Seorang gadis dengan seragam sekolah menengah berwarna merah dan rok hitam terlihat berjalan di bawah terik matahari yang menyengat, langkah kaki nya semakin terasa berat seiring pandangannya yang memudar terkena cahaya matahari yang menyilaukan.Gang sempit itu selalu ia lewati untuk menjangkau rumahnya yang berada di ujung jalan, keringat mengucur di keningnya, kedua telapak tangannya terasa terbakar oleh terik matahari.
Saat angin berhembus lembut, sebuah kepalan kertas selembar mendarat sempurna di bagian belakang kepalanya, mengenai rambut hitamnya yang tergerai lurus.
''Yoon Jiwoo!''
Gadis bernama Jiwoo itu berbalik ke sumber suara dan menemukan bahwa mereka adalah sekelompok anak nakal dari kelasnya.
''Ada apa?''
Jiwoo bertanya dengan nada suara datar.
''Aku dengar kau keluar dari sekolah hari ini, kenapa? Apa kau malu karena ayahmu adalah seorang pemakai?''
Salah satu dari mereka yang nampak seperti seorang ketua dari sekelompak anak tersebut mengeluarkan kata-kata yang menusuk hati Jiwoo sembari terkekeh.
Jiwoo hanya diam, memejamkan kedua matanya, menahan amarah dan rasa sesak di dadanya, ia mengacuhkan mereka dan hendak berbalik melanjutkan langkah.
Tiba-tiba rambut panjangnya di tarik sangat kencang, membuat Jiwoo hampir terpental ke belakang, ia meluruskan badannya, menggunakan kedua kakinya sebagai penopang.
''Respon macam apa ini? Kau mengacuhkanku? Aku bertanya padamu, dasar anak bodoh!''
Jiwoo dihempaskan ke atas tanah dengan kuat, debu-debu halus terlihat beterbangan di sekeliling nya.
Jiwoo hanya diam dengan tatapan kosong dan raut wajah datar, bisa ia rasakan tekstur kasar berpasir dan panas matahari yang di serap tanah pada telapak tangan dan lututnya yang sedikit tergores.
''Wahh! Lihat wajah itu teman-teman! Dia benar-benar menjengkelkan, bukan? Pelajaran apa yang akan kita berikan padanya?''
''Hajar dia!''
Mereka bersorak satu suara dengan sebagian lain tertawa memekik.
Satu persatu dari mereka bergantian menendangi Jiwoo dari berbagai arah, Jiwoo sebisa mungkin melindungi bagian tubuhnya menggunakan kedua lengan yang lemah itu, beberapa saat kemudian Jiwoo berusaha bangkit dan melawan.
Jiwoo menghajar salah satu dari mereka, tinjuannya cukup membuat gadis bertubuh bongsor itu terlempar ke atas tanah, namun jumlah mereka terlalu banyak, salah satu dari mereka menjambak rambut Jiwoo hingga dirinya terpaksa berlutut.
Mereka kembali memukuli Jiwoo tanpa ampun, seketika rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Jiwoo, bisa ia rasakan daerah punggungnya memar dan lengan kiri nya terkilir namun mereka tidak berhenti menendanginya.
Beberapa saat kemudian semua terasa hening, tidak ada lagi tendangan maupun suara berisik dari gelak tawa menjengkelkan dari anak-anak itu, Jiwoo bertanya-tanya apa yang menghentikan mereka.
Jiwoo mencuri pandang dari kedua celah tangan yang menutupi wajahnya, terlihat gadis-gadis itu terdiam di tempat lalu dengan tergesa-gesa satu persatu dari mereka berlari ke segala arah.
Penglihatannya buram karena tersorot cahaya matahari, samar-samar ia melihat seorang 'paman' berdiri di hadapannya.
Menggunakan setelan jas hitam lengkap dengan kacamata hitam, ekspresinya dingin dan datar menatap lurus ke arah Jiwoo yang masih berlutut di atas tanah.
''Bangunlah''
Suara berat dan serak miliknya memecahkan keheningan di antara mereka. Jiwoo tidak tau harus melakukan apa selain mengikuti perintahnya, dengan tertatih Jiwoo perlahan bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]
FanfictionDebur ombak dan aroma asin dari laut yang terbakar matahari, terlihat dua orang pria berdiri berdampingan di pinggirannya. ''Dia hanya seorang gadis kecil yang ingin membalas dendam, biarkan dia mendapat apa yang ia inginkan.'' Choi Mujin kembali me...