Gemuruh suara dari sepasang sepatu bergema di seluruh lorong kantor, terlihat seseorang melangkahkan kakinya dengan terburu-buru menuju seluruh ruangan kerja tim, pria itu rupanya membawa pesan dari ketua.
Sementara itu, Jiwoo sedang sibuk mengotak-atik rak berkas yang berada di ruangan pusat, mencari data ayahnya dan berharap menemukan sesuatu disana.
Jiwoo mengambil satu persatu berkas data pribadi kepolisian itu lalu membacanya dengan teliti, matanya tajam menelisik secarik demi secarik kertas itu sembari tetap siaga, berjaga-jaga jika seseorang datang.
Sebelum melakukan kegiatan nya, Jiwoo telah mematikan CCTV di ruangan tersebut, ia cukup terampil dalam menjalankan komputer dan dengan mudah meretas sistem keamanan disana.
Mencari tau data pribadi seorang polisi, detektif dan intel adalah suatu pelanggaran jika tidak mengantongi izin resmi, data pribadi mereka di jaga ketat oleh negara demi keamanan, namun Jiwoo tau resikonya dan apa yang harus ia lakukan.
Jiwoo membolak-balik selembar demi selembar kertas di dalam arsip tebal itu namun tidak mendapatkan apapun, ia mencoba kembali dengan arsip lainnya dengan cover berwarna biru namun hasilnya pun nihil, data ayahnya tidak tersedia disana.
Tiba-tiba ponselnya bergetar dari dalam saku, Jiwoo melihat sebuah pesan dari Pildo.
"Kau dimana? Kita harus berkumpul di aula tengah untuk rapat, cepatlah kemari"
Jiwoo mengantongi ponselnya, meletakkan kembali arsip-arsip itu dengan rapi ke dalam rak dan meninggalkan ruangan, sebelum keluar Jiwoo memastikan pintu itu terkunci dengan rapat.
Jiwoo menyelusuri terowongan kantor, dari kejauhan ia melihat rekan-rekannya sudah berbaris dengan rapi disana, berbincang-bincang sembari menunggu sesuatu.
Jiwoo dengan terburu-buru bergabung dengan barisan, dan sialnya, hanya barisan Pildo yang masih kosong, Jiwoo terpaksa berdiri di sampingnya.
"Dari mana saja kau?"
Pildo menoleh ke arah Jiwoo sembari bertanya dengan nada khawatir, mereka akan di hukum jika satu anggota saja dari tiap tim tidak mengikuti rapat.
"Aku ada urusan mendadak"
Jiwoo menjawabnya dengan tenang, wajahnya menatap lurus monitor besar di depan mereka.
Cha Giho terlihat memasuki ruangan, ia berdiri di samping monitor besar itu.
"Hari ini kalian akan di beri tugas yang penting"
Cha Giho mengambil remote dari meja lalu menghidupkan monitor itu, disaa terpampang sesuatu yang membuat Jiwoo shock.
"Kita akan menangkap bandar narkoba terbesar dan paling berbahaya, Choi Mujin"
Jiwoo menatap lekat monitor itu dengan raut wajah tegang, matanya membulat, bisa di lihat ekspresi khawatir terukir di wajahnya.
"Choi Mujin adalah pemilik hotel bintang 5 'Paradise' dan pendistribusi 90% sabu-sabu di Korea Selatan"
Cha Giho melanjutkan dengan percaya diri, pria tua itu yakin akan menangkap Mujin hari ini setelah bertahun-tahun bermain kucing-kucingan dengan si bandar.
"Kita akan mengadakan operasi 30 menit lagi, persiapkan diri kalian"
"Siap, pak!"
Mereka bersorak satu suara, sementara Jiwoo masih membeku di tempatnya berdiri.
Cha Giho kemudian maju dengan sebuah tas berwarna hitam, ia terlihat menyita semua ponsel mereka, sudah menjadi protol kepolisian untuk tidak membawa ponsel selama melakukan operasi besar guna kenyamanan dan keamanan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]
FanfictionDebur ombak dan aroma asin dari laut yang terbakar matahari, terlihat dua orang pria berdiri berdampingan di pinggirannya. ''Dia hanya seorang gadis kecil yang ingin membalas dendam, biarkan dia mendapat apa yang ia inginkan.'' Choi Mujin kembali me...