LXIII.

772 94 24
                                    

Aku memaksakan diriku untuk bangun lalu duduk di pinggiran ranjang dengan pandangan yang masih kabur, berniat akan melangkahkan kakiku keluar kamar setelah beberapa waktu mengumpulkan niat untuk bangun dari kasur yang empuk dan nyaman ini, aku menjadi sangat malas akhir-akhir ini.

Dengan sedikit linglung dan rasa pusing di dalam kepalaku, aku mengambil langkah pertama untuk meninggalkan kamar, ruang tengah adalah tujuan utamaku, mencari sosoknya disana yang telah menjadi candu untukku.

Aku berdiri di ambang pintu, memperhatikan dirinya yang sedang menyenderkan tubuhnya ke belakang sofa dengan kedua kaki yang di silang sembari memegang ponsel di tangan kanannya, menggulirnya kebawah dengan tempo lamban, ia terlihat begitu rapi bahkan pada pagi-pagi buta seperti ini.

Bersamaan dengan diriku yang terus memperhatikannya, Mujin kemudian sedikit mendongak ke arah tempatku berdiri, seolah menyadari kehadiranku, sebuah senyuman terukir pada ujung bibirnya, sangat menawan yang cukup membuat dadaku berdetak kencang.

"Selamat pagi, apa tidurmu nyenyak?"

Mujin menyapaku sembari meletakkan ponselnya ke atas meja dan sedikit meluruskan posisi duduknya, masih menatapku dengan tersenyum.

Aku hanya mengangguk, terlalu malas untuk membuka mulutnya yang terasa kering, aku kemudian berjalan mendekatinya, masih saling melempar pandangan, aku tidak dapat memalingkan sorot mataku dari wajah tampannya.

Mujin sedikit bergeser ketika aku duduk di sampingnya, dari bayang-bayang rambutku yang tergerai, aku bisa melihatnya menengok ke arahku.

"Sudah berapa lama kau duduk disini? Apa kau tidak tidur semalaman?"

Aku bertanya penasaran sembari membuat kontak mata, ia tidak terlihat seperti seseorang yang baru bangun, walaupun penampilannya terlihat bugar namun matanya nampak lelah.

"Aku tidur, namun hanya sebentar"

Mujin menjawabku santai sembari menyisir ke belakang rambut-rambut halus pada dahinya dengan menggunakan jari-jari panjangnya, aku hampir menjerit ketika melihatnya.

"Dimana kau tidur?"

Aku kembali bertanya, masih menatap kedua mata teduh dan hitam legam tersebut.

"Di sampingmu"

Mujin masih menjawabnya dengan santai sembari mengambil kembali ponselnya dari atas meja.

"Aku mengambil beberapa foto saat kau tidur, kau harus melihatnya"

Mujin kemudian membuka galeri ponselnya, menunjukkan beberapa foto yang sudah jelas adalah diriku.

Dia memilih salah satu foto yang menampakkan diriku sedang tertidur pulas, wajahku terlihat sedikit bengkak pada foto itu, aku kemudian mengambil ponsel itu dari tangannya dan mulai melihat-lihat foto yang lain.

"Mengapa kau mengambil fotoku saat tidur? Ini sangat jelek"

Aku menggerutu seiring dengan penampakan foto-foto diriku yang semakin tidak beraturan, aku merasa sangat malu sekarang.

"Aku sangat suka melihatmu ketika tidur, jadi aku mengambil beberapa foto untuk ku lihat nanti"

Mujin terdengar sedikit terkekeh yang membuatku semakin malu.

"Ini sangat buruk"

Aku memperlihatkan salah satu foto yang menunjukkan diriku sedang tertidur pulas sembari mengerucutkan bibir, aku tidak tau wajahku akan seburuk ini ketika tertidur.

"Tidak, ini terlihat lucu"

Mujin kembali menggodaku membuatku bersemu.

"Aku akan menghapusnya"

Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang