Absen yuk, kalian baca chapter ini hari apa?
Spill emot terakhir yang kalian pake hari ini><
Semangat untuk menjalani harimu yaaa!
Loafff yuuu, jangan lupa tinggalkan jejak kamu di kolom komentar dan jangan lupa pencet bintangnya~!
***
Sampai kapan aku menunggumu pria kecil ku? Aku hanya ingin tahu keberadaanmu dimana sekarang, itu saja tak lebih..
-Daiva
***
"Londraa!!" seru Mawar dari ruang tamu.
Daiva pun melepaskan earphone yang dipakainya tadi, ia merasa di panggil oleh seseorang tapi saat ia melepaskan earphonenya tak ada orang yang manggilnya. Apakah? Ada hantu di siang hari? Jangan deh, aku gak sanggup bayanginnya.
Ia kembali memakai earphone untuk menyemangati belajarnya di pagi hari ini. Ia merasa bosan melihat handphone itu itu saja dan pada akhirnya ia memutuskan untuk belajar saja. Siangnya mungkin Daiva akan pergi kerumah Tiara, sekedar ngobrol biasa.
Mawar pun membuka pintu Daiva dengan paksa, ia masih melihat anaknya ia memakai earphone di telinganya. "Kamu ya! Mama panggil kamu malah gak kebawah!" Tegur Mawar sembari memainkan lidi dari tangan nya.
Daiva pun melepaskan earphone miliknya dan melihat Mawar dengan cengengesan, dan menggaruk kepala nya yak tak gatal. "Mama manggil ya? Aku kan gatau hehe" jawab Daiva yang masih cengengesan.
"Ya sudah, ikut mama sini ke bawah" balas Mawar.
Daiva pun mengangguk dan membiarkan meja belajarnya berantakan saja. Saat ia keluar dari kamar nya banyak kardus yang tergeletak sembarangan tempat, seingat ia tadi sebelum memulai belajar nya tak seberantakan ini.
"Kok bisa berantakan ma?" Tanya Daiva sambil melihat isi-isi kardus itu.
"Mama baru selesai bongkar kardus dari gudang, belum sempet beresin. Jadi ya rumah kita berantakan" Jelas Mawar.
Daiva mengangguk pelan sambil melihat isi-isi kardus ini ada apa saja. Ia pun berjalan ke arah vas bunga dekat TV, ia melihat ada mainan boneka pinguin yang sudah kotor, sepertinya ini boneka dari paman nya yang dikasih waktu ulang tahun ke-8? Entahlah ia lupa.
Ia pun berjalan ke kardus dekat rak buku-buku Novel Mawar, ia pun membuka nya dengan perlahan. Alangkah terkejutnya ia melihat foto dirinya bersama pria kecil nya, ia langsung memeluk bingkai foto itu.
"Kenapa nangis Ndra?" tanya Mawar dari kejauhan.
Daiva tak sadar ia meneteskan air mata, mungkin ia terlalu rindu dengan sosok pria itu. Ah, capek mikirin nya. Tak kunjung datang sosok pria yang ia cintai selama 11 tahun ini, mungkin tuhan belum menemukan waktu yang pas untuk menemukan dirinya dengan dia.
Mawar pun berjalan mendekat kearah Daiva untuk memastikan bahwa tak apa-apa. "Sayang?" Tanya Mawar sambil memegang pundak nya.
Ia pun tersadar dari lamunan itu dan mengusap air mata yang masih keluar dengan pelan-pelan, ia merasa bingung dengan perasaan ini. Perasaan yang sangat susah untuk di jelaskan dan untuk di pahami. Ia belum pernah merasakan perasaan yang seperti ini, mungkin ia menganggap dirinya aneh.
"Aku aneh gak sih ma? Nangisin orang tiba-tiba?" tanya Daiva.
Mawar pun mengelus rambut anaknya dengan pelan-pelan, ia melihat bola matanya yang tampaknya sangat tulus dengan sosok pria itu. Ia ingat siapa 'orang' yang di foto itu, ia adalah teman kecil Daiva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Janji
Teen Fiction•❣•୨୧ 𝘼𝙡𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙝 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙗𝙖𝙞𝙠𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙖𝙪𝙩𝙝𝙤𝙧 𝙙𝙖𝙝𝙪𝙡𝙪, 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖𝙡𝙠𝙖𝙣 𝙟𝙚𝙟𝙖𝙠 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣 𝙙𝙞 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣𝙩𝙖𝙧. 𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝! ୨୧•❣• [𝐒...