23. Confess

59 42 152
                                    

Haii semuanyaa, El disini, apakabar?? 🙆🏻‍♀️✨

Oh iya, jika kamu ada kritik dan saran, boleh kok komen yaaa. Gak usah malu-malu yaa? Aku akan menghargai kritik dan saran yang kalian berikan😠💖

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa, dan klik logo ⭐!

Happy reading bestiee🤩💞

***

Kebingungan seseorang anak terhadap kepada orang tua adalah jika orang tua mereka sedang tidak baik-baik saja.

***

"Gue ... harus ikut siapa?" lirih Tiara yang masih menangis di pelukannya.

Daiva menepuk dada milik Tiara dan mengusapnya perlahan-lahan, "Lo coba, bicarain baik-baik, sama mereka. Siapa tau lo bisa kasih solusi untuk mereka." balas Daiva yang masih mengelus dada Tiara.

Dari kejauhan tampak Ketua kelas pun kebingungan serta merasa ada yang janggal dari kedua sahabat ini, biasanya mereka berdua saling ketawa-ketiwi? Kini? Kenapa Tiara menangis di hadapan Daiva?

Karena hal itu membuat ketua kelas penasaran, ia memutuskan untuk ke bangku Daiva Tiara untuk menanyakan kondisi mereka. Ia juga memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka berdua.

"Akhem." deham Ketua kelas tepat di belakang Daiva.

Tiara yang mendengar itu langsung mengusap air matanya dan segera mengambil tas, untuk menutupi muka nya yang sudah sembab dan mata yang merah lalu mengalihkan tatapan nya ke papan tulis, Tiara tidak ingin terlalu menghiraukan percakapan tersebut.

Daiva pun berdiri dan mulai menatap ketua kelas dengan risih. Bisakah jangan berdeham saat orang tidak baik-baik saja? Lagi pula lebih baik ditanya baik-baik.

"Kenapa Vano?" tanya Daiva mengangkat satu alisnya, dan menaruh tangan nya di meja.

Elvano Malgahar lebih dikenal dengan sebutan Vano. Ia sudah menjabat menjadi ketua kelas 2 tahun berturut-turut. Vano sempat menyalon kan diri sebagai Ketua Osis, sayang nya, ia kalah jumlah dan berakhir di posisi Seketaris Osis.

Dia adalah orang yang pintar dalam ber organisasi dan bergaul. Tidak lupa ia sudah sering memenangkan lomba mengatur kelas yang dibuatnya dengan nyaman, jadi wajar ia bisa menyatukan kelas ini dengan harmonis.

Vano menunjuk Tiara dengan mulutnya dan Daiva pun melirik sekilas ke yang di tunjuk Vano. Yang dikmasud dia adalah sahabatnya, Tiara.

"Ada yang salah dengan dia?" tanya Daiva sekali lagi.

"Kalian berdua bertengkar?" tanya Vano sedikit menaikan suara nya.

Serempak satu kelas menatap Tiara dan Daiva dengan tatapan yang sinis, dan ada yang biasa saja belum lagi ada yang celingak-celinguk. Daiva menghembuskan nafasnya dan membuang nya, ia sangat kesal dengan Vano yang sengaja menaikan suara nya.

Tiara yang merasa tidak enak itu pun mengambil tas Daiva dan menutup habis kepala nya agar tidak menjadi pusat perhatian, ia tidak suka jika di tatap banyak orang seperti ini. Daiva yang melihat keadaan Tiara, merasa emosi kepada Vano.

"Ada urusan pribadi, lo gak usah ikut campur!" tegas Daiva menunjuk dada Vano dan menatapnya sinis.

Merasa jawaban Daiva tidak puas, Vano menngambil kasar pergelangan tangan milik Daiva yang tadi sempat memegang dada Vano dan ia mulai menatap tajam Daiva dari atas hingga bawah. Vano seolah-olah memberi tatapan ancaman kepada Daiva.

Vano paan sih, kepo banget dah sama urusan orang! ketus Daiva dalam batin nya sembari membuang tatapan kepada Vano.

"Kalau ada masalah berdua, kenapa gak bilang sih?" tanya Vano dengan raut muka kesal. Daiva menjauhkan mukanya dan membuat ekspresi kebingungan. Ia seperti menanyakan 'lo siapa kita?'

Sebuah JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang