Gemericik hujan dan hembusan angin dingin khas akhir tahun cukup menjadi alasan bagi kebanyakan orang enggan meninggalkan rumah dan lebih memilih untuk berbaring di tempat tidur mereka yang hangat.
Namun tidak bagi Mujin, ia terlihat sedang bersantai di dalam sebuah restoran tradisional dengan beberapa botol soju di atas meja, kedua lengan kemeja putihnya telah tergulung setengah, menampakkan otot-otot kekar pada lengan Mujin.
Mujin menimbang-nimbang gelas di tangan kanannya, memutarnya searah yang membuat suara dari es batu yang bertabrakan, raut wajahnya nampak cukup serius seperti sedang memikirkan sesuatu.
Cukup lama Mujin duduk disana, Jiwoo kemudian muncul dari balik pintu masuk, pakaiannya sedikit basah di beberapa bagian yang membuatnya gemetar menahan dingin walau sudah memakai jaket yang cukup tebal.
"Duduklah"
Mujin mempersilahkan Jiwoo untuk duduk pada kursi di depannya dengan sebuah meja menjadi penghalang mereka, suatu pemandangan yang sangat langka melihat Mujin berbagi meja dengan oranglain.
Jiwoo menarik kursi plastik itu lalu duduk di atasnya, mata kirinya terlihat bengkak dengan ujung bibir sobek dan pelipis di tempeli plester.
Rambut hitamnya di biarkan tergerai berantakan untuk menutupi lehernya dari hembusan angin dingin karena tidak memakai syal.
Mujin memperhatikan wajah Jiwoo sejenak, kali ini tatapannya berubah sedikit melembut, hal langka lainnya yang tidak biasa terlihat dari dirinya.
"Apakah sakit?"
Jiwoo sedikit mendongak, mata mereka bertemu satu sama lain. Jiwoo tidak menjawab, ia hanya terdiam namun matanya tidak bisa berbohong.
"Benar, tidak ada yang mengajari mu untuk mengatakan itu"
Mujin memegang sebotol soju lalu menuangkannya pada gelas di depan Jiwoo.
"Apa kau pernah minum soju?"
Jiwoo hanya menggelengkan kepalanya, gadis itu baru saja berumur 19 tahun, banyak hal yang belum pernah ia lakukan.
"Cobalah."
Mujin menyodorkan gelas itu, perlahan Jiwoo mengambil lalu menenggaknya, ia merasakan sensasi terbakar ketika miras itu melewati kerongkongannya yang membuatnya sedikit tersedak.
Mujin tersenyum tipis, soju yang ia berikan adalah soju dengan kadar alkohol rendah, nampaknya Jiwoo memiliki toleransi rendah dengan miras.
"Aku harus mengirimmu ke luar negeri untuk menetap beberapa waktu disana"
Mujin tiba-tiba mengeluarkan sebuah tiket pesawat dan passport dari saku jasnya, menyodorkannya ke arah Jiwoo.
"Gangjae akan menjadi ancaman untukmu, aku sangat mengenal sifatnya, kau tidak akan hidup tenang disini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]
FanfictionDebur ombak dan aroma asin dari laut yang terbakar matahari, terlihat dua orang pria berdiri berdampingan di pinggirannya. ''Dia hanya seorang gadis kecil yang ingin membalas dendam, biarkan dia mendapat apa yang ia inginkan.'' Choi Mujin kembali me...