluar dahulu.

Daun-daun kering berterbangan tertiup angin mengotori jalan raya itu. Daiva menatap langit yang masih berwarna ungu bercampur merah muda. Sepertinya ia sangat jarang melihat langit seperti ini di pagi hari, Tiara melirik sekilas apa yang dilakukan oleh Daiva. Untungnya bukan aneh-aneh.

Daiva mengulurkan tangan nya keatas, ia seperti menggapai sesuatu tapi tidak bisa diraih, sesuatu yang ia ingin dari dahulu. Mempunyai sang kekasih. Tapi sialnya ia sudah terikat janji, tidak bisa mengingkari janji tersebut.

Sebuah JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang